Beranda / Romansa / Kepincut Janda Tetangga / 7. Ada yang cemburu

Share

7. Ada yang cemburu

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-25 11:13:22

Devit meremas rambutnya kasar. Bagaimana dia bisa melupakan janjinya pada Sarah? Sekarang sudah pukul tiga sore, saat melewati pasangan suami istri yang memakai pakaian resmi kebaya dan batik, seketika juga Devit teringat akan Sarah. Tepat saat Devit berada di kantin rumah sakit hendak membeli kopi.

Lelaki itu juga baru tersadar ia lupa membawa ponselnya. Perasaannya sangat khawatir, bagaimana dengan calon istrinya nanti? pasti sangat kecewa dengan dirinya yang tidak memberikan kabar. Cepat Devit melangkah memasuki ruangan Salsa dirawat, tampak Juwi dan ibunya sedang berbicara. 

"Maaf Juwi, Bu, saya pamit dulu ada urusan mendesak," ucap Devit dengan raut cemas.

"Pak Devit ga papa?" tanya Juwi keheranan.

"Tidak apa-apa Juwi, hanya saya melupakan janji dengan calon istri saya, saya pamit ya." Devit cepat melangkah keluar dari kamar perawatan Salsa.

Juwi dan ibu mendengar cukup jelas yang barusan Devit katakan.

"Ya ampun Wi, Ibu jadi ga enak sama Devit. Gara-gara kita, dia lupa ada urusan dengan calon istrinya." 

Juwi tak tahu harus komentar apa, saat ini perasaannya pun menjadi tak enak dengan Devit. "Semoga calon Pak Devit gak marah ya, Bu, Juwi jadi takut," gumamnya pelan. Bu Nurmi mengaminkan dalam hati.

****

Devit sudah berada di depan sebuah rumah cukup besar, dalam komplek perumahan elit. Taksi menurunkannya tepat di depan rumah Sarah. Sambil mengucapkan salam, Devit bertemu dengan penjaga rumah lalu menyampaikan maksud kedatangannya.

Penjaga tersebut mempersilakan Devit masuk setelah mengonfirmasi ke dalam rumah melalui pesawat telepon.

"Assalamualaikum," ucap Devit berdiri di depan pintu rumah Sarah. Pintu tersebut sedikit terbuka, tak lama tampaklah seorang gadis cantik dengan gamis ungu dan kerudung panjangnya, membuka lebar pintu rumahnya untuk Devit.

"Wa'alaykumussalam," sahutnya dengan nada suara lemah. Devit semakin merasa bersalah.

"Masuk, Kak," ucapnya, kemudian mempersilakan Devit duduk di sofa besar ruang tamu. Sarah duduk di seberang Devit sambil memilin ujung kerudungnya, raut wajahnya sedih juga kecewa.

"Maaf Sar, Kakak tadi ..." 

"Sebentar saya buatkan minum dulu," sela Sarah lalu berjalan ke arah dapur. Hati Devit semakin was-was. Sarah kembali dengan dua cangkir kopi dan kue brownis keju buatan Sarah yang memang khusus ia buat untuk Devit.

"Silahkan, Kak." 

Devit mengangguk canggung.

"Sekarang, Kakak bisa jelaskan kenapa kakak tidak menepati janji hari ini?" ucap Sarah tegas tanpa menatap wajah Devit. Setelah Devit menyeruput kopi buatan Sarah 

"Begini, tetangga yang punya kontrakan saya, anaknya sakit panas, sampai kejang. Sehingga saya membantu mereka. Karena terburu-buru, saya juga melupakan ponsel. Jadi ini saya dari rumah sakit langsung ke sini, saya tahu kamu pasti kecewa, tapi semua diluar kendali saya, Sar. 

Tetangga saya orangnya baik dan memang ekonominya pas-pasan. Jadi saya menolong mereka, tolong maafkan saya ya," terang Devit dengan menatap gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya dengan tatapan bersalah.

"Baiklah, Kak. Saya maafkan. Tolong hal seperti ini jangan diulangi lagi. Kecuali kakak memang tidak berniat meneruskan acara pernikahan kita." Ucapan Sarah begitu menusuk ke hati Devit. 

Iya dia tidak boleh lagi bermain-main dalam mempersiapkan pernikahan mereka.

"Baik, Sar. Saya akan usahakan tidak gegabah lagi dalam hal apapun, dan memprioritaskan persiapan acara kita," ucap Devit penuh kelegaan saat raut wajah Sarah berubah teduh. Inilah salah satu yang membuat Devit menyukai Sarah. Gadis yang tidak suka berbasa-basi, tidak lebay dan apa adanya. Meskipun dari kalangan berada, namun Sarah tetap rendah hati.

"Mah, Kak Devit dan Sarah mau ke butik tante, ayo temani, Ma," ucap Sarah ketika masuk ke dalam kamar mamanya.

"Emang Devit datang?" tanya mamanya heran. Sarah mengangguk. "Kak Devit membantu tetangganya dibawa kerumah sakit mah dan ponselnya tertinggal, jadi dia tidak sengaja lupa akan janjinya," terang Sarah pada mamanya.

"Oh ... ya sudah, tunggu sebentar Mama bersiap." 

Kini Devit dan Sarah sudah berada disebuah butik langganan mama Sarah. Devit dan Sarah memilih beberapa model. Pakaian yang akan dipakai saat akad maupun resepsi. Sarah memutuskan untuk membuat gamis brukat putih tulang dengan hiasan swaroski. Devit juga sudah memilih jas dan beskap dengan warna senada.

Sarah melirik sekilas saat Devit mencoba pakaiannya. Sarah merona, betapa gagah calon suaminya. "Tampannya Kak Devit," gumamnya di hati. Devit tahu Sarah memperhatikan dirinya, Devit menutupi senyumnya. Setelah selesai fitting baju, Devit mengajak Sarah dan calon mertuanya makan di sebuah warung lesehan di sebuah mall. Saat adzan magrib berkumandang, Devit pamit sholat di musholla yang berada dalam mall tersebut, dilanjutkan oleh Sarah dan calon mertuanya. 

Selesai sholat, mereka makan malam bersama, sambil sedikit membicarakan perihal undangan yang sudah siap cetak, setelah beberapa hari lalu Devit menyetujui design undangan tersebut. 

Teman-teman kampus, para dosen, keluarga, dan beberapa teman SMA Sarah diundang, begitu juga dengan teman-teman dari orangtua Sarah. Ada beberapa pejabat penting juga yang diundang. Mengingat papa Sarah adalah seorang camat.

Devit berpisah dengan Sarah di restoran, Devit naik taksi online, pulang ke kontrakannya. Sedangkan Sarah dan ibunya kembali ke rumah dengan mobil mereka. Devit memandang langit-langit kamarnya, bagaimana ia bisa ceroboh seperti ini melupakan janji dengan Sarah.

Beep

Pak Devit baik-baik saja? 

Maaf kalau saya dan ibu serta Caca sudah sangat merepotkan Pak Devit.

Devit membaca pesan WA yang dikirim oleh Juwi.

Tidak apa-apa Juwi, bagaimana Salsa sudah sehat?

Sudah Pak, Alhamdulillah. Sekarang sedang menonton tv.

Baiklah, saya mau istirahat dulu ya, besok saya ke rumah sakit.

Iya Pak, terimakasih.

Selesai Devit membaca balasan terakhir dari Juwi Devit pun menutup matanya, rasanya hari ini begitu lelah.

Esok harinya Devit menjenguk Salsa, bersama dengan ibu-ibu tetangga lainnya. Juwi terlihat sangat gembira menyambut kedatangan tim mak mak rempong kampungnya. Aneka makanan dan buah dibawa oleh tetangga Juwi. Devit hanya mesem-mesem saja melihat ibu-ibu begitu heboh bercerita dengan Juwi.

"Wi, tau gak? si Mamang jarpit ternyata udah punya istri lho," ucap Bu Fitri.

"Oh ya, kok Mpok tahu?" tanya Juwi datar.

"Waktu malam minggu itu mamang jarpit ke warung lo, trus nanya-nanya sama Bu Nana. Beuh, udah rapi Wi. Pake kemeja kotak-kotak merah sama celana bahan warna coklat. Rambut belah pinggir, klimis, bau minyak kemiri," terang Bu Fitri sambil terbahak. Ibu-ibu yang lain ikut tertawa. Begitu juga Devit yang ikut tergelak.

"Mau ngapain ke rumah gue, Mpok?" 

"Katanya mau ngapelin janda muda," sahut Bu Nana.

Juwi tertawa geli. "Udah gitu gak lama, datang perempuan hitam manis gemuk kayak saya, mamang Jarpit dia jewer kupingnya. Kata perempuan itu. "Bagus lu ya ... pamitnya rapat RT, rupanya lu ke rumah si Juwi. Pulang gak lo!" terang Bu Fitri tidak kalah seru. Menirukan omongan istri mamang jarpit. Semua tertawa begitu juga Devit. 

"Untung saya gak di rumah ya Mpok, kalau gak mah, bisa berabe." Juwi terkekeh.

"Pak Devit dari tadi senyam senyum aja, lagi mikirin apa, Pak?" celetuk seorang ibu.

"Pak Devit lagi mikirin dikit lagi belah duren," ledek Bu Nana.

"Kapan Pak Devit?" tanya Bu Nur.

"Empat puluh lima hari lagi," ucap Devit dengan wajah bersemu merah. Juwi memperhatikannya sambil tersenyum hambar.

"Juwi patah hati deh," ledek Bu Nana sambil mencolek pundak Juwi.

"Dih, ngapa jadi saya?" Juwi menanggapi dengan sedikit kikuk.

"Permisi ibu-ibu, waktu berkunjung habis!" ucap petugas keamanan lorong rumah sakit. Akhirnya ibu-ibu bubar setelah berpamitan pada Juwi dan Salsa. Devit masih menunggui Salsa saat Juwi mengantar ibu-ibu ke lobi rumah sakit.

"Emang pak gulu mau jadi penanten?" tanya Salsa dengan wajah polosnya.

"Hehehe ... iya, Ca." Devit tersenyum mendengar ucapan Salsa. Namun seketika wajah Salsa murung.

"Caca kenapa?" 

"Caca cedih."

"Kok sedih?" Devit memangku Salsa.

Caca menggelengkan kepala.

"Caca pengen punya papa tayak pak gulu, pinte naji tama catep," ucap Salsa sambil menatap wajah Devit penuh kekaguman.

"Aamiin," ucap Devit. Juwi masuk melihat pemandangan yang begitu indah. Salsa di pangku Devit dengan wajah gembira. 

Cepat Juwi mengambil ponsel dari kantong celananya, lalu memotret Salsa dan Devit, tanpa diketahui keduanya.

****

Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, hari ini Salsa sudah diperbolehkan pulang. Tadi pagi Devit sudah menyelesaikan biaya pengobatan Salsa. Juwi membawa pulang Salsa dengan taksi online bersama dengan ibunya. Devit tak bisa menunggui sampai siang karena harus mengajar pagi.

Malam harinya, rumah Juwi kedatangan tamu membawa sebuah mobil sedan. Devit tak tahu siapa, ia hanya bisa mengintip dari jendela. Tak lama berselang Juwi dan Salsa berpakaian rapi, masuk ke dalam mobil tersebut bersama seorang pria tinggi tegap.

Hanya saja Devit tak begitu jelas melihat wajahnya. Masih di depan jendela Devit memperhatikan mobil tersebut hingga hilang dari pandangannya. Tiba-tiba sudut hatinya resah, seperti merasa tak rela. Devit menggelengkan keras kepalanya. Tidak! ia bukan cemburu. 

Sudah pukul sembilan, dua jam sudah Devit menunggu Salsa dan Juwi kembali. Namun belum juga orang yang ditunggu tiba. Devit kian resah, memegang ponselnya dengan gemetar. Memencet nomor Juwi. Dua kali Devit mencoba menghubungi Juwi namun tak diangkat. Devit keluar rumah duduk di kursi bambu kecil depan terasnya. 

Padahal sedang gerimis membuat udara dingin. Namun bagi Devit hatinya terasa panas dan gerah. Saat menyaksikan Salsa turun dari mobil dalam gendongan pria tersebut. Diikuti Juwi di belakangnya. Tampak wajah bahagia ketiganya. Devit seakan tak terima. 

"Ya Tuhan, jangan bilang saya cemburu," gumamnya dalam hati, hati yang panas. 

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
kasian sarah....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kepincut Janda Tetangga   8. Cemburu Bagian 2

    Juwi membuka warungnya pukul lima pagi. Mpo Leha mengantar dagangan aneka gorengan ke warung Juwi. Mpo Leha dibantu Juwi menatanya di atas etalase seperti biasa."Kok bikinnya sedikit, Mpok?" tanya Juwi saat menghitung aneka gorengan dengan jumlah masing-masingnya hanya dua puluh lima. Biasanya Mpo Leha membawa empat puluh sampai lima puluh gorengan per jenis."Iya Wi, Mpok bahannya kurang. Kirain hari ini Juwi libur," sahut Mpok Leha sambil duduk di kursi kecil yang berada di pinggiran warung."Iya Mpok, udah lama saya libur jualan, tabungannya udah tipis nih kayak pantat saya," sahut Juwi menepuk pantatnya sambil terkekeh. Tangannya asik memainkan sapu, menyapu lantai warung dengan semangat. Mpok Leha ikut tertawa mendengar ocehan Juwi."Mpok kok murung? Pengen kawin lagi ya?" Juwi kepo, tau-tau sudah duduk di samping Mpok Leha."Siapa sih Wi yang ga pengen berumah tangga lagi? cuma Mpok Leha ragu, takut gagal lagi.""Siapa tahu jodo

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Kepincut Janda Tetangga   9. Kedekatan Juwi dan Devit

    Selamat membaca😘Astaghfirulloh....kata itulah yang selalu Devit sebut, setelah hal konyol yang baru saja ia lakukan di depan Dimas, Juwi dan ibunya tadi. Bagaimana bisa dia begitu sesak, saat tangan Juwi dan Dimas hendak berjabat. Ada rasa tak rela jika kulit putih Juwi bersentuhan dengan lelaki lain."Ya Allah ... ada apa denganku?" gumamnya sambil mengusap kasar wajahnya, hatinya begitu tak tenang. Segera Devit ke kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat sunnah, karena hatinya benar-benar gundah.****"Nak Devit ada hubungan apa denganmu, Wi?" tanya Bu Nur penuh selidik. Ia menghampiri Juwi saat Juwi melipat mukena setelah selesai sholat isya."Teman saja, Bu. Emangnya kenapa, Bu?" tanya Juwi penasaran."Tapi sepertinya Nak Devit ada perasaan dengan kamu.""Hahahaha ... Ibu kebanyakan nonton drakor nih." Juwi tertawa kencang."Mana ada seperti itu Ibu Sayang, Pak Devit itu memang pada dasarnya orang baik

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Kepincut Janda Tetangga   10. Pernikahan Siri

    Maaf Devit dan Juwi telat Update!!Selamat membaca😘Devit tak menyangka Sarah bertanya perihal gosip yang beredar di kampusnya. Memangnya dia selebritis, sehingga gosip murahan seperti itu dengan cepat berkembang biak disegala pelosok.Setelah Sarah, Devit yakin mama dan papanya akan menelepon juga, untuk meminta klarifikasi. Devit menjelaskan pada Sarah, perihal yang terjadi pagi itu, meskipun tidak semua secara terperinci. Soal Devit yang tidak bisa memasang gas dan Juwi mengomelinya karena tidak bisa pasang gas, padahal sudah mau menikah. Sarah mengangguk paham."Hati-hati, Kak. Cinta itu datang karena terbiasa," ucapnya lugas, sedikit melirik ke arah Devit. Devit terdiam, tak tahu harus menjawab apa atas perkataan Sarah barusan."Intensitas interaksi antara Kakak dan wanita janda itu lebih sering dibandingkan dengan saya, calon istri Kak Devit. Pernikahan kita memang satu bulan lagi, bisa saja terjadi hal-hal yang diluar prediksi kita, jad

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Kepincut Janda Tetangga   11. Selamat Tinggal, Pak!

    Selamat Membaca😘😘HukkHuukDevit pun tersedak kentang goreng yang sedang berselancar di tenggorokannya. Sigap Juwi bangun dari duduknya dan menepuk-nepuk kencang punggung Devit. Bukannya berhenti batuk-batuk, malah semakin tercekik Devit rasa, saat pukulan Juwi terlalu kencang, hingga mengguncang tubuh Devit. Terlihat bukan seperti menenangkan, malah Juwi seakan sedang melakukan KDRT pada Devit."Sudah Juwi, sudah." Devit mengangkat tangannya. Ya Allah Si Juwi kurus-kurus tenaganya Godzila. Bisik Devit dalam hati."Pelan-pelan, Pak. Makannya, nanti tersedak lagi lho," ucap Juwi sambil membersihkan bajunya dari noda semburan air cola."Iya terima kasih," ucap Devit sambil meringis. Ya Allah jadi panas gini punggung."Bunda, bolehkan? "Salsa melanjutkan pertanyaannya yang tadi."Salsa sayang, Bunda dan om guru itu berteman.""Oh, kalau teman ga bisa jadi Papa ya?" tanya Salsa dengan polosnya. Devit tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Kepincut Janda Tetangga   12. Kekesalan Sarah pada Devit

    Selamat Membaca😘Hari senin shubuh seperti biasa, Juwi membuka warungnya, menata aneka gorengan dan nasi uduk yang dititipkan tetangga. Juwi melirik rumah Devit, lampu dalam mati, hanya lampu teras yang masih menyala. Tanda bahwa masih tidak ada orang disana. Iyalah, pengantin baru. Waktu Juwi menikah dengan ayah Salsa malah sampai dua hari di kamar terus. Padahal ga ngapa-ngapain juga. Hehehe... Juwi tersenyum sumbang. Ia menyadari rasa sukanya pada Devit, namun ia sadar itu tidak boleh."Hhhmmm ...." Juwi menarik nafas panjang. Dia harus bisa melupakan Devit dan meneruskan kehidupannya.Hari ini di warung cukup ramai. Juwi sedikit kewalahan, apalagi mulai hari ini Salsa sudah mulai mengikuti sekolah di kelas playgroup. Juwi mengantar jemput Salsa sekolah.Cuaca sangat terik, Juwi membeli es buah di warung dekat sekolah Salsa sambil menggandeng tangan Salsa. Pandangannya beralih pada pasangan yang baru saja lewat, ia seperti mengenalinya, tapi siapa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Kepincut Janda Tetangga   13. Devit Mencium Juwi

    Selamat membaca😘Sarah menangis sesegukan setelah siang ini dia digagahi lagi oleh Jono. Sarah benar-benar tak mengenalinya, padahal Jono adalah kakak senior abadi di kampusnya.Karena memang Sarah tak terlalu banyak mengenal kakak seniornya, justru jarena dia terlalu aktif di lingkungan kampus makanya kakak seniornya yang lebih banyak mengenal dirinya."Sudah sayang, jangan nangis terus, nanti apartemen abang banjir lho." Jono mencoba menggoda, telunjuknya menyolek lengan polos Sarah."Saya mau pulang!" ucapnya pelan, suaranya bergetar."Ayo, biar abang antar!" Jono keluar dari selimutnya, tubuhnya polos berjalan santai ke arah kamar mandi, Sarah membuang pandangan. Matanya sudah bengkak dengan air mata, entah bagaimana nasibnya sekarang. Bagaimana nasib pernikahannya?Lima belas menit Jono berada di dalam kamar mandi, lalu keluar dengan harum shampo khas lelaki, tubuhnya hanya terlilit handuk sampai di bagian pinggang.Ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Kepincut Janda Tetangga   14. Kepergok Warga

    "Siapa lagi yang mau jadi istrinya? GR aja!" Juwi berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya. Kesal iya, malu iya. Dengan kasar Juwi mengusap bibirnya, bibir yang sudah setahun lebih berpuasa."Ish, sekalinya buka puasa, kenapa harus sama suami orang sih? Duh bibir, nasibmu!" Juwi masih saja menggerutu, menepuk-nepuk bibirnya sendiri.Devit terkekeh geli, menyaksikan ekspresi Juwi yang menggerutu dari balik jendela. Juwi kembali ke warung dan melayani pembeli seperti biasanya hingga waktu menjelang magrib. Juwi bergegas menutup warung."Saya bantu ya?" ucap Devit sambil tersenyum manis, pakaiannya sudah rapi mau ke masjid untuk sholat magrib. Sarung batik tenun dan koko berwarna biru muda, tak lupa kupluk kopiah, menambah teduh wajahnya."Saya bisa kok, Pak." Juwi menolak halus."Yang tadi siang jangan diinget terus ya.""Yang mana ya?" Juwi pura-pura lupa."Mmm ... yang cium bibir kamu!"Pukk..puk..puk..

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04
  • Kepincut Janda Tetangga   15. Pengantin Baru

    Shubuh ini hujan turun dengan derasnya. Devit melaksanakan sholat shubuhnya di rumah saja. Senyumnya terus mengembang, manakala teringat peristiwa dadakan yang terjadi dalam hidupnya tadi malam. Juwi, janda yang selalu mencuri perhatiannya kini telah menjadi istri sahnya, walaupun masih pernikahan siri. Tapi Devit berjanji dalam hatinya akan segera meresmikan pernikahan mereka. Lalu bagaimana dengan Sarah? Bukankah dengan Sarah juga pernikahannya harus berakhir. Memikirkan Sarah membuat Devit menjadi iba, ujian yang dihadapi Sarah sangat berat. Semoga Sarah bisa melewatinya.Beep..beep..["Ya hallo, Assalamualaikum, Mah."]["Wa'alaykumussalam. Kamu, mama tunggu pagi ini di rumah istrimu."]["Maksud mama, Sarah?"]["Iya, emang istri kamu ada berapa?"]["Eh iya, Ma. Nanti jam sepuluh Devit ke rumah Sarah."]["Kelamaan jam sepuluh. Jam delapan sudah harus di sini."]["Tapi Devit ada kelas, Ma. Jam delapan."]["Terserah, pok

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-04

Bab terbaru

  • Kepincut Janda Tetangga   57. Ekstra part 4

    Devit terduduk lemah di kursi makan, setelah mengeluarkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Bahkan ini adalah kelima kalinya Devit memuntahkan isi perutnya dari mulai pagi. Dua hari sudah ia tidak berangkat ke kampus, karena mengalami morning sick yang luar biasa. Tubuhnya seakan tiada bertulang dan matanya selalu susah diajak untuk terbuka di pagi hari. Berbeda sekali dengan Juwi yang tidak merasakan mual dan muntah. Bahkan Juwi terlihat baik-baik saja. Nafsu makan normal dan bisa mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Meskipun sudah ada Mbak Imah yang membantu, tetap saja Juwi yang memasak untuk keluarganya. "Makan bubur saja ya, Bang?" tawar Juwi pada suaminya. "Enneg, Dik. Abang lagi pengen makan rujak nanas," sahut Devit sambil menenggak salivanya, tergiur membayangkan rujak nanas. "Mana ada tukang rujak malam-malam begini," sahut Juwi sambil mengusap perutnya yang mulai membuncit di usia kehamilan yang keempat bulan.

  • Kepincut Janda Tetangga   56. Ekstrapart 3

    Di sinilah Juwi sekarang, berada di dalam sebuah ruangan, untuk diambil darahnya. Untung saja, tipe darah Juwi dan Sarah sama. Sehingga Juwi bisa ikut mendonorkan darahnya untuk menolong Sarah.Juwi menatap jarum infusan yang tertancap di tangan bagian atasnya. Tepat di lekuk lengan. Darah merah pekat dan kental, tampak mengalir memenuhi selang infus. Jujur, inilah pertama kali ia melakukan donor darah, sempat ragu dan takut. Namun, demi tetehnya, ia mengesampingkan rasa takutnya.Seorang perawat masuk untuk mengecek kondisi Juwi. "Alhamdulillah, sedikit lagi, Mba. Sabar sebentar, Ya?" ujar perawat tersebut sambil terseyum."Teteh saya bagaimana kondisinya, Sus?""Sedang dalam penanganan dokter, doakan semua lancar ya dan ibu Sarah baik-baik saja. Bayinya kembarnya lucu-lucu sekali." ujar sang perawat sambil tersenyum."Iya, saya belum lihat," ujar Juwi menimpali."Saya tinggal ya, Mbak. Suaminya lagi keluar ya?""Iya, Sus

  • Kepincut Janda Tetangga   55. Ekstra part 2

    Dewo dan Salsa sedang berlarian bermain petak umpet di ruang tengah rumah orangtua Devit. Bu Lani memperhatikan keduanya sambil tertawa-tawa. Semangat sehatnya naik berkali-kali lipat, saat menyadari begitu senangnya memiliki anak kecil di dalam rumah."Awas jatuh, Ca!" teriak Bu Lani khawatir Salsa terjatuh."Dewo, mainnya yang bener. Kasian ponakan kamu itu, nanti jatuh," seru Bu Lani lagi memperingatkan anaknya."Iya, Mah.""Iya Oma, Sayang," sahut Dewo dan Salsa bersamaan.Bu Lani tersenyum senang, Dewo dan Salsa melanjutkan permainannya. Hingga tubuh Salsa penuh keringat, karena terus-terusan di kejar Om Ewo."Udah, Om. Stop! ental Caca mati nih, kalena cape." Salsa terduduk di karpet merah depan ruang TV."Hahahaha ... Caca nginep di rumah Om aja selamanya mau gak?" tanya Dewo saat ia juga sedang mengatur napasnya, duduk di samping Salsa."Sampai tiamat?""Hahahahaha..." Dewo dan Bu Lani lagi-lagi terbahak.

  • Kepincut Janda Tetangga   54. Ekstrapart 1

    Udara sore cukup dingin, awan bewarna sedikit gelap menghiasi langit sore yang tampak mendung. Devit melajukan motornya sedikit lebih cepat, karena harus menjemput Juwi. Tepat di perempatan lampu merah, Devit melihat gerobak yang menjual skuteng. Ia teringat akan mamanya yang beberapa hari lalu, sangat ingin minum skuteng. Devit membelokkan motornya, lalu berhenti di depan penjual skuteng. Ia membeli empat bungkus skuteng untuk mamanya dan juga Bu Nurmala, mertuanya.Setelah membayar, Devit melajukan motornya ke rumah. Bukannya langsung ke rumah mamanya. Ia benar-benar lupa harus menjemput Juwi.Devit memarkirkan motornya di pekarangan rumah. Ada Salsa yang tengah bermain boneka di teras depan."Papa, Bunda mana?" tanya Salsa heran karena tidak melihat bundanya pulang bersama Devit."Ya Allah, Ca. Papa lupa." Devit menepuk keningnya cukup keras. Lalu bergegas masuk ke dalam rumah."Lho, Juwi belum dijemput, Vit?" tanya Bu Nur yang saat itu se

  • Kepincut Janda Tetangga   53. Ending

    Devit akhirnya melanjutkan aktifitasnya kembali mengajar. Sedangkan Pak Juna masuk ke kamar untuk beristirahat. Tidak lama setelahnya, Dewo pulang dari sekolah. Setelah mengucapkan salam, ia melangkah masuk melewati dapur. Betapa tergodanya ia menatap aneka lauk terhidang manis di atas meja."Cuci tangan dulu, De," seru Juwi saat melihat Dewo yang begitu antusias dengan hidangan di atas meja."Teteh chef Juwi ya yang masak?""Iya, dong. Enak lho. Udah sana cuci tangan dulu, setelah itu baru makan." Dewo menuruti ucapan kakak iparnya. Melesat ia ke wastafel lalu mencuci tangannya sampai bersih. Bersiap menyantap hidangan di atas meja.Sebulan berlalu dan Juwi masih pulang pergi ke rumah mertuanya. Membantu memasak dan rapi-rapi rumah. Untuk mencuci dan menyetrika, memang Bu Lani selalu menggunakan jasa londry. Juwi juga membantu bu Lani untuk mandi sore, buang air kecil dan buang air besar. Juwi juga yang mengantarkan Bu Lani untuk terapi semin

  • Kepincut Janda Tetangga   52. Mengurus Mertua

    Sepekan sudah Bu Lani dirawat kembali di rumah sakit. Ia terjatuh di kamar mandi, karena serangan jantung yang tiba-tiba. Pintu kamar mandi dirusak oleh Dewo dan beberapa tetangga untuk membantu Bu Lani keluar dari dalam kamar mandi yang terkunci.Devit dan papanya sampai setengah jam kemudian di rumah sakit. Dan selama sepekan juga, Devit dan papanya serta Dewo bergantian menunggui bu Lani."Uuwah owe uang bewom?" tanya Bu Lani pada Devit. Anak sulungnya itu menatap sedih wajah mamanya. Akibat serangan jantung, mamanya menjadi lumpuh kaki bagian kiri. Mulutnya juga miring ke kiri, sehingga mamanya sangat susah untuk berkomunikasi dengan baik.Dokter menyarankan agar rutin terapi dan senam ringan untuk segera mempercepat proses penyembuhannya."Ini lagi nunggu papa balik dari administrasi, Ma. Sabar ya?" Devit berusaha menenangkan mamanya, sambil memberikan senyuman tipisnya."Mama mo muwang bebet," ujar Bu Lani tidak sabar. Ia terus sa

  • Kepincut Janda Tetangga   51. Kuncilah Kamar Saat Berdua Saja dengan Suami

    Devit memeluk tubuh istrinya yang bergetar hebat karena menangis. Ia sangat paham kegundahan hati Juwi, pasti mamanya mengucapkan kalimat sakti yang membuat istrinya menjadi seperti ini."Abang sayang, Abang cinta, bagaimana adanya Juwi saat ini. Jadi tolong, jangan pernah ucapkan kata itu lagi ya!""Banyak hal yang sudah kita lalui, untuk sampai pada tahap ini. Abang tidak mau, kamu menyerah. Abang tidak mau durhaka kepada mama, tapi Abang juga gak boleh zolim sama istri Abang. Jadi adik gak perlu risau, Abang gak kemana-mana. Jangan pikir yang aneh-aneh ya!"Devit mengecup kedua mata basah istrinya, turun ke hidung, kemudian pipi. Juwi masih diam saja, tanpa reaksi. Masih ada sisa-sisa sesegukan yang terdengar mengisi ruang kamar mereka. Devit menatap lekat Juwi, hanya beberapa senti saja jarak keduanya. Juwi tidak berani menatap wajah suaminya, ada rasa malu sekaligus kegundahan yang masih menyelimutinya."Kok nunduk? sini

  • Kepincut Janda Tetangga   50. Tuduhan Bu Lani

    Juwi masih terpekur sedih menatap langit-langit kamar perawatannya. Menyesali yang telah terjadi. Kenapa sampai ia tidak tahu, kalau saat ini sedang ada janin di dalam perutnya. Pipinya basah, matanya pun membengkak merah karena terus saja menangis, menyesali keteledorannya.Jika ia tahu lebih awal, pasti suaminya akan lebih hati-hati saat bercumbu dengannya. Ini semua adalah kesalahannya. Benar-benar kesalahannya. Berkali-kali Juwi mengusap pipi yang basah dengan tangannya. Apa dosa yang telah aku perbuat ya Allah, sehingga Engkau kembali mengambil bayi dalam perut hamba. Gumamnya lirih tanpa menghiraukan sekeliling.Pelan ia meletakkan telapak tangannya di atas perut yang kini benar-benar kempes. "Astaghfirulloh," ucapnya lirih, sambil merasakan kembali air mata yang tak kunjung turun membasahi kedua pipinya."De," panggil Devit dengan suara lemah. Ia pun sama seperti Juwi, merasa begitu bersalah. Lelaki itu baru tiba dari kantin. Kedua tangannya membawa

  • Kepincut Janda Tetangga   49. Ternyata Hamil

    Semenjak acara syukuran empat bulanan kehamilan Sarah. Juwi jadi kebanjiran job membuat kue. Mulai dari brownies, bolu tape, donat, pie buah, risol bahkan lontong isi dan kue cucur. Teman-teman Sarah dan juga teman mama Sarah yang banyak memesan kue kepada Juwi.Terkadang ia sampai bergadang menyiapkan pesanan kue tersebut. Respon mereka cukup baik, enak kalau kata ibu-ibu yang sudah pernah order. Malahan, papa Juwi menyarankan agar Juwi membuat label sendiri untuk kue brownies dan aneka bolunya.Seperti sore ini, Pak Aryo tengah menikmati teh hangat ditemani oleh beberapa potong kue bolu yang bahan dasarnya terbuat dari talas bogor. Bu Nur ikut duduk bersama suaminya di depan teras rumah Juwi. Salsa juga tengah asik bermain bersama kelinci bewarna coklat yang baru saja dibelikan oleh Devit."Anak kita pintar bikin kue, ya. Bu." Pak Aryo terseyum menatap istrinya."Siapa dulu ibunya," sahut blBu Nur yang diikuti seringai manis."Lah, Bu. Kala

DMCA.com Protection Status