Perawat melihat Salma yang berpakaian bagus dan mengaku sebagai kakak perempuan kedua Kelvin. Dia pikir, wanita ini seharusnya bukan pembohong. Tiba-tiba, sikap perawat itu menjadi sangat hormat dan dia menjawab, "Ah, maaf, Nona. Tuan Kelvin belum keluar dari rumah sakit, tapi dia pindah ruang rawat dan sekarang tidak tinggal di sini."Salma berkedip, "Pindah? Pindah di mana?"Perawat itu melirik Salma lagi. Padahal, kakak beradik. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui hal ini? gumamnya dalam hati. Tapi, dia masih tetap menjawab dengan sopan, "Sudah pindah ke zona khusus VIP sejak lama."Wajah Salma tiba-tiba berubah saat dia mendengar kata-kata zona khusus VIP. Ada ekspresi tidak percaya di wajahnya. Dia bertanya lagi untuk memastikan, "Apa kamu yakin Kelvin pindah ke sana?"Zona khusus VIP bukan tempat yang bisa ditinggali orang biasa. Orang kaya pun juga belum tentu bisa tinggal di sana. Mereka yang bisa tinggal di zona itu adalah tokoh-tokoh berkuasa yang sangat terkemuka. Salma
Reputasi Salma dihancurkan lagi dan lagi. Dia merasa kesal hingga mual dan rasanya hampir muntah darah. Wajahnya yang berpura-pura lembut juga mulai mengeras. Kelvin menarik napas dalam-dalam dan mengepalkan tinjunya. Lalu, dia menarik sudut bibirnya dan tersenyum kaku, "Kelvin, aku mencarimu karena ada masalah yang sangat penting dan ini berhubungan dengan Kak Ellena. Apa kamu benar-benar tidak ingin mengetahuinya?"Kelvin mengerutkan kening dan menatap Salma selama beberapa saat. Salma bisa melihat ekspresi wajahnya mengendur dan segera berkata, "Aku tahu kamu sangat peduli pada kakakmu. Sebenarnya aku juga sangat mempedulikannya. Jadi aku harus memberitahumu tentang masalah ini. Kakakku selalu menghormatimu dan hanya kamu yang bisa membujuknya.”"Masalah apa yang kamu maksud?""Biarkan aku masuk dulu. Tidak baik jika masalah ini diketahui orang luar."Sedikit keraguan muncul di wajah kosong Kelvin. Setelah beberapa saat, pemuda itu berkata kepada penjaga di luar, "Biarkan dia masuk
Sangat tidak mungkin! pikir Salma. Wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak bisa dan tidak ingin mempercayai apa yang didengarnya. Salma langsung bertanya, "Kelvin, kamu tidak salah dengar? Kamu bilang mereka sudah menikah? Siapa yang memberitahumu ini?"Ellena baru saja putus dari Reno, belum lama ini. Bagaimana mungkin dia langsung menikah dengan pria lain? Salma tidak bisa percaya bahwa ini benar."Kakakku sendiri yang memberitahuku," jawab Kelvin sambil melirik reaksi Salma. Pemuda tampan itu mengerutkan kening dan berkata dengan sedikit kewaspadaan di matanya, "Salma, apa kamu ingin merebut kakak iparku lagi? Aku beritahu kamu, jangan bermimpi! Kakak iparku tidak seperti si bajingan Reno yang tidak tahan dengan godaan. Di matanya hanya ada kakakku seorang. Jangan pernah berpikir untuk melakukan itu!"Salma langsung merasa tertusuk. Dia tiba-tiba menjadi sedikit malu dan marah. Dia segera menyangkal, "Kamu langsung mempercayai apa yang dikatakan Ellena? Dia dan pria itu sama sekali bel
Ellena tidak ingin mengganggu pekerjaan Hanzero, jadi dia berjalan keluar dengan perlahan-lahan. Namun, baru saja melangkah maju, dia langsung melihat Hanzero yang sedetik sebelumnya masih membaca dokumen tiba-tiba perlahan mengangkat kepalanya.Hanzero menatap lurus ke arahnya, lalu membuka mulutnya untuk bertanya dengan suara yang lembut dan seksi, "Sayang, kamu tidur nyenyak?""....." Ellena hanya terdiam, dia menggigit ujung bibirnya dan berjalan ke arah Hanzero dengan sedikit malu, lalu bertanya, "Apa aku mengganggumu?""Tidak."Hanzero meletakkan pena di tangannya dan mengaitkan jarinya ke arah Ellena.Setelah Ellena berjalan sampai di depannya, dia segera menariknya ke dalam pelukannya. Hanzero melingkarkan lengannya yang kokoh di pinggang Ellena, merengkuh tubuh mungilnya yang lembut, dan mendudukkannya di pangkuannya.Napas hangatnya berembus ke telinga Ellena dan bibir pria itu hampir menempel ke telinganya saat berkata, "Kamu lebih penting daripada pekerjaan."Wajah Ellena
"Hm, pergilah." Hanzero melambaikan tangan pada Leo, mengisyaratkan bahwa ia bisa pergi. Leo juga tidak berani tinggal terlalu lama. Dia berbalik dan segera pergi dengan cepat, memberikan waktu dan ruang untuk pasangan suami itu.Setelah Leo pergi, hanya Hanzero dan Ellena yang tersisa di dalam kantor presiden. Hanzero masih memeluk Ellena, mengambil laporan keuangan dan melihatnya. Sementara itu, Ellena berbaring di pelukannya dan menunggu sebentar. Tampaknya pria itu masih tidak berniat melepaskannya.Ellena mengangkat kepalanya, menggigit bibirnya, dan berbisik, "Bisakah kamu melepaskan aku sekarang?"Pria itu menundukkan kepalanya dan menatap Ellena dengan tatapan yang mempesona, "Emm?""Kamu masih harus bekerja, kan?" Ellena melirik laporan keuangan di tangan Hanzero, "Seperti ini, aku hanya akan mengganggumu.""Tidak akan," jawab Hanzero sambil menarik sudut bibirnya dengan lembut. "Memelukmu sambil bekerja, bisa jauh lebih cepat. Sayang, menurutlah dan biarkan aku memelukmu seb
"Heh, kamu hanya boleh berbicara seperti itu di depan kami. Tapi jangan mengatakannya di depan Kakak Ipar. Kamu tahu, Kak Hanz akan sangat melindungi orang yang dicintainya. Kalau kamu berbicara tentang istrinya seperti ini, dia mungkin akan berubah sikap menjadi tidak baik padamu.""Heh," pria dengan suara indah itu mendengus lagi dan mencibir, "Jika dia berubah demi seorang wanita yang baru dia kenal, bahkan sampai tidak menginginkan saudaranya, kenapa? Kalau mau berubah, berubah saja sendiri. Aku tidak peduli.""Kimmy," suara wanita itu terdengar lagi sekarang, "Kalau kamu bersikap seperti ini, sama saja dengan melepaskan satu orang penting hanya demi satu orang yang tidak penting?""Tidak peduli orang macam apa wanita itu, karena Hanzero menyukainya, dan dia juga sudah menikah dengannya, kita... biarkan saja.""Hah.""Baiklah, baiklah. Pelankan sedikit suara kalian. Jangan sampai nanti Kak Hanz datang dan mendengarnya."Saat ini Ellena yang berdiri di luar pintu dapat mendengar se
Masalahnya, itu benar-benar brutal. Meskipun mereka sangat akrab dan tumbuh sejak masih sama-sama bau ompol, Khale juga dengan tegas menolak perilaku brutal seperti itu. Menyentuh anak di bawah umur!Melihat berbagai tatapan penasaran Khale tertuju pada Ellena, mata Hanzero tenggelam. Dia mengulurkan tangannya dan melingkarkan lengannya di pinggang wanita kecil di sampingnya dengan posesif. Pria itu memandang Khale dengan tatapan dingin dan sedikit memperingatkan, "Apa kamu sudah cukup melihatnya? Bukannya menyapa kakak ipar, malah bengong seperti itu. Tidak sopan?""....." Khale hanya bisa terdiam. Namun, diam-diam dia menggerutu dalam hati, tatapan mata Hanzero jelas terlihat berbahaya. Itu seperti memperlakukan Khale sebagai saingan cinta.Setelah melihat ekspresi posesif Hanzero sudut bibir Khale segera terangkat. Demi menyelamatkan hidupnya dia segera membuang muka."Uhuk-uhuk-uhuk. Halo, Kakak Ipar,” Khale mengerutkan bibirnya dan mengulurkan tangan ke arah Ellena, "Namaku Khale
Hanzero mengangkat kepala dan menatap Intan. Sebuah senyum menawan terbit di bibir Intan, lalu dia menopang dagunya dengan satu tangan dan seolah berbicara dengan santai, "Aku masih ingat ketika kamu datang ke rumahku dulu, ibuku selalu memasakkan kepala ikan dengan paprika cincang. Ibu bilang kamu paling suka makan itu. Awalnya aku tidak suka makan hidangan itu, tapi kemudian aku ikut makan denganmu beberapa kali. Ternyata aku juga merasa jika rasanya enak. Aku sangat merindukan hidangan ini selama berada di luar negeri. Aku berpikir jika kembali ke tanah air, aku harus mengajakmu makan ini bersama-sama."Intan berbicara sampai di sini, lalu tersenyum sedikit dan melanjutkan, “Aku juga tidak tahu bagaimana restoran ini membuat kepala ikan dengan paprika cincang."Wajah Khale yang duduk di sebelahnya tampak sedikit berubah dan alisnya berkerut. Sementara itu, Kimmy mengencangkan bibirnya dan meletakkan gelas anggurnya hingga menimbulkan suara keras, lalu bangkit dan berkata dengan din
Kemudian dia menggeleng, “Aku tidak tahu.”Hanzero mengerutkan alisnya. “Tidak tahu bagaimana?”“Aku tidak tahu.” Ellena kembali menggeleng lalu cepat-cepat menunduk dan menenggelamkan wajahnya kembali di dada Hanzero.“Ini sudah malam, ayolah kita tidur.” Ellena berkata demikian untuk mengganti topik pembicaraan.Hanzero tahu jika saat ini wajah Ellena memerah karena malu, dia tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Dia kemudian mendorong tubuh Ellena dengan lembut, mengangkat kembali wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menatap dalam-dalam kedua mata hitam Ellena.Lalu dia mencium bibir Ellena. Awalnya hanya ingin mencium karena iseng saja. Tetapi akhirnya Hanzero tidak bisa mengendalikan diri dan dia benar-benar mencium Ellena dengan serius dan dalam. Tadinya Ellena hanya pasrah saja, tetapi perlahan ciuman Hanzero terasa begitu manis dan menggetarkan hatinya. Desir-desir indah mulai menyerang nadinya dan mengalir ke seluruh tubuhnya. Perlahan Ellena pun mulai bergerak dan me
Di ujung sana dia melihat seorang pelayan wanita dan dia langsung bertanya, “Apa kamu melihat Nyonya muda kalian?”Pelayan wanita itu menoleh, menatap wajah khawatir Tuan mudanya. Dia tersenyum, kemudian berkata, “Tadi saya melihat Nyonya muda mengantar Nyonya besar ke kamarnya.”“Apa? Nyonya muda mengantar Nyonya besar ke kamarnya?” Hanzero terkejut mendengar perkataan pelayan wanita itu.“Iya benar, Tuan muda. Dan sejak masuk ke dalam kamar Nyonya besar, Nyonya muda belum keluar hingga sekarang.”Mendengar pelayan wanita mengatakan itu, Hanzero tidak bisa untuk tidak khawatir. Dia langsung berbalik tanpa berkata lagi pada pelayan wanita itu untuk pergi ke kamar ibunya. Pikirannya benar-benar tidak bisa tenang memikirkan apa yang akan dilakukan ibunya atau setidaknya apa yang akan dikatakan ibunya pada Ellena.Ibunya tidak menyukai Ellena, sudah pasti ibunya akan melakukan sesuatu untuk membuat Ellena tidak nyaman. Memikirkan hal itu Hanzero benar-benar khawatir. Dia bergegas ke kama
Ellena yang melihat itu tidak mungkin diam saja. Meskipun dia sangat sungkan dan canggung, tapi dia tetap bergerak mendekati dan menopang kedua bahu Nyonya besar.“Ibu kenapa? Apa kaki ibu sakit?” tanya Ellena dengan lembut.Nyonya besar mendongak menatap wajah Ellena sebentar kemudian menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak apa-apa. Pergilah ke kamarmu saja. Aku juga harus pergi ke kamarku.”Nyonya besar langsung bergerak untuk pergi, tapi lagi-lagi dia mengeluh dan merasakan sakit di lututnya.“Ibu, biar aku membantumu ke kamar dulu. Sepertinya kaki Ibu ngilu karena cuaca dingin ini.”Nyonya besar membeku. Dia sebenarnya sangat ingin melepaskan kedua tangan Ellena yang masih memegangi kedua pundaknya. Tapi entah kenapa hatinya tidak sanggup untuk melakukan hal itu. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia mengangguk dengan pelan.Ellena mengantar Nyonya besar sampai ke kamarnya. Dia membantu Ibu Hanzero itu naik ke atas tempat tidur.“Ibu, aku akan membantu mengoleskan minyak telo
Jujur saja, Kimmy merasa sedih melihat gadis yang selama ini selalu dicintainya itu menderita seperti ini. Tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. Orang yang dicintai Intan sudah memilih wanita lain. Jika dipikir-pikir, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Hanzero sudah menemukan cintanya. Sejak dulu mereka bersama-sama, semua orang juga tahu jika Hanzero memang tidak pernah menaruh ketertarikan pada Intan. Bukan Kimmy tidak pernah memberitahu Intan, tetapi gadis ini memang sangat keras kepala. Dia selalu yakin jika suatu saat Hanzero akan menaruh hati padanya.Beberapa saat kemudian, Intan terlihat membuka matanya.“Intan, bagaimana? Apa kamu merasa sangat tidak nyaman? Aku akan memanggil dokter untuk kemari agar memeriksamu,” kata Kimmy.Kimmy sudah akan berdiri untuk mengambil ponselnya, tetapi Intan langsung menahan pergelangan tangannya. “Tidak perlu, Kim. Aku baik-baik saja.”Kimmy mengerutkan alisnya. “Baik-baik saja bagaimana? Kamu demam.”“Beri saja aku obat, ini ha
Hanzero keluar dari ruang ganti setelah mengganti pakaiannya, tetapi dia tidak melihat Ellena. Dia pergi ke kamar mandi dan melihat-lihat, tetapi tetap tidak ada orang yang terlihat. Tidak hanya orangnya yang menghilang, ponselnya juga menghilang.Hanzero berpikir sejenak, mengeluarkan ponselnya, dan mengirimkan pesan teks.| Hanzero: Di mana?Tidak ingin melihatnya berganti pakaian, jadi dia takut dan bersembunyi.Ellena segera membalas. Hanzero mengaitkan bibirnya dan segera menjawab.| Ellena: Aku pergi menemui Kelvin. Sekarang masih pagi, kita keluar agak terlambat sedikit saja.| Hanzero: Baiklah, jangan terburu-buru. Bicaralah baik-baik dengannya. Hubungi aku kapan pun kalau kamu membutuhkan bantuanku.Ternyata Ellena pergi untuk menemui Kelvin. Setelah membalas pesan teks itu, Hanzero berjalan keluar dari kamar tidur dan memanggil Ryan.Ryan menyilangkan kedua tangan, berdiri di depan Hanzero dengan hormat, dan bertanya, "Tuan, apa Anda punya perintah?"Hanzero terdiam selama b
"Tidak masalah. Hanya saja, suasana hati Kelvin sedang buruk. Apa dia akan bersedia pergi keluar dengan kita? Aku masih tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.""Karena suasana hatinya sedang buruk, dia harus jalan-jalan keluar."Setelah memasuki ruang ganti, Hanzero menggendong Ellena dan dengan lembut meletakkannya di satu sofa di samping. Lalu, dia berbalik dan berjalan ke lemari. Dia mengeluarkan satu set kemeja dan celana panjang dari dalam lemari.Ellena mengangkat kepalanya dan melihat bahwa kemeja dan celana panjang di tangan Hanzero sama-sama berwarna hitam. Dia tidak dapat menahan diri dan berceletuk, "Apa semua pakaian dan celana di dalam lemari berwarna hitam? Dan tidak ada warna lain?"Hanzero sangat suka memakai kemeja hitam dan celana panjang hitam. Ellena melihat sekilas ke dalam lemarinya sekarang dan sebagian besar yang dilihatnya adalah pakaian berwarna hitam.Meskipun Ellena juga berpikir bahwa Hanzero terlihat bagus dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam k
Hanzero hanya ingin mempermainkan Ellena dengan kurang ajar seperti bajingan.Ellena tidak bisa berkata-kata.Tangan Ellena sangat sakit sekarang. Bahkan, rasanya sangat sakit meskipun dia hanya menggerakkan jari-jarinya saja. Saat Ellena melihat pelakunya berada di depan matanya, dia bangkit dengan sangat berani dan berkata dengan suara yang kejam, "Hanzero, kamu tidak tahu malu.""Ya, aku tidak tahu malu," Hanzero mengangguk, menunjukkan bahwa dia setuju.Di depan istri sendiri, wajah seperti apa yang Hanzero ingin tampilkan? Jika dia peduli dengan reputasinya di depan Ellena, apakah dia masih bisa menikmati kenikmatan seperti barusan? Menurut Hanzero, memikirkan reputasi dan hal semacam ini harus membedakan orang. Sedangkan, jika dia merasa malu dengan istri sendiri, itu adalah sebuah sikap yang bodoh.Ellena tidak bisa berkata-kata.Setelah Hanzero dengan senang hati mengakui bahwa dia adalah seorang bajingan dan tidak tahu malu, Ellena menyadari bahwa sepertinya tidak ada cara la
Seluruh tubuh Ellena menjadi lunak di lengan Hanzero dan seluruh tubuhnya seperti mati rasa. Da merasa hampir tersentuh. Kemampu berciuman Hanzero yang luar biasa membuat Ellena sangat pusing dan dia bertanya dengan terengah-engah, "Ha... Hadiah apa?"Ketika Ellena tidur tadi dia mengulurkan tangannya untuk menarik piyamanya karena - kepanasan. Beberapa kancing piyamanya terlepas, tetapi ia sendiri tidak menyadarinya.Saat ini, Ellena sedang berbaring di pelukan Hanzero. Begitu Hanzero menundukkan kepalanya, pria itu langsung bisa melihat kulit putih yang menyilaukan di dadanya. Ini benar-benar seperti giok yang menyilaukan, namun empuk saat dipegang. Pemandangan ini membuatnya tidak bisa melepaskan matanyaMata Hanzero menggelap dan memanas. la meraih salah satu tangan kecil Ellena, membawanya ke suatu tempat, dan berkata dengan suara serak, "Aku sudah menahannya sepanjang hari dan rasanya sangat tidak nyaman. Sayang, bisakah kamu membantu suamimu menyelesaikannya?"Ellena merasakan
Tidak lama setelah Reno mulai mendiskusikan pernikahan dengan Ellena, Salma langsung hamil. Kemudian, Ellena mengetahui tentang masalah mereka sehingga memutuskan Reno. Karena ada anaknya di kandungan Salma, Reno akhirnya bersama dengan Salma. Saat Reno memikirkan kemungkinan tertentu di dalam hatinya, ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat buruk."Kak Reno, kamu... ada apa denganmu?" tanya Salma sambil menatap Reno dengan hati-hati. Hatinya terasa sangat gugup dan dia membatin, Kak Reno jadi seperti ini. Apakah dia... menemukan sesuatu?Reno menatap Salma dengan tatapan yang berat untuk beberapa saat. Dia perlahan-lahan mengerutkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Salma, seolah berangsur-angsur kembali bersikap normal, "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa masih harus membawamu ke rumah sakit untuk memeriksanya, baru bisa tenang. Kalau tidak, aku akan mengkhawatirkanmu."Sekarang, jika Reno memikirkannya, Salma yang selalu mengatakan tentang masalah kehamilannya.