"Kalau kalian iri pada Ellena, kalian hanya bisa mengakuinya. Nasib memperlakukan semua orang mungkin dengan tidak adil."Wajah Sela seketika berubah menjadi suram. Apa dia mendengar perkataan Ellena barusan itu? Kalau dia mendengar, kenapa dia tidak marah dan malah membela Ellena?"Tuan, apa penampilan seorang wanita begitu penting bagi kalian para pria?" tanya Sela dengan sedikit menggebu, "Asalkan memiliki wajah yang cantik, bisa mendapatkan segalanya? Awalnya aku pikir kamu berbeda dari pria lain, tapi tanpa diduga, kamu ternyata juga memiliki pemikiran yang dangkal!"Dangkal?Hanzero menyipitkan matanya dan sebuah seringai muncul di sudut bibirnya. "Memangnya kamu siapa? Seberapa banyak yang kamu tahu tentang aku sampai membuatmu bisa mengira aku berbeda dari pria lain? Menurutmu, apa pendapatmu sangat penting?” Hanzero melihat tatapan Sela dan menunjukkan rasa jijiknya yang tidak bisa disembunyikan. "Penampilan seorang wanita memang bukanlah hal yang paling penting. Tapi, kamu a
Punggung Ellena menempel dengan dada Hanzero yang panas. Rasanya seperti menempel pada bola api. Suhu panas ini membuat Ellena bingung."Sayang..." Hanzero menundukkan kepalanya. Nafas panasnya berhembus di sekitar telinga Ellena. Lalu dia berkata, "Aku tidak akan pulang malam ini. Aku akan tinggal di sini untuk satu malam, oke?"Asrama tempat Ellena tinggal sebelumnya adalah kamar untuk enam orang. Banyak hal yang pasti merepotkan. Karena sekarang dia sudah pindah ke asrama ganda dengan kamar tidur terpisah, Hanzero jelas tidak akan meninggalkan istrinya yang cantik dan kembali tidur sendirian.Jantung Ellena berdetak kencang seperti drum, dan wajahnya terus saja memanas. "Tidak, tidak. Kampus kami tidak mengizinkan orang asing untuk menginap."Ellena sangat gugup ketika Hanzero mengatakan jika dia ingin menginap malam ini di sini. Meskipun keduanya pernah tidur seranjang semalaman sebelumnya, malam itu Ellena tertidur dan tidak tahu apa-apa. Bedanya, sekarang dia sangat sadar dengan
Ellena terkejut sejenak dan wajahnya sontak memanas. "... Tidak bisa.""Aku tidur di lantai," Hanzero melihat ke bawah. "Seharusnya ada tambahan selimut di sini. Aku bisa tidur di lantai."Ellena belum menjawab, tapi tanpa menunggu jawabannya, mata Hanzero menyipit. Lalu, dia berkata, "Sayang, kamu benar-benar tidak mengizinkan aku tidur di tempat tidur yang sama denganmu?Jangan bilang aku juga tidak boleh tidur di lantai? Jangan lupa kalau kita sudah menikah. Kita pasangan yang baru menikah, tapi kamu mau mengusir suamimu sendiri keluar dari kamar? Bukankah itu terlalu keterlaluan?""....." Ellena kembali terdiam. Dia merasa kalau dia memang sepertinya sedikit keterlaluan. Sebelum mereka menikah, Hanzero mengatakan kalau dia tidak mau menjadi pasangan palsu dengannya. Maksudnya, dia sungguh menjadi istrinya dan perlu memenuhi kewajiban suami-istri.Tidak apa-apa jika Ellena tidak mengizinkan Hanzero tidur di tempat tidur. Tapi, mengusirnya dari ruangan... Itu keterlaluan."Maaf…. Ba
"Oh, sial. Aku ini terlalu bersemangat dan terlalu senang. Aku tidak perlu khawatir lagi kalau Kak Hanz kami akan menjadi pria perjaka seumur hidup."Ellena masih tidak bisa berkata-kata, "....."“Kakak Ipar, kamu tidak tahu ya? Kak Hanz itu pria yang acuh. Sebelum Kakak Ipar, dia tidak pernah memiliki bayangan seorang wanita di sisinya. Sejak kecil sampai besar, aku tidak tahu berapa banyak gadis yang diam-diam menyukainya, tetapi dia tidak pernah tertarik pada wanita mana pun. Selain tidak tertarik sama sekali dia seakan merasa diperkosa kalau wanita sampai menyentuhnya dan dia akan alergi sampai mau mati.”"Menurutmu, penyakit aneh apa ini? Aku sudah lama khawatir karena dia tidak tertarik pada wanita. Aku sangat takut jika dia tertarik pada pria. Coba kamu pikirkan. Aku tumbuh bersamanya sejak kecil. Kami pernah telanjang dan mandi bersama. Jika dia tertarik pada pria dan tiba-tiba mengatakan kalau dia jatuh cinta padaku suatu hari, apa yang harus aku lakukan? Kalau itu terjadi, t
Leo berdiri di depan pintu sambil membawa beberapa tas pakaian. Ketika dia melihat Ellena, dia memanggil dengan hormat. “Nyonya Ellena.”Ellena mengangguk ke arah Leo dengan lembut."Ini pakaian yang dipesan oleh Tuan Muda.” Sambil berbicara, Leo diam-diam melirik ke dalam ruangan. Dia tidak melihat keberadaan Presiden Hanzero, tetapi dia mendengar suara samar-samar air dari arah kamar mandi. Begitu Leo mendongak lagi, dia melihat rona merah di wajah Ellena yang belum memudar. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berpikir sembarangan.Leo sendiri masih lajang dan tidak memiliki pengalaman. Jadi, ketika pikirannya mulai ke mana-mana, dia tersipu malu dan wajahnya memerah. Saat dia melihat jam, sepertinya sekarang belum jam sebelas.Presiden Hanzero begitu cepat... langsung selesai... Uhuk, uhuk... benar-benar pasangan yang baru menikah, penuh gairah. Tapi, jika dipikirkan lagi, itu bisa dimengerti, Leo berpikir. Jika dia sendiri memiliki istri yang cantik seperti Nona ini, dia juga
Hanzero menciumnya dengan kejam. Dia memegangi kepala Ellena dengan tangannya dan menekannya dengan keras ke tubuhnya. Sedikit oksigen terakhir yang tersisa di dadanya juga dihisap habis oleh pria itu. Otaknya juga mulai kekurangan oksigen.Tangan putih lembutnya memukul dada Hanzero dengan keras. Namun, kekuatan kecilnya bagi Hanzero sama seperti hanya digelitik. Pria itu mengambil tangan kecil yang sedang memukul-mukul di dadanya dengan mudah. Lalu, mengangkat tangan itu ke dekat bibirnya dan mencium punggung tangannya."Cukup! Lepaskan aku..”Ellena akhirnya bisa mengatur nafasnya kembali. Dia terengah-engah, “Kamu bilang tidak akan menyentuhku sekarang…”Ellena menggeliat dan meronta-ronta dalam pelukan Hanzero.Hanzero menarik nafas dalam-dalam. Tangannya yang berada di sekitar pinggang Ellena menegang. "Sayang, jangan sembarangan bergerak. Kamu ingin aku melakukannya di kamar mandi?"Tubuh lembut dan harum gadis itu menggeliat di pelukannya. Saat dia menunda waktu, hasratnya men
Sebenarnya, hal inilah yang membuat Ellena begitu khawatir dan sangat takut hingga dia belum juga bisa siap.Sementara pikiran Ellena masih berantakan, terdengar suara ponsel berdering. Ternyata ponsel Hanzero yang berdering lagi. Ellena berjalan mendekat, melirik ponsel itu, dan melihat nama ‘Intan' di layar yang berkedip.Karena Khale sebelumnya pernah menyebutkan Intan, Ellena sudah tidak asing dengan nama ini. Dia teringat kalau Khale memintanya untuk menyampaikan kedatangan Nona Intan pada Hanzero sebelumnya.Mungkin Intan menelepon untuk memberitahu Hanzero jika dia akan kembali besok.Ponsel Hanzero berdering untuk yang ketiga kalinya. Ellena baru saja ingin mengambil ponsel dan menyerahkannya pada Hanzero. Tiba-tiba mendengar bunyi dan pintu kamar mandi terbuka.Klik.Hanzero akhirnya keluar dari kamar mandi. Pria itu mengenakan gaun tidur hitam yang terbuat dari sutra murni dengan garis leher sedikit terbuka. Gaun itu memperlihatkan otot dadanya yang kuat dan menarik. Rambut
"Jadi kamu akhirnya menikah dengannya karena hal ini?""Ya, tapi tidak semuanya seperti itu.""Hanz, pernikahan bukanlah permainan. Kamu tidak seharusnya begitu sembarangan dan langsung...""Sudahlah," potong Hanzero. Bujukan wanita itu membuat alisnya menunjukkan ketidaksabaran dan nadanya menjadi lebih dingin, "Ini urusanku sendiri dan aku tahu harus berbuat apa. Apa masih ada urusan lain?"Ellena membawa pengering rambut dan berjalan ke sisi Hanzero. Baru saja dia mencolokkan pengering rambut, tiba-tiba dia ditarik ke pelukan Hanzero lagi. Kini Ellena duduk di pangkuan Hanzero dan lengan kuat pria itu melingkari pinggangnya. Hanzero lalu berkata kepada wanita di ujung telepon, "Besok pagi ada rapat penting. Aku akan meminta Khale dan Kimmy menjemputmu."Wanita itu mengeluh dengan tidak puas, "Rapat apa yang begitu penting? Lebih penting dariku?"“Huft. Kalau istrimu kembali ke tanah air, kamu juga tidak akan menjemputnya?”Istri? Hanzero menundukkan kepalanya, lalu menatap gadis mu
Sekarang dia menyadari bahwa pernikahan ini tidak seburuk yang ia kira. Menikah terasa menyenangkan dan membuatnya merasa lumayan baik. Memiliki seorang suami yang mencintainya dan memanjakannya juga sangat bagus.Semuanya jauh lebih baik dari yang dibayangkan. Mungkin, dia harus menyesuaikan lagi mentalitasnya dan seharusnya mencoba untuk benar-benar memperlakukan Hanzero sebagai suaminya.Setelah Hanzero keluar dari kamar tidur, dia langsung pergi ke ruang kerja. Kamar tidurnya ada di lantai tiga dan ruang kerjanya ada di lantai dua.Setelah Intan melihat Hanzero turun, barulah dia perlahan keluar setelah sedari tadi berdiri di sudut tangga. Dia berjalan sampai di luar kamar Hanzero tanpa bisa dijelaskan. Setelah ragu-ragu selama beberapa saat, dia mengulurkan tangan dan mengetuk pintu.Ellena belum lama memejamkan matanya di dalam kamar, dan sebelum dia merasa mengantuk, dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Dia mengira itu Hanzero yang lupa mengambil sesuatu. Tetapi kemudian dia
"Bukankah kamu presiden di perusahaan? Kenapa kamu begitu sibuk sampai masih harus bekerja saat libur?" tanya Ellena tak mengerti.Hanzero tersenyum dan menjelaskan, "Aku baru saja mengambil alih perusahaan belum lama ini dan aku perlu mengurus banyak hal secara pribadi, tapi jangan khawatir. Tunggu setelah selesai dari kesibukan di bulan ini, nanti aku tidak akan begitu sibuk. Aku akan berusaha meluangkan lebih banyak waktu untuk menghabiskan waktu menemanimu.""...Aku tidak bermaksud begitu," gumam Ellena dengan agak malu. Perkataan ini membuat Ellena terdengar seolah sedang mengeluh kalau Hanzero tidak punya waktu untuk menemaninya."Kamu tidak bermaksud begitu, tapi aku ingin lebih sering menemanimu," kata Hanzero sambil menatap Ellena dengan lembut. "Sayang, apa kamu ingin menghabiskan lebih banyak waktu di sisiku dan bersama denganku?"Di bawah tatapan Hanzero yang terfokus dan lembut, jantung Ellena berdegup kencang dan wajahnya mulai memanas. Tanpa menunggu jawabannya, Hanzero
Intan sering masuk ke rumah keluarga Brahmana. Sebelum Hanzero menikah, para pelayan di rumah keluarga ini pada dasarnya menganggapnya sebagai calon nyonya muda. Bahkan, jika Hanzero sudah menikah sekarang, para pelayan ini tetap bersikap sopan padanya.Meskipun Intan bukan Nyonya Muda, ia juga Nona Intan. Karenanya, ketika dia bertanya, pelayan wanita itu langsung menjawab dengan hormat, "Nona Intan, ini air gula merah.""Air gula merah?" Intan tertegun, "Ini dibawa untuk apa?""Sebelum Tuan Muda kembali membawa Nyonya Muda, dia meminta kami merebuskan air gula merah. Ini seharusnya untuk diminum Nyonya Muda," kata pelayan wanita itu sambil tersenyum sebelum ia melihat wajah Intan yang seketika menjadi suram, "Ini minuman untuk meredakan sakit datang bulan wanita.""Iya," jawab pelayan wanita lainnya sambil tersenyum, "Saya benar-benar tidak menyangka bahwa Tuan Muda kami ternyata adalah orang yang begitu peduli dan perhatian. Tuan Muda sangat baik pada Nyonya Muda. Tuan Muda tidak h
"Nenek, aku akan membantumu," kata Intan.Nyonya Tua memang memiliki sedikit masalah di kakinya dan jalannya juga sedikit tidak lancar. Intan bergerak dengan hati-hati untuk membantu Nenek Hanzero itu berdiri dan mengingatkannya dengan lembut, “Nenek, pelan-pelan."Setelah Nyonya tua bangun, dia menoleh dan menatap Intan lagi. Matanya menunjukkan jejak penyesalan dan belas kasihan. Gadis ini sangat baik. Dalam hal latar belakang keluarga, penampilan, dan kemampuan pribadi semuanya sangat cocok dengan cucu kesayangannya. Gadis ini akan mencintai orang dan menjadi berbakti. Mereka sebagai orang tua juga cukup menyukai Intan.Keluarganya dan kerabat jauh Mahendra juga. Para orang tua dari kedua keluarga juga memiliki hubungan yang baik. Dulu, mereka sudah terpikirkan rencana untuk menikahkan kedua anak mereka.Hanya saja... Tidak peduli seberapa inginnya mereka sebagai orang tua, kedua keturunan mereka ini tidak saling menyukai satu sama lain. Mereka sebagai orang tua juga tidak bisa mem
"Itu kamu yang mengatakannya lho. Ibu tidak minta," kata Ibu Hanzero. Ia merasa sedikit lebih nyaman ketika mendapatkan perhiasan itu dan merasakan perhatian putranya."Iya, aku yang mengatakannya."Hanzero mengaitkan bibirnya, menundukkan kepalanya, dan bertanya pada Ellena, "Apa kamu sudah mengantuk? Kamu ingin pergi tidur? Aku akan mengantarmu ke kamar sebentar."Ellena sebenarnya tidak mengantuk, tapi dia masih ingin pindah tempat. Meskipun nenek dan ibu Hanzero terlihat senang berbicara dengan baik padanya, dia masih merasa tidak nyaman berada di depan para orang tua. Karena itu dia membalas dengan lembut, "Hm.""Oke. Kalau begitu, aku akan membawamu ke kamar untuk tidur sebentar."Hanzero mengangkat kepalanya dan berkata pada ibu dan neneknya. "Ibu, Nenek, kalian sudah bertemu Ellena, kan? Karena sekarang sudah tidak pagi lagi, bukankah kalian juga harus tidur siang? Aku agak mengantuk, jadi aku akan pergi tidur sebentar. Tunggu hingga makan malam, baru kalian panggil aku."Sete
“Baik, baik. Kalian memang harus bekerja keras,” kata nenek. Nenek Brahmana melihat Ellena bersandar pada Hanzero. Cucu kesayangannya itu juga menatap cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Pasangan muda ini mempunyai hubungan yang sangat baik, wanita tua itu sangat bahagia di dalam lubuk hatinya. Tampaknya, ada harapan baginya untuk menimbang cicit tahun depan.“Ellena, ikut denganku. Ada yang harus aku kenalkan padamu lagi.” Hanzero berbalik dengan Ellena di pelukannya. Lalu perlahan berjalan ke arah nyonya besar dan berkata dengan lembut, “Ini adalah ibuku, dan ini Intan. Karena kamu sudah bertemu dengan Intan, aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.”Ellena tersipu dan mengangkat kepalanya dari pelukan Hanzero. Saat dia melihat ibu Hanzero, dia sedikit tercengang. Entah ini hanya halusinasinya saja atau bukan, hanya saja, dia baru saja melihat ada sedikit rasa jijik dan marah di mata ibu Hanzero. Tetapi jejak itu tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata.Bibir nyonya besar menu
“Bibi Evelyn, apa aku salah bicara?” Intan meraih tangan nyonya besar dengan gelisah. “Jangan marah, aku juga hanya menduga-duga. Katanya dulu, Bibi sangat kesusahan saat mengandung Hanz. Bibi harus mendapat ratusan suntikan dan berbaring di atas tempat tidur sampai hampir setahun. Hingga akhirnya bisa melahirkan Hanz dengan selamat. Jika anak yang berbakti seperti Hanz, pasti menganggap ibunya sebagai orang yang paling penting.” Wajah nyonya besar terlihat muram dan dia tidak bicara lagi. Setelah Intan melihat jika tujuannya telah tercapai, dia juga tidak ingin mengatakan apapun lagi. Dia hanya melirik ke arah Ellena lagi dan melihat di sana Nenek Brahmana memberi sebuah kotak pada Ellena. Tanpa perlu melihatnya, Intan juga sudah tahu jika pasti itu adalah barang bagus yang berharga. Dalam mata Intan ada banyak sekali kecemburuan, tetapi dia membujuk Nyonya besar dengan lembut. “Bibi, jangan tunjukan jika Bibi sekarang sedang marah. Kalau tidak, Nenek Brahmana akan tidak senang.”
Biar bagaimanapun juga nyonya tua adalah pemegang kekuasaan yang mutlak di keluarga Brahmana sekarang, sejak Evelyn muda hingga saat ini dia telah dipanggil nyonya besar, dia tetap memiliki perasaan takut dan segan terhadap wanita tua itu.Dia tidak berani sembarangan menyinggung nyonya tua yang tidak lain adalah mertuanya itu, tetapi dia masih tidak puas dengan menantu yang tiba-tiba muncul ini.Lalu nyonya besar bertanya pada Intan, “Apa kamu mengenal wanita yang dibawa pulang Hanz itu?”Mata Intan terus mengikuti Hanzero sejak pria itu datang membawa Ellena ke ruang tamu. Dia melihat Hanzero begitu memanjakan Ellena, menyentuh kepalanya dan melihat ke arah Ellena dengan tatapan memanjakan. Hatinya bagai dirobek-robek dan itu benar-benar membuatnya tidak nyaman.Aku tidak mungkin cemburu, pikir Intan. Tapi dia merasa sangat cemburu, hingga tidak masuk akal. Dia adalah wanita yang telah tumbuh bersama dengan Hanzero dan juga satu-satunya teman wanita yang bisa tinggal di sisi Hanzero
Ellena makin merasa sangat gugup. Wanita kecil ini sungguh gugup hingga meremas tangan Hanzero. Hanzero pun balik meremas telapak tangan kecilnya dengan nyaman. Kemudian, dia menggandeng Ellena dan menuntunnya berjalan ke depan Nyonya Tua Brahmana.Hanzero menyentuh kepala Ellena dengan penuh kelembutan di depan umum dan kemudian berkata, "Ibu, Nenek. Ini adalah istriku, Ellena. Kami sudah mencatatkan pernikahan kami. Hari ini aku membawanya kembali untuk bertemu dengan kalian."Ada keheningan selama beberapa detik. Setelah Hanzero selesai memperkenalkan identitas Ellena sebagai istrinya, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Hanzero juga tidak terlalu peduli dan dengan tenang memperkenalkan pada Ellena, "Ellena, ini adalah nenekku."Ellena mengikuti arah pandangan Hanzero dan menatap wanita tua dari keluarga Brahmana itu. Dia seketika terdiam dan menarik napas dalam-dalam, lalu menyunggingkan senyuman manis dari sudut bibirnya dan berbicara dengan manis, "Halo, Nenek."Wanita