Share

Basíleia

Author: Maoni
last update Huling Na-update: 2022-10-09 11:34:09

Pukul setengah enam pagi, Hera sudah mengelap meja serta menata berbagai peralatan makan dan minum di atasnya. Setelah kedelapan meja kayu di ruangan itu rapi dan bersih, ia merapikan empat kursi kayu yang mengelilingi setiap meja tersebut. Sambil mengusap peluh dengan punggung tangannya, Hera kemudian menata berbagai peralatan serta perlengkapan di counter barista.

"Kusangka kau akan merengek minta pulang setelah bekerja bersamaku."

Sebuah suara berat membuat Hera memutar badannya. Seorang lelaki tinggi berdiri di hadapannya. Ia tersenyum pada Hera.

"Kau terlalu meremehkan aku, Eggy!" Hera menunjuk hidungnya sendiri lalu mencibir ke arah pemuda itu.

Eggy tertawa mendapat reaksi seperti itu dari Hera. Dengan gemas, ia hendak mengacak-acak rambut perempuan itu. Tapi Hera dengan cepat menghindar. Terakhir kali ia bersentuhan dengan Eggy, jiwa dan raga Hera berpisah. Ia tak mau dianggap pingsan lagi oleh lelaki yang telah menolongnya tersebut. Bisa-bisa, Eggy memaksa Hera untuk pergi melapor ke polisi.

Di lain pihak, Eggy merasa terkesan oleh Hera yang sama sekali tak membiarkan bahkan ujung jari kelingking sekalipun untuk bersentuhan dengannya. Bukannya Eggy ingin menyentuh Hera, ia hanya menilai sikap perempuan itu adalah wujud dari kesetiaan seorang istri pada suaminya. Sayang sekali, suami Hera malah menyia-nyiakan perempuan sebaik dan secantik istrinya.

Dengan hari itu, genap satu bulan sudah Hera tinggal bersama Eggy dalam rumah yang terletak di pinggir jalan tersebut. Bagian depan rumah lelaki itu adalah kedai kopi yang dikelolanya seorang diri. Hera ternyata berada di bagian belakangnya saat pertama kali bertemu dengan Eggy. Hanya ada satu kamar untuk beristirahat, toilet, garasi untuk motor dan gudang persediaan di sana. Setelah Hera menempati kamar tidur satu-satunya tersebut, Eggy merombak gudang persediaan hingga merangkap kamar untuk dirinya sendiri.

Hari pertama Hera habiskan dengan melamun dan membiasakan diri dengan segala perubahan di sekelilingnya. Sementara Eggy mengira bahwa perempuan itu sedang beradaptasi dengan perubahan dari gaya hidup kelas elit menjadi kelas pekerja, Hera sebetulnya sedang berusaha memahami bagaimana menjadi manusia biasa. Meski tahu apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup, ia masih kesulitan untuk menerimanya sebagai bagian dari kehidupan fana yang akan ia jalani.

Eggy tidak memberi kesempatan berleha-leha dan manja untuk Hera. Di hari kedua, lelaki itu segera mengajarkan sang dewi bagaimana cara bekerja sebagai seorang pramusaji di kedainya. Eggy sebetulnya tidak berharap banyak pada perempuan yang tampak terbiasa dilayani alih-alih melayani itu. Tapi semangat belajar Hera membuat Eggy takjub. Perempuan yang terlihat seperti baru berusia dua puluh tiga tahun itu bahkan tak merasa malu mengenakan celana basket dan kaos oblong kebesaran yang dipinjamkan Eggy untuk bekerja.

Seperti manusia pada umumnya, beberapa hari saat ia mulai bekerja, Hera tak luput dari berbagai kesalahan. Mulai dari gerakan yang terlalu lambat, salah memberikan pesanan, tersandung lalu menumpahkan pesanan hingga memecahkan gelas saat mencucinya. Namun yang membuat Eggy kagum, Hera tidak putus asa. Ia memang terlihat kesal pada dirinya sendiri. Tapi Hera selalu berusaha memperbaiki cara kerjanya hingga tak pernah lagi melakukan kesalahan yang sama.

Setelah tiga minggu, Hera menjadi pramusaji yang tak hanya dapat diandalkan tapi juga benar-benar ramah pada pelanggan. Sebelum Hera datang, kedai kopi milik Eggy yang diberi nama Moliendo Cafe sebagian besar pengunjungnya adalah perempuan dari kisaran remaja hingga paruh baya. Mereka datang bukan hanya untuk kopi racikan Eggy. Tapi juga untuk bertemu dan berbicara dengan lelaki yang terkenal tampan dan ramah tersebut. Setelah Hera bekerja di sana, jumlah pengunjung pria dengan cepat meningkat luar biasa!

Pukul enam pagi, kedai mulai dibuka. Eggy dan Hera dengan cekatan melayani para karyawan yang membeli kopi dan menu sarapan seperti toast, croissant atau bagel untuk mereka bawa. Selain pagi hari, titik puncak kesibukan Moliendo Cafe ada pada jam makan siang dan jam pulang kerja di sore hari. Para pria membeli pesanan mereka sekaligus mendapatkan senyuman manis dari Hera sementara para wanita mendapatkannya dari Eggy. Moliendo Cafe tutup pada pukul sepuluh malam.

"Kau belum makan malam, Hera!" Eggy mengingatkan seraya menutup rolling door.

"Nanti saja," ujar Hera. "Aku mau mandi dulu."

"Jangan dulu mandi bila tubuhmu masih berkeringat! Sudah berapa kali aku memberitahumu? Nanti kau masuk angin!"

"Aku tak akan berkeringat lagi setelah membereskan counter."

Eggy tersenyum kalah.

"Kau ini perempuan. Jangan bekerja terlalu keras. Kau akan melahirkan dan membesarkan anak-anakmu nanti. Dan mereka lebih berhak mendapatkan tenaga, pikiran dan kasih sayang daripada pekerjaanmu."

Hera terhenyak mendengar penuturan Eggy. Bahkan Zeus tak pernah sekalipun mempedulikannya seperti itu. Ia memang bukan manusia. Anak-anak Hera tidak mengalami fase pertumbuhan seperti halnya anak manusia. Tapi perhatian seperti yang diberikan Eggy terasa sangat berharga bagi seorang perempuan sekaligus ibu seperti dirinya, manusia atau dewi sekalipun!

"Maaf, apa aku salah bicara?"

"Ah! Tidak!" Hera tersadar dari lamunannya. "Aku hanya suka sekali dengan pekerjaan yang kau berikan. Aku merasa hidup. Kepuasan yang kurasakan saat melihat senyuman pembeli benar-benar membuatku bahagia! Aku juga makan lebih lahap dan tidur lebih nyenyak!"

"Manusia memerlukan tiga hal dalam hidupnya. Bekerja, makan dan tidur. Bila yang pertama tercukupi, yang lainnya akan terasa lebih nyaman."

Eggy berjalan ke arah counter setelah selesai membalikkan semua kursi dan menaruhnya di atas meja-meja di kedai itu.

"Satu lagi." Ia mengambil sebuah amplop dari dalam laci kasir lalu menyerahkannya pada Hera. "Ini adalah hasil kerja kerasmu untuk satu bulan kemarin."

"Apa ini?" tanya Hera seraya membuka amplop tersebut. "Uang? Aku tak bekerja untuk imbalan, Eggy!"

Pemuda itu tertawa mendengarnya.

"Bekerja tanpa mengharapkan imbalan itu namanya menolong, Hera. Tapi bekerja dengan aturan dan dalam waktu yang ditentukan harus memiliki timbal balik yang saling menguntungkan."

"Untuk apa uang sebanyak ini?"

"Kau bisa mengumpulkannya untuk membeli tiket pesawat ke Yunani. Tapi untuk sekarang sih, sebaiknya kau gunakan uang itu untuk membeli pakaian dan segala kebutuhanmu. Aku memberi lebih dari seharusnya karena kau selalu bekerja lebih dari batas waktu yang seharusnya."

Hera menatap Eggy penuh keharuan. Ia merasa sangat dihargai oleh apa yang pemuda itu berikan. Uang memang tak pernah berguna untuk sosok dewi sepertinya. Tapi kenyataan bahwa Eggy tidak memanfaatkan tenaga dan pikiran Hera secara cuma-cuma telah meninggalkan kesan yang sangat mendalam di hatinya.

"Kalau aku punya kekuatan dewi Olympus, aku akan mengangkatmu menjadi salah satu dewa."

Eggy menatap Hera yang berkata dengan ekspresi penuh kesungguhan lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ada-ada saja kau, Hera!"

Hera yang menyadari bahwa dirinya mungkin terdengar sangat bodoh karena apa yang ia ucapkan tadi hanya bisa tersenyum jengah dengan wajah merah padam yang terasa panas.

"Aku merasa sangat tersanjung. Tapi kalau aku ada di dunia dewa dan dewi, mungkin aku akan menjadi monster yang dimusuhi mereka semua."

"Apa?" Hera heran dengan ucapan Eggy. "Mana mungkin manusia baik sepertimu menjadi monster!"

"Siapa tahu? Lagipula aku merasa lebih keren menjadi monster raksasa."

Hera ingin mendebat, tapi Eggy menyuruhnya untuk segera mandi. Perempuan itu terpaksa menahan kata-kata yang ingin ia keluarkan hingga mereka duduk bersama kembali di salah satu meja kedai yang difungsikan sebagai meja makan oleh Eggy. Berbeda dengan penampilannya saat bekerja, rambut Hera yang panjang dan tebal dibiarkan terurai hingga pinggang. Warna hitam legam rambut itu membuat kulitnya yang putih semakin bersinar.

"Kenapa kau berpikir bahwa menjadi monster itu keren?" tanya Hera setelah menghabiskan sepiring nasi goreng yang dibuatkan pemuda itu.

"Kau masih memikirkan itu?" Eggy menatap Hera tak percaya. "Lebih baik kau pikirkan apa saja yang kau butuhkan untuk kau beli dengan gajimu.

"Aku tak tahu," ujar Hera seraya mengangkat pundaknya. "Kurasa tak ada lagi yang kubutuhkan. Kau sudah menyediakan semuanya untukku."

Eggy menatap Hera untuk beberapa saat. Laki-laki itu tampak memikirkan sesuatu.

"Bagaimana kalau besok kita libur? Aku akan mengantarmu ke mall untuk potong rambut sekalian jalan-jalan. Siapa tahu ada barang yang menarik perhatianmu."

"Kenapa aku harus potong rambut?"

"Karawang itu panas, Hera. Apa kau merasa tidak nyaman dengan rambutmu yang sangat panjang itu?"

"Tidak. Aku baik-baik saja."

Eggy tersenyum mendengar jawaban Hera yang apa adanya.

"Apa... apa kau tidak suka melihat rambutku?" tanya perempuan itu.

"Aku hanya khawatir kau merasa tak nyaman bekerja hingga berkeringat karena rambut panjangmu. Tapi bila kau memang merasa nyaman, aku sama sekali tidak keberatan. Lagipula aku suka rambutmu."

Hera merasakan hawa panas menjalari tubuh hingga wajahnya. Hanya dengan kata-kata, Eggy bisa mempercepat detak jantung dan peredaran darah perempuan itu. Hera tak pernah merasa seperti demikian saat berbicara dengan laki-laki manapun. Baik itu dengan dewa maupun manusia yang ditemuinya di Yunani atau para pembeli yang berkunjung ke kedai.

"Basíleia...."

Seluruh tubuh Hera terasa kaku ketika ia mendengar bisikan samar yang menyebut gelarnya. Punggungnya terasa dilapisi oleh es. Dengan kecemasan tampak jelas di wajahnya, Hera menoleh ke sana kemari dalam ruangan yang telah tertutup oleh rolling door itu. Ia tak bisa melihat wujud makhluk yang memanggil gelarnya tersebut. Ia bahkan tak bisa menebak apakah suara itu adalah suara laki-laki atau perempuan. Suara itu terdengar parau, kering dan suram seperti desahan angin meniup dedaunan kering di musim gugur.

"Ada apa?" tanya Eggy yang menyadari perubahan sikap perempuan itu.

"Apa kau mendengarnya?"

"Aku tak mendengar apa-apa selain suara knalpot kendaraan yang lewat."

"Ada yang memanggilku!"

Tanpa berkata apa-apa, Eggy langsung beranjak menuju pintu masuk kedai dan membukanya. Ia kemudian berjongkok, membuka kunci gembok dan menaikkan rolling door. Hera mengikuti Eggy di belakangnya. Ia melongokkan kepala dan mengamati trotoar yang lengang di malam hari. Siapapun atau apapun itu, ia telah pergi tanpa menampakkan diri pada Hera yang tak sadar telah memegangi lengan Eggy dengan kuat dalam kekhawatirannya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
FAZZA FAMILY
menarik..lanjut thor
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Keputusan Hera   Sarapan

    Tidak seperti malam-malam sebelumnya, meski telah bekerja penuh semangat, malam itu Hera kesulitan untuk memicingkan mata. Tak ada yang memanggil Hera dengan gelar basíleia yang berarti ratu selain para dewa dan dewi di Olympus. Hal itu membuat Hera benar-benar penasaran ingin mengetahui sosok yang memanggilnya tersebut.Ia merasa gelisah karena bisikan yang didengarnya kemarin menandakan bahwa ada seseorang atau sesuatu yang mengenal siapa dirinya. Memiliki sosok yang senasib dengannya di dunia baru akan sangat membantunya menjalani keterasingan. Tapi Hera tak memungkiri kalau ia memiliki banyak musuh di hampir setiap pelosok wilayah kekuasaan Olympus. Dan, ia merasa khawatir kalau-kalau bisikan yang didengarnya kemarin datang dari salah satu musuhnya."Hera!"Sebuah suara membuatnya tersentak dan langsung terduduk di atas ranjang. Kedua matanya terbuka lebar. Ia terkejut mendapati hari telah terang. Entah kapan ia tertidur. Ia sama sekali tak bisa mengin

    Huling Na-update : 2022-11-01
  • Keputusan Hera   Bukan Manusia

    Hera menikmati hembusan angin meski merasa seakan-akan bisa terjatuh dari motor kapan saja. Ia berpegangan pada apa saja yang bisa diraihnya. Namun yang paling membuatnya merasa aman adalah ketika Hera berpegangan pada pinggang lelaki itu. Ia kagum bagaimana Eggy bisa menjaga keseimbangan kuda besinya. Seperti anak kecil, Hera menoleh ke kiri dan kanan mengamati setiap bangunan dan kendaraan lain yang ia lewati.Hari masih cukup pagi. Namun jalanan sudah mulai sepi karena waktu berangkatnya para karyawan kawasan industri telah terlewati. Eggy telah memasuki area perniagaan Karawang di mana jejeran toko yang memamerkan barang dagangan mereka nampak sudah mulai buka. Hera melihat setiap toko yang mereka lewati dengan kekaguman di matanya. Banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Tapi suaranya tak mungkin mengalahkan suara berisik motor Eggy.Mereka tiba di pelataran parkir sebuah gedung kembar yang cukup tinggi dengan jembatan di atas jalan raya sebagai penghubungnya.

    Huling Na-update : 2022-11-02
  • Keputusan Hera   Bertandang

    Hera berjalan di sebelah Caca dengan beberapa jinjingan belanjaan dalam genggaman. Mereka sudah selesai membeli pakaian, skincare, perlengkapan mandi dan keperluan yang lainnya. Caca bahkan menjelaskan fungsi setiap barang yang dibeli dengan rinci. Pembawaannya yang periang membuat Hera langsung menyukai Caca."Apa? Kau sudah menikah?" tanya Caca kaget setengah berteriak. "Memangnya berapa umurmu? Kau pastinya lebih muda dariku, Ra!"Kebiasaan manusia di dunia itu rupanya memotong nama menjadi satu suku kata. Hera mendapat pelajaran penting tentang salah satu kode etik pergaulan tersebut. Dan, tentunya Hera tak akan pernah menjawab pertanyaan Caca dengan jujur bahwa ia berumur lebih dari satu millenium. Ia tak mau dianggap gila oleh teman barunya itu."Memangnya menurutmu umurku berapa tahun?""Umm... kurasa antara dua puluh dua sampai dua puluh tiga tahun.""Dua puluh tiga," Hera mengambil angka paling besar."Kau sepuluh tahun

    Huling Na-update : 2022-11-03
  • Keputusan Hera   Bunga Lily Dan Buah Delima

    Delapan lelaki kekar di hadapan Hera serempak berdiri dan mengacungkan tangan. Mereka tampak bersemangat sambil sesekali melirik ke arah Hera yang masih mencerna situasi yang tengah berlangsung."Caca!" Eggy mendelik ke arah perempuan yang menyeringai penuh kemenangan itu."Sekarang kau harus melawan mereka semua, Profesor!""Profesor?" tanya Hera."Itu julukan yang diberikan pada Eggy karena dia pandai membaca gerakan lawan dan memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk memenangkan pertarungan," jelas Caca."Kenapa kau mempertaruhkan Hera?" Eggy merasa kesal oleh akal-akalan Caca."Tidak apa-apa," tukas Hera. "Dengan begitu, aku jadi bisa tahu seberapa besar kepedulianmu padaku."Sementara Caca dan Angga tertawa, Eggy tercengang menatap Hera yang tersenyum jahil padanya. Lelaki itu tak menyangka kalau perempuan polos tersebut ternyata bisa membuatnya terpojok. Eggy akhirnya tertawa terbahak-bahak lalu mencubit pipi perem

    Huling Na-update : 2022-11-04
  • Keputusan Hera   Kebenaran

    Beberapa hari telah berlalu sejak Hera menyaksikan Eggy bertarung di Wai Gym. Seluruh warga di sekitar Moliendo Cafe sudah tahu bahwa Hera adalah adik dari Eggy. Dengan demikian, para suami yang sebelumnya telah diresahkan oleh ketampanan Eggy semakin bertambah merana karena istri mereka juga resah oleh kecantikan Hera.Seperti biasa, di lingkungan ibu-ibu, gosip beredar dari mulut ke mulut seperti bergulirnya bola salju yang semakin membesar oleh serpihan-serpihan salju yang menempel dari atas lereng gunung hingga ke lembah. Meski para wanita mengidolakan Eggy seakan lelaki itu tak punya kekurangan sedikitpun, mereka selalu mencela Hera sebagai penyebab berbagai permasalahan rumah tangga yang terjadi di lingkungan itu.Hera merasa sangat hina dan terpukul ketika buah bibir yang sudah sangat besar oleh keburukan hati para pelontarnya sampai ke telinga perempuan itu. Ia merasakan kemarahan yang luar biasa hingga ingin mengutuk semua perempuan di lingkungan itu. Namu

    Huling Na-update : 2022-11-05
  • Keputusan Hera   Hecate

    Perempuan yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang Hera tiba-tiba membelalakkan matanya. Dengan cepat, ia segera bangkit dan duduk tegak dengan wajah tegang menatap Hera. Perempuan itu sebetulnya cantik andaikata kulitnya tidak putih pucat seperti tak pernah terkena sinar matahari."Kau sudah siuman, Hecate?" tanya Hera seraya tersenyum.Meski tinggal di Dunia Bawah, dewi keturunan titan itu tahu kalau Hera hampir tak pernah tersenyum. Tapi kengerian yang ia rasakan jauh melampaui keheranannya. Hecate baru hendak membuka mulut mungilnya ketika pintu kamar mendadak diketuk dari luar. Rasa takut yang amat sangat terlukis jelas di wajahnya manakala Hera membuka pintu. Eggy terlihat berdiri di sana."Kau belum makan malam, Hera," ujar lelaki itu sambil menatap sang dewi dengan lembut.Hera berusaha untuk tetap bersikap dingin pada Eggy. Tapi wajahnya malah tersipu saat teringat pada kata-kata lelaki itu."Kau juga belum makan." B

    Huling Na-update : 2022-11-06
  • Keputusan Hera   Kunjungan Singkat

    Kedua mata Hecate bertatapan dengan mata Hera dan Eggy. Sekilas, sebuah pendapat muncul dalam pikiran sang dewi misteri. Hera yang berwujud manusia perempuan cantik tak hanya tampak serasi tapi juga bahagia berdampingan dengan Eggy yang berwujud manusia lelaki tampan, tinggi dan atletis itu.Tapi Hecate segera mengenyahkan pikiran tersebut. Ia tahu siapa Eggy sebenarnya. Kala terlepas dari jasad manusianya setelah bersentuhan dengan Eggy, ia ditarik oleh kekuatan yang sangat besar menembus dinding kamar Hera sesaat setelah lelaki itu meninggalkan sang ratu sendirian. Eggy memperlihatkan wujudnya yang asli pada Hecate. Dan hal tersebut membuat sang dewi Dunia Bawah merasa sangat ketakutan."Kenapa kau malah melamun, Hecate?" Pertanyaan Hera membuyarkan pikiran sang dewi."Ah, tidak," kilah Hecate yang takut dengan tatapan Eggy. "Aku hanya teringat pada Argyre setelah melihat wujud kalian berdua.""Kita memang berada di wilayah Salakanagara yang kau

    Huling Na-update : 2022-11-07
  • Keputusan Hera   Wai Gym

    Hera terkejut hingga matanya yang indah terbelalak. Namun belum sempat ia berkata apapun, terdengar bunyi pintu belakang digedor. Perempuan itu hanya bisa menatap punggung Eggy yang bergegas meninggalkan kedai. Setelah menghela napas untuk menenangkan diri, Hera pun mengikutinya ke pintu tempat ia pertama bertemu lelaki yang membuatnya jatuh cinta itu.Di ambang pintu belakang, Hera melihat sesosok pria tinggi besar berbicara serius dengan Eggy. Hera yang sebelumnya merasa agak kecewa oleh penolakan Eggy menjadi tegang melihat lelaki itu tampak gusar. Ia baru pertama kali melihat lelaki yang biasanya tersenyum itu berwajah seakan sedang marah. Bahkan saat bertarung pun, ia selalu tersenyum. Tapi pembicaraan mereka yang pelan membuat Hera tak bisa sedikit mencuri dengar."Oh! Hai, Hera! Kukira kau sudah tidur," pria tinggi besar berambut cepak itu berkata."Aku sedang berada di kedai, Angga. Dimana Caca?""Dia di rumah. Kami bukan kembar siam yang

    Huling Na-update : 2022-11-08

Pinakabagong kabanata

  • Keputusan Hera   Yang Tertua

    Gjorrak melemparkan tubuh dan kepala Typhon ke arah hutan seolah makhluk raksasa itu hanya seberat ranting pohon. Mendadak langit cerah tak berawan di atas padang rumput itu berubah menjadi hitam dengan sangat cepat. Semburat kemerahan menyerupai urat-urat lahar muncul dan di antara awan-awan hitam dan bergerak serempak memutar ke satu arah. Secepat kemunculannya, awan hitam dan merah itu membentuk sebuah pusaran raksasa seperti mata badai. Dari tengah-tengahnya, tentakel hitam raksasa meliuk-liuk menjijikkan. Tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka pusaran awan itu jatuh dengan sangat cepat ke arah Gjorrak dan menarik Hera, Shamash dan Ishtar dengan kuat.Semuanya berlangsung terlalu cepat bagi sang ratu hingga ia tak sempat bereaksi selain hanya memejamkan mata. Lambat laun, seluruh indera Hera berhasil mencerna keadaan di sekitarnya. Hening. Namun ada samar-samar suara kehidupan. Begitu membuka mata, Hera menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang berantaka

  • Keputusan Hera   Typhon

    Hera merasakan kembali apa yang ia rasakan saat berpindah dimensi. Sang ratu berada dalam kegelapan yang luar biasa dan seakan melayang tanpa ada sesuatu apapun untuk berpegangan. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya. Ia merasa sangat tak sabar ingin tiba dan mengetahui nasib lelaki yang dicintainya. Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam lengannya!"Ini aku, Caca!"Nama tersebut membuat Hera berhenti meronta."Kau terdengar berbeda—tunggu! Aku juga terdengar berbeda!"Caca tertawa mendengar Hera yang terkejut."Kita semua kembali ke wujud asli di sini, Hera. Kau bisa memanggilku Ishtar.""Ishtar?""Itu namaku. Para pemuja dari wilayah lain ada yang memanggilku Inana. Tapi aku lebih suka dipanggil Ishtar.""Aku tak bisa melihatmu.""Tak ada yang perlu dilihat. Semuanya hitam di lorong antar dimensi ini. Nanti juga kau bisa melihat wujudku setelah kita sampai.""Kau terdengar sangat berwibawa."

  • Keputusan Hera   Dewi Dari Dimensi Lain

    Hera masih belum mau mendekat ke arah dua dewa-dewi kembar di hadapannya. Ia belum bisa memutuskan untuk mempercayai mereka atau tidak. Keduanya bisa saja utusan Zeus. Siapa tahu?"Kami datang dari dunia yang lebih tua dari duniamu, Hera," Caca memulai penjelasannya. "Olympus mungkin belum mengalami apa yang kami alami. Tapi kekuatan serta keabadian yang dimiliki dewa dan dewi sangat bergantung pada manusia yang memujanya. Untuk itulah dewa-dewi menciptakan keajaiban yang baik ataupun buruk. Semua itu agar manusia tunduk dan menyembah kami baik karena didasari rasa kagum maupun rasa takut.""Ketika manusia di dunia kami mengetahui hal itu, mereka meninggalkan kuil-kuil dan melupakan kami," sambung Angga. "Dari sepuluh dewa-dewi terkuat di Mesopotamia, hanya kami berdua yang tersisa. Yang lainnya musnah tanpa jejak seperti debu tertiup angin.""Kami sebetulnya tak tahu kalau kau adalah Hera, ratu Olympus yang ada dalam mitologi dunia ini. Eggy yang memiliki

  • Keputusan Hera   Wai Gym

    Hera terkejut hingga matanya yang indah terbelalak. Namun belum sempat ia berkata apapun, terdengar bunyi pintu belakang digedor. Perempuan itu hanya bisa menatap punggung Eggy yang bergegas meninggalkan kedai. Setelah menghela napas untuk menenangkan diri, Hera pun mengikutinya ke pintu tempat ia pertama bertemu lelaki yang membuatnya jatuh cinta itu.Di ambang pintu belakang, Hera melihat sesosok pria tinggi besar berbicara serius dengan Eggy. Hera yang sebelumnya merasa agak kecewa oleh penolakan Eggy menjadi tegang melihat lelaki itu tampak gusar. Ia baru pertama kali melihat lelaki yang biasanya tersenyum itu berwajah seakan sedang marah. Bahkan saat bertarung pun, ia selalu tersenyum. Tapi pembicaraan mereka yang pelan membuat Hera tak bisa sedikit mencuri dengar."Oh! Hai, Hera! Kukira kau sudah tidur," pria tinggi besar berambut cepak itu berkata."Aku sedang berada di kedai, Angga. Dimana Caca?""Dia di rumah. Kami bukan kembar siam yang

  • Keputusan Hera   Kunjungan Singkat

    Kedua mata Hecate bertatapan dengan mata Hera dan Eggy. Sekilas, sebuah pendapat muncul dalam pikiran sang dewi misteri. Hera yang berwujud manusia perempuan cantik tak hanya tampak serasi tapi juga bahagia berdampingan dengan Eggy yang berwujud manusia lelaki tampan, tinggi dan atletis itu.Tapi Hecate segera mengenyahkan pikiran tersebut. Ia tahu siapa Eggy sebenarnya. Kala terlepas dari jasad manusianya setelah bersentuhan dengan Eggy, ia ditarik oleh kekuatan yang sangat besar menembus dinding kamar Hera sesaat setelah lelaki itu meninggalkan sang ratu sendirian. Eggy memperlihatkan wujudnya yang asli pada Hecate. Dan hal tersebut membuat sang dewi Dunia Bawah merasa sangat ketakutan."Kenapa kau malah melamun, Hecate?" Pertanyaan Hera membuyarkan pikiran sang dewi."Ah, tidak," kilah Hecate yang takut dengan tatapan Eggy. "Aku hanya teringat pada Argyre setelah melihat wujud kalian berdua.""Kita memang berada di wilayah Salakanagara yang kau

  • Keputusan Hera   Hecate

    Perempuan yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang Hera tiba-tiba membelalakkan matanya. Dengan cepat, ia segera bangkit dan duduk tegak dengan wajah tegang menatap Hera. Perempuan itu sebetulnya cantik andaikata kulitnya tidak putih pucat seperti tak pernah terkena sinar matahari."Kau sudah siuman, Hecate?" tanya Hera seraya tersenyum.Meski tinggal di Dunia Bawah, dewi keturunan titan itu tahu kalau Hera hampir tak pernah tersenyum. Tapi kengerian yang ia rasakan jauh melampaui keheranannya. Hecate baru hendak membuka mulut mungilnya ketika pintu kamar mendadak diketuk dari luar. Rasa takut yang amat sangat terlukis jelas di wajahnya manakala Hera membuka pintu. Eggy terlihat berdiri di sana."Kau belum makan malam, Hera," ujar lelaki itu sambil menatap sang dewi dengan lembut.Hera berusaha untuk tetap bersikap dingin pada Eggy. Tapi wajahnya malah tersipu saat teringat pada kata-kata lelaki itu."Kau juga belum makan." B

  • Keputusan Hera   Kebenaran

    Beberapa hari telah berlalu sejak Hera menyaksikan Eggy bertarung di Wai Gym. Seluruh warga di sekitar Moliendo Cafe sudah tahu bahwa Hera adalah adik dari Eggy. Dengan demikian, para suami yang sebelumnya telah diresahkan oleh ketampanan Eggy semakin bertambah merana karena istri mereka juga resah oleh kecantikan Hera.Seperti biasa, di lingkungan ibu-ibu, gosip beredar dari mulut ke mulut seperti bergulirnya bola salju yang semakin membesar oleh serpihan-serpihan salju yang menempel dari atas lereng gunung hingga ke lembah. Meski para wanita mengidolakan Eggy seakan lelaki itu tak punya kekurangan sedikitpun, mereka selalu mencela Hera sebagai penyebab berbagai permasalahan rumah tangga yang terjadi di lingkungan itu.Hera merasa sangat hina dan terpukul ketika buah bibir yang sudah sangat besar oleh keburukan hati para pelontarnya sampai ke telinga perempuan itu. Ia merasakan kemarahan yang luar biasa hingga ingin mengutuk semua perempuan di lingkungan itu. Namu

  • Keputusan Hera   Bunga Lily Dan Buah Delima

    Delapan lelaki kekar di hadapan Hera serempak berdiri dan mengacungkan tangan. Mereka tampak bersemangat sambil sesekali melirik ke arah Hera yang masih mencerna situasi yang tengah berlangsung."Caca!" Eggy mendelik ke arah perempuan yang menyeringai penuh kemenangan itu."Sekarang kau harus melawan mereka semua, Profesor!""Profesor?" tanya Hera."Itu julukan yang diberikan pada Eggy karena dia pandai membaca gerakan lawan dan memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk memenangkan pertarungan," jelas Caca."Kenapa kau mempertaruhkan Hera?" Eggy merasa kesal oleh akal-akalan Caca."Tidak apa-apa," tukas Hera. "Dengan begitu, aku jadi bisa tahu seberapa besar kepedulianmu padaku."Sementara Caca dan Angga tertawa, Eggy tercengang menatap Hera yang tersenyum jahil padanya. Lelaki itu tak menyangka kalau perempuan polos tersebut ternyata bisa membuatnya terpojok. Eggy akhirnya tertawa terbahak-bahak lalu mencubit pipi perem

  • Keputusan Hera   Bertandang

    Hera berjalan di sebelah Caca dengan beberapa jinjingan belanjaan dalam genggaman. Mereka sudah selesai membeli pakaian, skincare, perlengkapan mandi dan keperluan yang lainnya. Caca bahkan menjelaskan fungsi setiap barang yang dibeli dengan rinci. Pembawaannya yang periang membuat Hera langsung menyukai Caca."Apa? Kau sudah menikah?" tanya Caca kaget setengah berteriak. "Memangnya berapa umurmu? Kau pastinya lebih muda dariku, Ra!"Kebiasaan manusia di dunia itu rupanya memotong nama menjadi satu suku kata. Hera mendapat pelajaran penting tentang salah satu kode etik pergaulan tersebut. Dan, tentunya Hera tak akan pernah menjawab pertanyaan Caca dengan jujur bahwa ia berumur lebih dari satu millenium. Ia tak mau dianggap gila oleh teman barunya itu."Memangnya menurutmu umurku berapa tahun?""Umm... kurasa antara dua puluh dua sampai dua puluh tiga tahun.""Dua puluh tiga," Hera mengambil angka paling besar."Kau sepuluh tahun

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status