Hati Ellena berdebar dengan kencang dan dia sedikit gemetar. Dia juga merasa sedikit takut. Di detik berikutnya, Hanzero akan menerjang dan kemudian memakannya hingga bersih."Sayang, aku menginginkanmu," Hanzero sudah bersiap menyerang.Ekspresi wajah Ellena tiba-tiba berubah dan dia segera mengulurkan tangannya untuk menghentikan Hanzero, "Tidak, tidak!!"Hanzero mengerutkan kening tidak puas, "Kenapa? Kamu tidak bersedia?""Tidak! Bukan! Bukan begitu. Tapi... ini…" pekik Ellena. Ada rona merah padam di wajahnya dan wajahnya seakan nyaris darah. Matanya berkedip beberapa kali dan wajahnya dipenuhi ekspresi malu, "Tidak mungkin sekarang. Hanzero, tolong cepat lepaskan aku. Aku ingin bangun."Setelah Ellena selesai berbicara, tidak peduli Hanzero bersedia atau tidak, dia langsung mengulurkan tangannya dan mendorong Hanzero untuk pergi. Hanzero tidak menyangka kalau Ellena akan melakukan itu hingga dia hampir terdorong ke bawah tempat tidur. Begitu Ellena bebas, dia segera menggulung s
Entah Ellena hanya berhalusinasi saja atau bukan. Namun, saat dia mengangguk, dia merasakan aura dingin yang mengelilingi Hanzero jauh mereda. Ekspresi wajah Hanzero sudah tidak terlihat murung lagi. Melihat pemandangan ini bagaikan melihat hari yang cerah setelah hujan.Setelah beberapa detik, Ellena melihat sudut bibir Hanzero perlahan naik.Pria itu turun dari tempat tidur, berjalan ke arahnya, dan berkata, “Baiklah, aku akan mencari seseorang untuk mencari sebentar. Naiklah ke atas tempat tidur untuk menunggu.""Tidak!" Ellena menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin meninggalkan kamar mandi, "Aku akan menunggu di sini.”Dia tidak mungkin membuat tempat tidurnya menjadi penuh darah. Darahnya pasti cukup banyak di hari pertama. Itu pasti akan menodai tempat tidur Hanzero.Hanzero berjalan ke pintu kamar mandi, menatap Ellena yang hanya menjulurkan kepalanya, dan mengerutkan kening, "Kamu...""Jangan pedulikan aku. Cepat pergi dan cari seseorang saja untuk bertanya. Aku sangat tidak
Ellena tertegun sejenak dan membatu karena pertanyaan Hanzero. Awalnya, dia merasa ini adalah pengetahuan umum yang pasti diketahui orang banyak. Tetapi, dia kemudian teringat penyakit aneh Hanzero. Bagi seorang pria yang lajang karena reaksi alergi terhadap kontak wanita dan belum pernah memiliki suatu hubungan sebelumnya, tidak mengherankan jika Hanzero tidak mengetahui hal ini.Ellena mengangkat kepalanya, melirik ke arah Hanzero dan dengan sabar menjelaskan, “Ini sakit karena datang bulan. Saat datang bulan, perut akan merasa sedikit tidak nyaman.""Sakit karena datang bulan?""Iya," Ellena mengulurkan tangannya dan menyentuh perutnya, "Sebenarnya aku sudah lebih baik sekarang. Dulu, setiap kali merasa sakit, rasanya aku seperti ingin pingsan."Ellena berbicara dengan sangat santai, tetapi Hanzero mendengarkannya dengan ekspresi yang begitu serius. Ketika dia selesai berbicara, dia melihat pria itu mengerutkan kening, "Apa sangat sakit?" tanya Hanzero dengan ekspresi wajah yang sa
"Baik, Tuan."Segera, gula merah langsung dikeluarkan.Hanzero mengeluarkan ponselnya dan mencari 'bagaimana cara membuat air gula merah yang diminum perempuan yang sedang datang bulan' di Baidu. Beberapa detik kemudian, dia mendapatkan puluhan ribu informasi terkait.Hanzero melihat semua artikel dengan serius dan teliti, kemudian memilih jawaban yang menurutnya paling dapat diandalkan. Dia juga melihat metode spesifik tanggapan netizen secara rinci. Ditulis bahwa masih dibutuhkan kurma merah dan jahe untuk membuat rebusan air gula merah. Hanzero langsung menyuruh seseorang lagi untuk mencari kurma merah dan jahe.Ryan yang sedang memperhatikan dari samping bisa melihat postur Hanzero yang seolah ingin memasak sendiri. Dia jelas tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tidak, seharusnya pemandangan ini masuk kategori horor.Tuan Muda Hanz adalah seseorang yang tumbuh dengan hormat dan bermartabat sejak masih kecil. Kedua tangannya itu tidak pernah bersentuhan dengan asap dapur. Nam
"Pelayan Ryan," pelayan itu bertanya dengan suara rendah dan tatapan matanya penuh dengan keingintahuan, "Apa kamu tahu siapa Nyonya Muda kita? Kenapa aku tidak pernah mendengar Tuan Muda mengungkapkan apapun sebelumnya? Tiba-tiba saja mereka sudah menikah."Awalnya, para pelayan Hanzero selalu berpikir bahwa calon nyonya muda mereka adalah Intan. Nona Intan tumbuh bersama Tuan Muda dan mereka bisa dianggap sebagai cinta monyet.Keluarga Intan dan keluarga Hanzero adalah teman yang sangat dekat. Persahabatan antara kedua orang tua mereka juga sangat baik. Selain itu, Nyonya Besar Brahmana juga sangat menyukai Intan dan memperlakukannya sebaik putrinya sendiri.Nyonya Besar pasti berharap Nona Intan menikah dengan Tuan Muda. Tapi, Tuan Muda tiba-tiba sudah menikah dan pasangannya bukan Nona Intan. Apa Nyonya Besar tahu tentang ini? batin pelayan itu.Begitu pelayan itu bertanya, Ryan mengerutkan kening dan wajahnya tenggelam. Ia segera menegurnya dengan suara rendah, "Ini bukan sesuatu
Di titik ini, Yunita mulai berkata dengan marah, "Adik tirimu ini benar-benar menjijikkan. Tidak perlu membicarakan soal dia merebut tunanganmu, tapi sekarang dia masih ingin mengalahkanmu dalam karirmu? Kenapa dia bisa begitu jahat seperti itu?!"Ellena mengatupkan bibirnya dan terdiam beberapa saat."Ellena, kamu harus melawan balik!" kata Yunita dengan kesal lalu menggertakkan gigi, "Karena dia ingin kamu menjalani kehidupan yang buruk, kamu harus balas dia. Ambil tindakan yang pasti untuk membuktikan kalau kamu hidup dengan baik. Tidak hanya hidup dengan baik, bahkan seratus kali lebih baik daripada hidupnya.""Apalah artinya dia merebut seorang Reno sedangkan pria tampanmu itu jauh lebih baik 1000 kali lipat? Dia ingin menekanmu menggunakan kariermu, jadi kamu seharusnya bisa menunjukkan kekuatanmu yang sebenarnya padanya. Bagaimanapun, ada Hanzero di belakangmu. Apa lagi yang masih kamu takutkan? Bukankah dia juga mengandalkan Reno untuk mendukungnya hingga dia begitu tidak berm
| Ellena: Yun, apa drama ini diadaptasi dari novel?| Yunita: Iya, benar. Penulis aslinya cukup terkenal dan memiliki jutaan penggemar. Buku ini juga memiliki banyak penggemar. Kalau kamu berakting dengan baik, rating pasti tidak akan rendah. Aku dengar wewenang penulis asli sangat besar dan dia juga dapat berpartisipasi untuk memilih pemeran. Pemeran pria utama juga ditunjuk olehnya.Setelah selesai memverifikasi, Ellena merasa begitu sangat senang karena drama itu benar-benar adaptasi dari novel kesayangannya. Dia juga mengakui jika penulis novel itu memang memiliki wawasan yang cukup bagus.Penampilan dan aura Marcel sangat mirip dengan tokoh protagonis di novel aslinya. Tokoh utama pria dalam novel aslinya adalah pria muda yang tampan. Setelah memasuki industri hiburan, Marcel juga selalu mendapatkan karakter sebagai pria muda yang tampan. Bisa dibilang jika karakter dalam novel aslinya sepertinya tercipta untuk Marcel.Ellena sudah membaca novel aslinya sampai tamat bahkan mengul
Mata Ellena menjadi lebih perih, dia menundukkan kepalanya dan mengangguk, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil mangkuk dari tangan Hanzero. Dia mengangkat kepalanya dan meminum semangkuk kecil air gula merah panas dalam satu tarikan nafas.Karena Hanzero menambahkan jahe dalam rebusan air gula merah, panasnya langsung menyebar ke seluruh tubuhnya, meskipun dia baru minum setengah mangkuk kecil. Entah ini efek psikologis atau bukan, tapi dia tiba-tiba merasa sakit perut bagian bawah sudah berkurang. Dia merasa jauh lebih nyaman.Setelah Ellena selesai minum, Hanzero mengambil mangkuk kosong itu dan meletakkannya di meja samping tempat tidur. Mata gelap dan dalam pria itu menunjukkan sedikit harapan saat dia bertanya pada Ellena, "Bagaimana rasanya?"Hanzero memasak untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Meskipun hanya semangkuk air gula merah, dia masih sedikit kurang percaya diri.Ellena mengangkat kepalanya, tersenyum manis pada Hanzero dan menjawab, "Mm, ini enak."Seorang pri
Sekarang dia menyadari bahwa pernikahan ini tidak seburuk yang ia kira. Menikah terasa menyenangkan dan membuatnya merasa lumayan baik. Memiliki seorang suami yang mencintainya dan memanjakannya juga sangat bagus.Semuanya jauh lebih baik dari yang dibayangkan. Mungkin, dia harus menyesuaikan lagi mentalitasnya dan seharusnya mencoba untuk benar-benar memperlakukan Hanzero sebagai suaminya.Setelah Hanzero keluar dari kamar tidur, dia langsung pergi ke ruang kerja. Kamar tidurnya ada di lantai tiga dan ruang kerjanya ada di lantai dua.Setelah Intan melihat Hanzero turun, barulah dia perlahan keluar setelah sedari tadi berdiri di sudut tangga. Dia berjalan sampai di luar kamar Hanzero tanpa bisa dijelaskan. Setelah ragu-ragu selama beberapa saat, dia mengulurkan tangan dan mengetuk pintu.Ellena belum lama memejamkan matanya di dalam kamar, dan sebelum dia merasa mengantuk, dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Dia mengira itu Hanzero yang lupa mengambil sesuatu. Tetapi kemudian dia
"Bukankah kamu presiden di perusahaan? Kenapa kamu begitu sibuk sampai masih harus bekerja saat libur?" tanya Ellena tak mengerti.Hanzero tersenyum dan menjelaskan, "Aku baru saja mengambil alih perusahaan belum lama ini dan aku perlu mengurus banyak hal secara pribadi, tapi jangan khawatir. Tunggu setelah selesai dari kesibukan di bulan ini, nanti aku tidak akan begitu sibuk. Aku akan berusaha meluangkan lebih banyak waktu untuk menghabiskan waktu menemanimu.""...Aku tidak bermaksud begitu," gumam Ellena dengan agak malu. Perkataan ini membuat Ellena terdengar seolah sedang mengeluh kalau Hanzero tidak punya waktu untuk menemaninya."Kamu tidak bermaksud begitu, tapi aku ingin lebih sering menemanimu," kata Hanzero sambil menatap Ellena dengan lembut. "Sayang, apa kamu ingin menghabiskan lebih banyak waktu di sisiku dan bersama denganku?"Di bawah tatapan Hanzero yang terfokus dan lembut, jantung Ellena berdegup kencang dan wajahnya mulai memanas. Tanpa menunggu jawabannya, Hanzero
Intan sering masuk ke rumah keluarga Brahmana. Sebelum Hanzero menikah, para pelayan di rumah keluarga ini pada dasarnya menganggapnya sebagai calon nyonya muda. Bahkan, jika Hanzero sudah menikah sekarang, para pelayan ini tetap bersikap sopan padanya.Meskipun Intan bukan Nyonya Muda, ia juga Nona Intan. Karenanya, ketika dia bertanya, pelayan wanita itu langsung menjawab dengan hormat, "Nona Intan, ini air gula merah.""Air gula merah?" Intan tertegun, "Ini dibawa untuk apa?""Sebelum Tuan Muda kembali membawa Nyonya Muda, dia meminta kami merebuskan air gula merah. Ini seharusnya untuk diminum Nyonya Muda," kata pelayan wanita itu sambil tersenyum sebelum ia melihat wajah Intan yang seketika menjadi suram, "Ini minuman untuk meredakan sakit datang bulan wanita.""Iya," jawab pelayan wanita lainnya sambil tersenyum, "Saya benar-benar tidak menyangka bahwa Tuan Muda kami ternyata adalah orang yang begitu peduli dan perhatian. Tuan Muda sangat baik pada Nyonya Muda. Tuan Muda tidak h
"Nenek, aku akan membantumu," kata Intan.Nyonya Tua memang memiliki sedikit masalah di kakinya dan jalannya juga sedikit tidak lancar. Intan bergerak dengan hati-hati untuk membantu Nenek Hanzero itu berdiri dan mengingatkannya dengan lembut, “Nenek, pelan-pelan."Setelah Nyonya tua bangun, dia menoleh dan menatap Intan lagi. Matanya menunjukkan jejak penyesalan dan belas kasihan. Gadis ini sangat baik. Dalam hal latar belakang keluarga, penampilan, dan kemampuan pribadi semuanya sangat cocok dengan cucu kesayangannya. Gadis ini akan mencintai orang dan menjadi berbakti. Mereka sebagai orang tua juga cukup menyukai Intan.Keluarganya dan kerabat jauh Mahendra juga. Para orang tua dari kedua keluarga juga memiliki hubungan yang baik. Dulu, mereka sudah terpikirkan rencana untuk menikahkan kedua anak mereka.Hanya saja... Tidak peduli seberapa inginnya mereka sebagai orang tua, kedua keturunan mereka ini tidak saling menyukai satu sama lain. Mereka sebagai orang tua juga tidak bisa mem
"Itu kamu yang mengatakannya lho. Ibu tidak minta," kata Ibu Hanzero. Ia merasa sedikit lebih nyaman ketika mendapatkan perhiasan itu dan merasakan perhatian putranya."Iya, aku yang mengatakannya."Hanzero mengaitkan bibirnya, menundukkan kepalanya, dan bertanya pada Ellena, "Apa kamu sudah mengantuk? Kamu ingin pergi tidur? Aku akan mengantarmu ke kamar sebentar."Ellena sebenarnya tidak mengantuk, tapi dia masih ingin pindah tempat. Meskipun nenek dan ibu Hanzero terlihat senang berbicara dengan baik padanya, dia masih merasa tidak nyaman berada di depan para orang tua. Karena itu dia membalas dengan lembut, "Hm.""Oke. Kalau begitu, aku akan membawamu ke kamar untuk tidur sebentar."Hanzero mengangkat kepalanya dan berkata pada ibu dan neneknya. "Ibu, Nenek, kalian sudah bertemu Ellena, kan? Karena sekarang sudah tidak pagi lagi, bukankah kalian juga harus tidur siang? Aku agak mengantuk, jadi aku akan pergi tidur sebentar. Tunggu hingga makan malam, baru kalian panggil aku."Sete
“Baik, baik. Kalian memang harus bekerja keras,” kata nenek. Nenek Brahmana melihat Ellena bersandar pada Hanzero. Cucu kesayangannya itu juga menatap cucu menantunya dengan penuh kasih sayang. Pasangan muda ini mempunyai hubungan yang sangat baik, wanita tua itu sangat bahagia di dalam lubuk hatinya. Tampaknya, ada harapan baginya untuk menimbang cicit tahun depan.“Ellena, ikut denganku. Ada yang harus aku kenalkan padamu lagi.” Hanzero berbalik dengan Ellena di pelukannya. Lalu perlahan berjalan ke arah nyonya besar dan berkata dengan lembut, “Ini adalah ibuku, dan ini Intan. Karena kamu sudah bertemu dengan Intan, aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.”Ellena tersipu dan mengangkat kepalanya dari pelukan Hanzero. Saat dia melihat ibu Hanzero, dia sedikit tercengang. Entah ini hanya halusinasinya saja atau bukan, hanya saja, dia baru saja melihat ada sedikit rasa jijik dan marah di mata ibu Hanzero. Tetapi jejak itu tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata.Bibir nyonya besar menu
“Bibi Evelyn, apa aku salah bicara?” Intan meraih tangan nyonya besar dengan gelisah. “Jangan marah, aku juga hanya menduga-duga. Katanya dulu, Bibi sangat kesusahan saat mengandung Hanz. Bibi harus mendapat ratusan suntikan dan berbaring di atas tempat tidur sampai hampir setahun. Hingga akhirnya bisa melahirkan Hanz dengan selamat. Jika anak yang berbakti seperti Hanz, pasti menganggap ibunya sebagai orang yang paling penting.” Wajah nyonya besar terlihat muram dan dia tidak bicara lagi. Setelah Intan melihat jika tujuannya telah tercapai, dia juga tidak ingin mengatakan apapun lagi. Dia hanya melirik ke arah Ellena lagi dan melihat di sana Nenek Brahmana memberi sebuah kotak pada Ellena. Tanpa perlu melihatnya, Intan juga sudah tahu jika pasti itu adalah barang bagus yang berharga. Dalam mata Intan ada banyak sekali kecemburuan, tetapi dia membujuk Nyonya besar dengan lembut. “Bibi, jangan tunjukan jika Bibi sekarang sedang marah. Kalau tidak, Nenek Brahmana akan tidak senang.”
Biar bagaimanapun juga nyonya tua adalah pemegang kekuasaan yang mutlak di keluarga Brahmana sekarang, sejak Evelyn muda hingga saat ini dia telah dipanggil nyonya besar, dia tetap memiliki perasaan takut dan segan terhadap wanita tua itu.Dia tidak berani sembarangan menyinggung nyonya tua yang tidak lain adalah mertuanya itu, tetapi dia masih tidak puas dengan menantu yang tiba-tiba muncul ini.Lalu nyonya besar bertanya pada Intan, “Apa kamu mengenal wanita yang dibawa pulang Hanz itu?”Mata Intan terus mengikuti Hanzero sejak pria itu datang membawa Ellena ke ruang tamu. Dia melihat Hanzero begitu memanjakan Ellena, menyentuh kepalanya dan melihat ke arah Ellena dengan tatapan memanjakan. Hatinya bagai dirobek-robek dan itu benar-benar membuatnya tidak nyaman.Aku tidak mungkin cemburu, pikir Intan. Tapi dia merasa sangat cemburu, hingga tidak masuk akal. Dia adalah wanita yang telah tumbuh bersama dengan Hanzero dan juga satu-satunya teman wanita yang bisa tinggal di sisi Hanzero
Ellena makin merasa sangat gugup. Wanita kecil ini sungguh gugup hingga meremas tangan Hanzero. Hanzero pun balik meremas telapak tangan kecilnya dengan nyaman. Kemudian, dia menggandeng Ellena dan menuntunnya berjalan ke depan Nyonya Tua Brahmana.Hanzero menyentuh kepala Ellena dengan penuh kelembutan di depan umum dan kemudian berkata, "Ibu, Nenek. Ini adalah istriku, Ellena. Kami sudah mencatatkan pernikahan kami. Hari ini aku membawanya kembali untuk bertemu dengan kalian."Ada keheningan selama beberapa detik. Setelah Hanzero selesai memperkenalkan identitas Ellena sebagai istrinya, tidak ada satupun dari mereka yang berbicara. Hanzero juga tidak terlalu peduli dan dengan tenang memperkenalkan pada Ellena, "Ellena, ini adalah nenekku."Ellena mengikuti arah pandangan Hanzero dan menatap wanita tua dari keluarga Brahmana itu. Dia seketika terdiam dan menarik napas dalam-dalam, lalu menyunggingkan senyuman manis dari sudut bibirnya dan berbicara dengan manis, "Halo, Nenek."Wanita