Share

Penyelamat

Author: Maoni
last update Last Updated: 2022-10-09 11:22:27

Hera masih tak bergerak di hadapan makhluk menyerupai manusia yang masih menatapnya dengan bola mata hitam bak batu onyx. Sang dewi merasa sesuatu memukul-mukul dari dalam dadanya. Tubuhnya seakan kaku dan lidahnya kelu. Seperti inikah rasanya bila manusia dicekam ketakutan? Menyedihkan sekali!

Tak ada waktu untuk terdiam seperti patung tak berguna! Binatang-binatang besar itu bisa kembali kapan saja! Meski kekuatan sihirnya hilang, Hera memiliki pengalaman berabad-abad dalam seni perang. Satu makhluk menyerupai manusia tinggi akan lebih mudah dikalahkan ketimbang beberapa binatang besar bertubuh keras. Hera serta-merta mendorong tubuh makhluk itu dan memaksanya kembali ke dalam.

"Siapa kau?" makhluk tersebut bertanya dengan suara berat laki-laki seraya memegangi kedua tangan Hera.

Saat kulit mereka bersentuhan, sang dewi merasa seakan disambar petir Zeus. Ia merasa keberadaannya dirobek menjadi dua. Sebuah kekuatan luar biasa yang menariknya dari dua arah berlawanan benar-benar membuatnya tidak nyaman. Tapi anehnya, Hera tidak merasa kesakitan. Untuk pertama kalinya, sang dewi mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri. Setelah semuanya berakhir, ia melihat sesosok perempuan terkulai lemas di hadapan makhluk itu.

Tunggu! Perempuan itu memakai tunik dan stola miliknya! Bahkan jalinan rambutnya pun sama persis dengan dirinya. Tapi kulit dan karakteristik wajahnya berbeda dengan apa yang dilihat Hera saat bercermin. Perempuan cantik itu terlihat masih muda dan seperti berasal dari Argyre. Tapi, dari mana ia datang? Bukankah tadi hanya ada dirinya dan makhluk laki-laki itu di sana? Sebuah benda yang jatuh dari genggaman perempuan tersebut membuat kedua mata Hera terbelalak kaget. Benda itu adalah alat buatan Hephaestus!

Hera melayang mendekati perempuan yang dibopong makhluk laki-laki tadi ke dalam rumahnya. Melayang? Keheranan, sang dewi menatap kedua kakinya yang sama sekali tidak menjejak lantai. Rupanya ia telah kembali ke salah satu wujudnya sebagai dewi Olympus. Dengan bersemangat Hera segera mencoba kekuatan sihirnya. Namun segala cara yang dilakukannya sia-sia. Meski tak lagi terkekang jasad yang lemah, kekuatan Hera tidak kembali seperti sediakala. Ia tak ubahnya seperti arwah yang bergentayangan menunggu giliran untuk menyeberangi sungai Styx.

Setidaknya ia bisa mengamati dunia baru di sekitarnya dengan leluasa. Makhluk laki-laki itu sama sekali tak menyadari kehadiran Hera tepat di depannya. Ia terus membopong jasad sang dewi ke kamar tidur.

"Hei! Kenapa kau membawa tubuhku ke kamar tidur?"

Dengan marah, Hera menampar pipi pemuda itu. Tapi tanpa jasad, telapak tangan sang dewi seakan menembus kabut. Ia sama sekali tak bisa menyentuh laki-laki itu.

"Awas kalau kau berniat jahat!"

Di luar dugaan Hera, laki-laki itu menyelimuti tubuh jasadnya. Ia memperlakukan tubuh perempuan itu dengan lembut dan hati-hati.

"Bangunlah!" ucap laki-laki itu seraya mengusap wajah jasad Hera dengan kain yang dibasahi air. "Bagaimana aku bisa membantumu bila kau pingsan seperti ini?"

Hera menatap laki-laki itu dengan takjub. Rupanya makhluk menyerupai manusia tinggi itu rupanya memiliki hati yang baik. Kekuatan sihir sang dewi memang hilang. Tapi ia beruntung bahwa kemampuan mempelajari bahasa asingnya masih tetap ada. Hera mendekat ke arah laki-laki yang mengeluarkan sebuah kotak kecil dan tipis dari dalam sakunya. Ia terkejut manakala kotak itu mengeluarkan cahaya setelah diusap jempol laki-laki itu.

"Apa kau memiliki kekuatan dewa?"

Tentu saja laki-laki itu tidak menjawab, ia tampak serius membaca berbagai tulisan dan gambar yang ada di dalam benda tersebut. Hera benar-benar terkesan dengan kekuatan laki-laki itu. Bermacam makhluk kecil tampak hidup dalam benda yang hanya sedikit lebih besar dari telapak tangannya. Hera ikut membaca tulisan-tulisan pada benda itu. Pembunuhan, pemerkosaan, orang hilang... ah, rupanya lelaki itu sedang membaca informasi dari kotak tipis menyala tersebut.

"Tidak ada berita orang hilang yang sesuai dengan ciri-ciri tubuhmu." Manusia itu kembali mengusap wajah jasad Hera dengan air. "Bangunlah! Kau akan membuatku berada dalam masalah jika terus pingsan!"

Setelah beberapa saat membaca informasi-informasi itu, sebuah ide tiba-tiba muncul dalam kepala Hera. Ia akan tinggal bersama makhluk baik hati di hadapannya. Dan, Hera tahu alasan yang akan membuat laki-laki itu menerima permintaannya. Tinggal menemukan cara untuk kembali ke dalam jasad gadis cantik yang tergolek lemah di atas ranjang. Meski terkesan menyenangkan, menjalani hari-hari sebagai makhluk yang tak terlihat tanpa ada teman untuk berbicara sangatlah membosankan. Hera tahu itu.

Upaya pertama yang dilakukan sang dewi adalah menyentuh kembali laki-laki itu. Tapi, seperti saat mencoba menamparnya tadi, tangannya malah menembus tubuh kekar laki-laki di hadapannya. Selagi Hera menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke setiap bagian tubuh manusia itu, ia menyadari betapa tampan dan gagahnya laki-laki dengan karakter wajah khas Argyre tersebut. Hera hanya mendengar kisah tentang pulau perak tersebut dari penuturan Poseidon.

Dewa penguasa samudera itu bercerita bahwa jauh di daerah tempat berkuasanya para dewa dan dewi yang berbeda dengan mereka yang bertahta di Olympus, terletak sebuah pulau yang memakai perak sebagai perhiasan dan senjata. Di pulau itu, berdiri sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang mahir menunggang kuda dan gajah. Raja dan para prajuritnya tidak bisa dilukai oleh senjata selain buatan kaum mereka. Mereka menyebut kerajaan mereka dengan nama Salakanagara dan Poseidon menyebut wilayah itu Argyre.

Laki-laki di hadapan Hera memiliki karakteristik yang sesuai dengan penjelasan Poseidon tentang ksatria Argyre. Hera dengan iseng menusukkan jari telunjuknya ke bola mata hitam dibawah alis tebal laki-laki itu. Hera mengamati rupa manusia di hadapannya dari dekat. Hidung mancung dan bibir tebal berpadu sempurna pada wajah beraut tegas lelaki itu. Rambut panjang ikalnya digulung dan diikat di atas belakang kepalanya. Dengan pinggiran dan bagian belakang bawah kepalanya yang dicukur habis, laki-laki itu terlihat seperti perpaduan ksatria Sparta dan petarung barbar dari utara.

Sang dewi menghela napas dan berpaling ke arah jasad yang tergolek di atas ranjang. Seperti itukah wujud Hera di dunia yang baru? Perempuan di hadapannya tampak sangat muda dan cantik. Tubuhnya ramping dengan dada dan pinggul yang dapat membuat Aphrodite merasa iri. Berbeda dengan wujud Hera di Olympus, warna rambut jasad perempuan itu hitam legam namun terjalin sama indahnya. Hera terkesan pada laki-laki yang tampak tidak tergoda oleh perempuan dengan hidung mancung dan bibir merah merekah serta kedua mata berbulu lentik yang terpejam itu. Ia membelai paras jasadnya yang terlihat damai dalam ketidak sadarannya.

Saat jemarinya menyentuh pipi jasad itu, tiba-tiba Hera ditarik oleh tenaga yang luar biasa besar. Sang dewi merasa seakan dihisap pusaran air yang tak terlihat menuju ke dalam jasad perempuan tersebut. Tak hanya dikejutkan oleh kekuatan yang menariknya, kepala Hera juga seakan dijejali banyak informasi yang tak ia kenali dalam waktu yang sangat cepat. Hera merasa tubuhnya kembali berat. Kepalanya terasa sangat pening seperti sehabis dihantam sesuatu dengan kuat. Meski pandangannya tampak kabur, Hera tahu kalau ia sedang menatap langit-langit ketika membuka mata. Sesaat saja dan hanya sekilas ia menoleh ke arah manusia laki-laki di sebelahnya. Karena sang dewi yang merasa sangat lemah kembali menutup matanya.

Namun mendadak kedua mata indah itu membelalak. Hera segera bangkit dari tidurnya dan duduk. Ia menatap kedua tangannya lalu mengusap wajahnya. Ia juga menyapukan tatapan matanya ke sekeliling ruangan tempat ia berada.

"Apa kau baik-baik saja?"

Hera menoleh ke arah suara berat yang bertanya.

"Siapa kau?" tanya sang dewi. "Apa maumu?"

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya padamu?"

"Dimana ini?"

"Kau berada di rumahku. Tadi kau tiba-tiba mendorongku lalu pingsan."

Hera menunduk seraya memegangi kepala dengan kedua tangannya. Serta-merta semuanya menjadi jelas. Informasi yang menjejali kepalanya membuat Hera tahu kalau ia sedang berada di sebuah kota bernama Karawang. Ia juga menyadari bahwa apa yang ia sangka binatang besar bermata menyala itu hanyalah kendaraan yang disebut mobil dan motor. Logikanya dengan cepat menyusun semua informasi untuk menciptakan sebuah alasan yang tepat.

"Apa yang perempuan sepertimu lakukan di daerah ini saat pagi buta?"

Hera mengangkat kepalanya dan menatap laki-laki itu.

"Aku dibuang oleh suamiku."

"Dibuang atau lari? Kau tampak sangat ketakutan tadi."

"Dua-duanya," tukas Hera. "Aku melabrak suamiku yang selingkuh. Kemudian ia membawaku pulang. Kami bertengkar sepanjang perjalanan hingga akhirnya ia menendangku keluar dari mobil di tengah jalan."

Laki-laki itu terdiam menatap Hera penuh selidik.

"Kau tidak terlihat sedih."

"Kenapa aku harus sedih? Aku marah!"

"Di mana tempat tinggalmu? Biar aku mengantarmu pulang."

"Argos, Yunani."

Laki-laki itu membelalakkan matanya dengan mulut yang terbuka. Hera hampir tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum melihatnya. Ia juga merasa takjub dengan kebohongan yang sangat lancar mengalir dari mulutnya sendiri.

"Tapi kau berbicara bahasa indonesia dengan lancar!"

"Orang tuaku adalah orang Indonesia tapi mereka menjadi warga negara Yunani jauh sebelum aku lahir. Suamiku orang Yunani tapi ia memiliki bisnis di beberapa negara termasuk Indonesia."

"Coba kau bicara dalam bahasa Yunani."

Hera tersenyum. Dalam hati, ia menertawakan syarat mudah manusia lugu di hadapannya.

"Oi pleístoi ánthropoi kakoí."

Laki-laki itu tampak terkesan dengan apa yang diucapkan Hera.

"Apa artinya?"

"Kau menyuruhku berbicara bahasa yang tak kau pahami?" Hera tak mengerti jalan pikiran manusia di hadapannya. "Bagaimana kalau aku bicara asal-asalan?"

Lelaki itu tersenyum lebar. Hera terperangah melihat betapa tampannya manusia itu ketika ia tersenyum.

"Kau tidak akan selancar tadi bila bicara asal-asalan. Aku masih ingin tahu arti ucapanmu."

"Sebagian besar manusia itu jahat."

Laki-laki itu mengernyitkan dahi mendengar ucapan Hera.

"Itu berarti masih ada sebagian kecil manusia yang baik. Seperti para polisi yang akan kuhubungi—"

"Jangan hubungi polisi!" tukas Hera. "Aku sudah berjalan sangat jauh untuk mencapai tempat ini. Kumohon, ijinkan aku tinggal hingga suamiku sendiri yang mencari dan menemukan aku."

Laki-laki itu menatapnya dengan aneh. Meski demikian, tak ada sedikitpun kecurigaan dari sorot matanya.

"Namaku Hera. Aku tidak punya maksud jahat apapun terhadapmu. Aku hanya butuh tempat berlindung untuk sementara waktu."

Laki-laki itu tersenyum seraya berdiri. Hera merasa sangat kecil di hadapan laki-laki tinggi itu.

"Kalau begitu, aku akan menjadi satu dari sebagian kecil manusia yang masih baik." Laki-laki itu tersenyum. "Karawang tidak seperti Yunani. Dan kelas sosialku jauh berada di bawah kelasmu. Kau mungkin harus melakukan segalanya sendirian bila akan tinggal di sini," ujarnya seraya membalikkan badan.

"Siapa namamu?" tanya Hera sebelum laki-laki itu melangkah keluar kamar.

Lelaki itu membalikkan badannya lagi hingga menghadap Hera. Mata mereka bertemu. Dan, entah kenapa, sesungging senyuman di wajah lelaki tersebut membuat Hera merasa tenang dan aman.

"Orang-orang biasa memanggilku Eggy."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
FAZZA FAMILY
wahh,settingan dikota karawang.brrti fix ni author maoni si author trilogi orogma ha..nasibku ibarat hera yang tersesat ke karawang.aq juga mencoba pindah ke dimensi lain(goodnovel) dan ta sengaja terpesat ke karawang maoni orogma..pdahal terasa baru kmaren maoni berpikir mau buat cerita apalagi,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Keputusan Hera   Basíleia

    Pukul setengah enam pagi, Hera sudah mengelap meja serta menata berbagai peralatan makan dan minum di atasnya. Setelah kedelapan meja kayu di ruangan itu rapi dan bersih, ia merapikan empat kursi kayu yang mengelilingi setiap meja tersebut. Sambil mengusap peluh dengan punggung tangannya, Hera kemudian menata berbagai peralatan serta perlengkapan di counter barista. "Kusangka kau akan merengek minta pulang setelah bekerja bersamaku." Sebuah suara berat membuat Hera memutar badannya. Seorang lelaki tinggi berdiri di hadapannya. Ia tersenyum pada Hera."Kau terlalu meremehkan aku, Eggy!" Hera menunjuk hidungnya sendiri lalu mencibir ke arah pemuda itu.Eggy tertawa mendapat reaksi seperti itu dari Hera. Dengan gemas, ia hendak mengacak-acak rambut perempuan itu. Tapi Hera dengan cepat menghindar. Terakhir kali ia bersentuhan dengan Eggy, jiwa dan raga Hera berpisah. Ia tak mau dianggap pingsan lagi oleh lelaki yang telah menolongnya tersebut. Bisa-bisa, Eggy memaksa Hera untuk pergi me

    Last Updated : 2022-10-09
  • Keputusan Hera   Sarapan

    Tidak seperti malam-malam sebelumnya, meski telah bekerja penuh semangat, malam itu Hera kesulitan untuk memicingkan mata. Tak ada yang memanggil Hera dengan gelar basíleia yang berarti ratu selain para dewa dan dewi di Olympus. Hal itu membuat Hera benar-benar penasaran ingin mengetahui sosok yang memanggilnya tersebut.Ia merasa gelisah karena bisikan yang didengarnya kemarin menandakan bahwa ada seseorang atau sesuatu yang mengenal siapa dirinya. Memiliki sosok yang senasib dengannya di dunia baru akan sangat membantunya menjalani keterasingan. Tapi Hera tak memungkiri kalau ia memiliki banyak musuh di hampir setiap pelosok wilayah kekuasaan Olympus. Dan, ia merasa khawatir kalau-kalau bisikan yang didengarnya kemarin datang dari salah satu musuhnya."Hera!"Sebuah suara membuatnya tersentak dan langsung terduduk di atas ranjang. Kedua matanya terbuka lebar. Ia terkejut mendapati hari telah terang. Entah kapan ia tertidur. Ia sama sekali tak bisa mengin

    Last Updated : 2022-11-01
  • Keputusan Hera   Bukan Manusia

    Hera menikmati hembusan angin meski merasa seakan-akan bisa terjatuh dari motor kapan saja. Ia berpegangan pada apa saja yang bisa diraihnya. Namun yang paling membuatnya merasa aman adalah ketika Hera berpegangan pada pinggang lelaki itu. Ia kagum bagaimana Eggy bisa menjaga keseimbangan kuda besinya. Seperti anak kecil, Hera menoleh ke kiri dan kanan mengamati setiap bangunan dan kendaraan lain yang ia lewati.Hari masih cukup pagi. Namun jalanan sudah mulai sepi karena waktu berangkatnya para karyawan kawasan industri telah terlewati. Eggy telah memasuki area perniagaan Karawang di mana jejeran toko yang memamerkan barang dagangan mereka nampak sudah mulai buka. Hera melihat setiap toko yang mereka lewati dengan kekaguman di matanya. Banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Tapi suaranya tak mungkin mengalahkan suara berisik motor Eggy.Mereka tiba di pelataran parkir sebuah gedung kembar yang cukup tinggi dengan jembatan di atas jalan raya sebagai penghubungnya.

    Last Updated : 2022-11-02
  • Keputusan Hera   Bertandang

    Hera berjalan di sebelah Caca dengan beberapa jinjingan belanjaan dalam genggaman. Mereka sudah selesai membeli pakaian, skincare, perlengkapan mandi dan keperluan yang lainnya. Caca bahkan menjelaskan fungsi setiap barang yang dibeli dengan rinci. Pembawaannya yang periang membuat Hera langsung menyukai Caca."Apa? Kau sudah menikah?" tanya Caca kaget setengah berteriak. "Memangnya berapa umurmu? Kau pastinya lebih muda dariku, Ra!"Kebiasaan manusia di dunia itu rupanya memotong nama menjadi satu suku kata. Hera mendapat pelajaran penting tentang salah satu kode etik pergaulan tersebut. Dan, tentunya Hera tak akan pernah menjawab pertanyaan Caca dengan jujur bahwa ia berumur lebih dari satu millenium. Ia tak mau dianggap gila oleh teman barunya itu."Memangnya menurutmu umurku berapa tahun?""Umm... kurasa antara dua puluh dua sampai dua puluh tiga tahun.""Dua puluh tiga," Hera mengambil angka paling besar."Kau sepuluh tahun

    Last Updated : 2022-11-03
  • Keputusan Hera   Bunga Lily Dan Buah Delima

    Delapan lelaki kekar di hadapan Hera serempak berdiri dan mengacungkan tangan. Mereka tampak bersemangat sambil sesekali melirik ke arah Hera yang masih mencerna situasi yang tengah berlangsung."Caca!" Eggy mendelik ke arah perempuan yang menyeringai penuh kemenangan itu."Sekarang kau harus melawan mereka semua, Profesor!""Profesor?" tanya Hera."Itu julukan yang diberikan pada Eggy karena dia pandai membaca gerakan lawan dan memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk memenangkan pertarungan," jelas Caca."Kenapa kau mempertaruhkan Hera?" Eggy merasa kesal oleh akal-akalan Caca."Tidak apa-apa," tukas Hera. "Dengan begitu, aku jadi bisa tahu seberapa besar kepedulianmu padaku."Sementara Caca dan Angga tertawa, Eggy tercengang menatap Hera yang tersenyum jahil padanya. Lelaki itu tak menyangka kalau perempuan polos tersebut ternyata bisa membuatnya terpojok. Eggy akhirnya tertawa terbahak-bahak lalu mencubit pipi perem

    Last Updated : 2022-11-04
  • Keputusan Hera   Kebenaran

    Beberapa hari telah berlalu sejak Hera menyaksikan Eggy bertarung di Wai Gym. Seluruh warga di sekitar Moliendo Cafe sudah tahu bahwa Hera adalah adik dari Eggy. Dengan demikian, para suami yang sebelumnya telah diresahkan oleh ketampanan Eggy semakin bertambah merana karena istri mereka juga resah oleh kecantikan Hera.Seperti biasa, di lingkungan ibu-ibu, gosip beredar dari mulut ke mulut seperti bergulirnya bola salju yang semakin membesar oleh serpihan-serpihan salju yang menempel dari atas lereng gunung hingga ke lembah. Meski para wanita mengidolakan Eggy seakan lelaki itu tak punya kekurangan sedikitpun, mereka selalu mencela Hera sebagai penyebab berbagai permasalahan rumah tangga yang terjadi di lingkungan itu.Hera merasa sangat hina dan terpukul ketika buah bibir yang sudah sangat besar oleh keburukan hati para pelontarnya sampai ke telinga perempuan itu. Ia merasakan kemarahan yang luar biasa hingga ingin mengutuk semua perempuan di lingkungan itu. Namu

    Last Updated : 2022-11-05
  • Keputusan Hera   Hecate

    Perempuan yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang Hera tiba-tiba membelalakkan matanya. Dengan cepat, ia segera bangkit dan duduk tegak dengan wajah tegang menatap Hera. Perempuan itu sebetulnya cantik andaikata kulitnya tidak putih pucat seperti tak pernah terkena sinar matahari."Kau sudah siuman, Hecate?" tanya Hera seraya tersenyum.Meski tinggal di Dunia Bawah, dewi keturunan titan itu tahu kalau Hera hampir tak pernah tersenyum. Tapi kengerian yang ia rasakan jauh melampaui keheranannya. Hecate baru hendak membuka mulut mungilnya ketika pintu kamar mendadak diketuk dari luar. Rasa takut yang amat sangat terlukis jelas di wajahnya manakala Hera membuka pintu. Eggy terlihat berdiri di sana."Kau belum makan malam, Hera," ujar lelaki itu sambil menatap sang dewi dengan lembut.Hera berusaha untuk tetap bersikap dingin pada Eggy. Tapi wajahnya malah tersipu saat teringat pada kata-kata lelaki itu."Kau juga belum makan." B

    Last Updated : 2022-11-06
  • Keputusan Hera   Kunjungan Singkat

    Kedua mata Hecate bertatapan dengan mata Hera dan Eggy. Sekilas, sebuah pendapat muncul dalam pikiran sang dewi misteri. Hera yang berwujud manusia perempuan cantik tak hanya tampak serasi tapi juga bahagia berdampingan dengan Eggy yang berwujud manusia lelaki tampan, tinggi dan atletis itu.Tapi Hecate segera mengenyahkan pikiran tersebut. Ia tahu siapa Eggy sebenarnya. Kala terlepas dari jasad manusianya setelah bersentuhan dengan Eggy, ia ditarik oleh kekuatan yang sangat besar menembus dinding kamar Hera sesaat setelah lelaki itu meninggalkan sang ratu sendirian. Eggy memperlihatkan wujudnya yang asli pada Hecate. Dan hal tersebut membuat sang dewi Dunia Bawah merasa sangat ketakutan."Kenapa kau malah melamun, Hecate?" Pertanyaan Hera membuyarkan pikiran sang dewi."Ah, tidak," kilah Hecate yang takut dengan tatapan Eggy. "Aku hanya teringat pada Argyre setelah melihat wujud kalian berdua.""Kita memang berada di wilayah Salakanagara yang kau

    Last Updated : 2022-11-07

Latest chapter

  • Keputusan Hera   Yang Tertua

    Gjorrak melemparkan tubuh dan kepala Typhon ke arah hutan seolah makhluk raksasa itu hanya seberat ranting pohon. Mendadak langit cerah tak berawan di atas padang rumput itu berubah menjadi hitam dengan sangat cepat. Semburat kemerahan menyerupai urat-urat lahar muncul dan di antara awan-awan hitam dan bergerak serempak memutar ke satu arah. Secepat kemunculannya, awan hitam dan merah itu membentuk sebuah pusaran raksasa seperti mata badai. Dari tengah-tengahnya, tentakel hitam raksasa meliuk-liuk menjijikkan. Tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka pusaran awan itu jatuh dengan sangat cepat ke arah Gjorrak dan menarik Hera, Shamash dan Ishtar dengan kuat.Semuanya berlangsung terlalu cepat bagi sang ratu hingga ia tak sempat bereaksi selain hanya memejamkan mata. Lambat laun, seluruh indera Hera berhasil mencerna keadaan di sekitarnya. Hening. Namun ada samar-samar suara kehidupan. Begitu membuka mata, Hera menemukan dirinya berada dalam sebuah ruangan yang berantaka

  • Keputusan Hera   Typhon

    Hera merasakan kembali apa yang ia rasakan saat berpindah dimensi. Sang ratu berada dalam kegelapan yang luar biasa dan seakan melayang tanpa ada sesuatu apapun untuk berpegangan. Namun kali ini berbeda dari sebelumnya. Ia merasa sangat tak sabar ingin tiba dan mengetahui nasib lelaki yang dicintainya. Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam lengannya!"Ini aku, Caca!"Nama tersebut membuat Hera berhenti meronta."Kau terdengar berbeda—tunggu! Aku juga terdengar berbeda!"Caca tertawa mendengar Hera yang terkejut."Kita semua kembali ke wujud asli di sini, Hera. Kau bisa memanggilku Ishtar.""Ishtar?""Itu namaku. Para pemuja dari wilayah lain ada yang memanggilku Inana. Tapi aku lebih suka dipanggil Ishtar.""Aku tak bisa melihatmu.""Tak ada yang perlu dilihat. Semuanya hitam di lorong antar dimensi ini. Nanti juga kau bisa melihat wujudku setelah kita sampai.""Kau terdengar sangat berwibawa."

  • Keputusan Hera   Dewi Dari Dimensi Lain

    Hera masih belum mau mendekat ke arah dua dewa-dewi kembar di hadapannya. Ia belum bisa memutuskan untuk mempercayai mereka atau tidak. Keduanya bisa saja utusan Zeus. Siapa tahu?"Kami datang dari dunia yang lebih tua dari duniamu, Hera," Caca memulai penjelasannya. "Olympus mungkin belum mengalami apa yang kami alami. Tapi kekuatan serta keabadian yang dimiliki dewa dan dewi sangat bergantung pada manusia yang memujanya. Untuk itulah dewa-dewi menciptakan keajaiban yang baik ataupun buruk. Semua itu agar manusia tunduk dan menyembah kami baik karena didasari rasa kagum maupun rasa takut.""Ketika manusia di dunia kami mengetahui hal itu, mereka meninggalkan kuil-kuil dan melupakan kami," sambung Angga. "Dari sepuluh dewa-dewi terkuat di Mesopotamia, hanya kami berdua yang tersisa. Yang lainnya musnah tanpa jejak seperti debu tertiup angin.""Kami sebetulnya tak tahu kalau kau adalah Hera, ratu Olympus yang ada dalam mitologi dunia ini. Eggy yang memiliki

  • Keputusan Hera   Wai Gym

    Hera terkejut hingga matanya yang indah terbelalak. Namun belum sempat ia berkata apapun, terdengar bunyi pintu belakang digedor. Perempuan itu hanya bisa menatap punggung Eggy yang bergegas meninggalkan kedai. Setelah menghela napas untuk menenangkan diri, Hera pun mengikutinya ke pintu tempat ia pertama bertemu lelaki yang membuatnya jatuh cinta itu.Di ambang pintu belakang, Hera melihat sesosok pria tinggi besar berbicara serius dengan Eggy. Hera yang sebelumnya merasa agak kecewa oleh penolakan Eggy menjadi tegang melihat lelaki itu tampak gusar. Ia baru pertama kali melihat lelaki yang biasanya tersenyum itu berwajah seakan sedang marah. Bahkan saat bertarung pun, ia selalu tersenyum. Tapi pembicaraan mereka yang pelan membuat Hera tak bisa sedikit mencuri dengar."Oh! Hai, Hera! Kukira kau sudah tidur," pria tinggi besar berambut cepak itu berkata."Aku sedang berada di kedai, Angga. Dimana Caca?""Dia di rumah. Kami bukan kembar siam yang

  • Keputusan Hera   Kunjungan Singkat

    Kedua mata Hecate bertatapan dengan mata Hera dan Eggy. Sekilas, sebuah pendapat muncul dalam pikiran sang dewi misteri. Hera yang berwujud manusia perempuan cantik tak hanya tampak serasi tapi juga bahagia berdampingan dengan Eggy yang berwujud manusia lelaki tampan, tinggi dan atletis itu.Tapi Hecate segera mengenyahkan pikiran tersebut. Ia tahu siapa Eggy sebenarnya. Kala terlepas dari jasad manusianya setelah bersentuhan dengan Eggy, ia ditarik oleh kekuatan yang sangat besar menembus dinding kamar Hera sesaat setelah lelaki itu meninggalkan sang ratu sendirian. Eggy memperlihatkan wujudnya yang asli pada Hecate. Dan hal tersebut membuat sang dewi Dunia Bawah merasa sangat ketakutan."Kenapa kau malah melamun, Hecate?" Pertanyaan Hera membuyarkan pikiran sang dewi."Ah, tidak," kilah Hecate yang takut dengan tatapan Eggy. "Aku hanya teringat pada Argyre setelah melihat wujud kalian berdua.""Kita memang berada di wilayah Salakanagara yang kau

  • Keputusan Hera   Hecate

    Perempuan yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang Hera tiba-tiba membelalakkan matanya. Dengan cepat, ia segera bangkit dan duduk tegak dengan wajah tegang menatap Hera. Perempuan itu sebetulnya cantik andaikata kulitnya tidak putih pucat seperti tak pernah terkena sinar matahari."Kau sudah siuman, Hecate?" tanya Hera seraya tersenyum.Meski tinggal di Dunia Bawah, dewi keturunan titan itu tahu kalau Hera hampir tak pernah tersenyum. Tapi kengerian yang ia rasakan jauh melampaui keheranannya. Hecate baru hendak membuka mulut mungilnya ketika pintu kamar mendadak diketuk dari luar. Rasa takut yang amat sangat terlukis jelas di wajahnya manakala Hera membuka pintu. Eggy terlihat berdiri di sana."Kau belum makan malam, Hera," ujar lelaki itu sambil menatap sang dewi dengan lembut.Hera berusaha untuk tetap bersikap dingin pada Eggy. Tapi wajahnya malah tersipu saat teringat pada kata-kata lelaki itu."Kau juga belum makan." B

  • Keputusan Hera   Kebenaran

    Beberapa hari telah berlalu sejak Hera menyaksikan Eggy bertarung di Wai Gym. Seluruh warga di sekitar Moliendo Cafe sudah tahu bahwa Hera adalah adik dari Eggy. Dengan demikian, para suami yang sebelumnya telah diresahkan oleh ketampanan Eggy semakin bertambah merana karena istri mereka juga resah oleh kecantikan Hera.Seperti biasa, di lingkungan ibu-ibu, gosip beredar dari mulut ke mulut seperti bergulirnya bola salju yang semakin membesar oleh serpihan-serpihan salju yang menempel dari atas lereng gunung hingga ke lembah. Meski para wanita mengidolakan Eggy seakan lelaki itu tak punya kekurangan sedikitpun, mereka selalu mencela Hera sebagai penyebab berbagai permasalahan rumah tangga yang terjadi di lingkungan itu.Hera merasa sangat hina dan terpukul ketika buah bibir yang sudah sangat besar oleh keburukan hati para pelontarnya sampai ke telinga perempuan itu. Ia merasakan kemarahan yang luar biasa hingga ingin mengutuk semua perempuan di lingkungan itu. Namu

  • Keputusan Hera   Bunga Lily Dan Buah Delima

    Delapan lelaki kekar di hadapan Hera serempak berdiri dan mengacungkan tangan. Mereka tampak bersemangat sambil sesekali melirik ke arah Hera yang masih mencerna situasi yang tengah berlangsung."Caca!" Eggy mendelik ke arah perempuan yang menyeringai penuh kemenangan itu."Sekarang kau harus melawan mereka semua, Profesor!""Profesor?" tanya Hera."Itu julukan yang diberikan pada Eggy karena dia pandai membaca gerakan lawan dan memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk memenangkan pertarungan," jelas Caca."Kenapa kau mempertaruhkan Hera?" Eggy merasa kesal oleh akal-akalan Caca."Tidak apa-apa," tukas Hera. "Dengan begitu, aku jadi bisa tahu seberapa besar kepedulianmu padaku."Sementara Caca dan Angga tertawa, Eggy tercengang menatap Hera yang tersenyum jahil padanya. Lelaki itu tak menyangka kalau perempuan polos tersebut ternyata bisa membuatnya terpojok. Eggy akhirnya tertawa terbahak-bahak lalu mencubit pipi perem

  • Keputusan Hera   Bertandang

    Hera berjalan di sebelah Caca dengan beberapa jinjingan belanjaan dalam genggaman. Mereka sudah selesai membeli pakaian, skincare, perlengkapan mandi dan keperluan yang lainnya. Caca bahkan menjelaskan fungsi setiap barang yang dibeli dengan rinci. Pembawaannya yang periang membuat Hera langsung menyukai Caca."Apa? Kau sudah menikah?" tanya Caca kaget setengah berteriak. "Memangnya berapa umurmu? Kau pastinya lebih muda dariku, Ra!"Kebiasaan manusia di dunia itu rupanya memotong nama menjadi satu suku kata. Hera mendapat pelajaran penting tentang salah satu kode etik pergaulan tersebut. Dan, tentunya Hera tak akan pernah menjawab pertanyaan Caca dengan jujur bahwa ia berumur lebih dari satu millenium. Ia tak mau dianggap gila oleh teman barunya itu."Memangnya menurutmu umurku berapa tahun?""Umm... kurasa antara dua puluh dua sampai dua puluh tiga tahun.""Dua puluh tiga," Hera mengambil angka paling besar."Kau sepuluh tahun

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status