Kencan?
Oh sialnya Dara yang sudah beberapa kali diberikan harapan palsu oleh Gio baru kali ini bisa berkencan dengan kekasihnya. Setelah kejadian beberapa waktu lalu saat Gio meminta izin untuk menyentuhnya. Mereka tidak lagi berkomunikasi. Dara yang enggan untuk mengalah pada kekasihnya. Lagi pula hubungan seperti itu hanya akan membuat hari sakit sekali. Jadi dia tidak bisa menolak ajakan pria ini kalau memang akan pergi nanti.
Dara baru saja siap-siap dan Gio langsung memasukkan ponselnya. Dengan tatapan curiganya Dara kepada kekasih yang telah dia pacari beberapa tahun terakhir. Menampakkan kecurigaan yang tidak ingin diketahui oleh Dara.
Ada apa?
Permainan apa yang sedang dilakukan oleh Gio.
Apa sekarang pria itu sedang bermain api dengannya?
“Atasanku yang menghubungi.”
Pria itu langsung berkata demikian tanpa ditanyakan oleh Dara. Menghilangkan kecurigaan yang terjadi antara dirinya dan Dara. Sebenarnya yang menghubunginya adalah Leta. Mereka memang sering berkomunikasi.
Perasaan Gio juga sangat besar kepada Dara. Meskipun dia ingin memulai hubungan dengan Leta, tapi wanita ini tidak bias dia sia-siakan. “Apa penampilanku tidak terlihat aneh?” pria itu menatap lekat ke penampilannya Leta dengan sweater dan rok pendek. Oh sialnya kenapa wanita ini juga selalu berpenampilan menarik sampai menggoda Gio.
Gadis ini nampak imut, bibirnya dipoles dengan lipstik berwarna merah. Kulitnya putih dan bersih. Ya, jelas saja siapa yang melihat Dara pasti akan tergoda oleh bentuk tubuhnya. Membayangkan kalau wanita ini ada di bawahnya.
Sialannya lagi Gio malah berpikir seperti itu untuk Dara. “Kita menikah sebentar lagi. Aku harus menabung lebih giat.”
Mendadak Gio bahas pernikahan, tapi Dara malah menghadap lain. Senyumannya merekah mendengar ucapan Gio yang mengatakan jika sebentar lagi akan ada pernikahan mereka berdua. Tidak pernah dia bayangkan kalau pria yang sering ngambek ini punya tujuan yang baik untuk hubungan mereka.
Gio sering membayangkan gadis kecil ini mengenakan baju tidur dengan motif bulan bintang lalu naik ke atas kasur bermanja dengannya. Meletakkan kepalanya di atas dada Gio sembari bertanya apakah Gio menginginkannya malam itu.
Dara mendekat ke arahnya. “Sayang, apa yang tadi kamu ucapkan itu serius?”
Gio mengangguk dengan sangat pasti kalau dia memang menginginkan pernikahan. Cepat atau lambat dia harus tetap menikah dengan pria ini karena memang sangat mencintai Gio. Kalau bisa, dia tidak akan masalah jika melangkahi Leta. “Mengenai pernikahan, apa kamu tidak keberatan melangkahi kakakmu?”
Dara menggeleng dengan pelan. “Aku tidak masalah. Lagi pula, Papa sama Mama tidak akan masalah bukan kalau kita menikah cepat?”
Gio mengangkat bahunya. “Jadi kalau begitu, hari ini kita kencan sampai malam. Tapi apa kamu tidak ada tugas dari perusahaan atau dari kampus?”
Seperti yang diketahui kalau Dara juga masih menempuh pendidikan. Wanita ini memang benar-benar tidak lelah belajar. Dia masih sibuk dengan pendidikan juga dengan kariernya.
Dara berdiri di dekat pria itu saat dia baru saja memakai tasnya. “Kurasa tidak. Memangnya ada apa?”
“Tidak ada, biasanya kamu yang sibuk. Setiap kali aku ingin mengajakmu keluar, kamu akan sibuk dengan berbagai macam alasan.”
Seingatnya Dara, yang sibuk adalah Gio. Sangat sulit sekali diajak untuk berkencan. Malah sekarang dirinya yang dikatakan sibuk oleh pria ini. Tidak benar seperti itu kejadiannya. Karena yang memang sibuk itu adalah pria ini. Bukan Dara.
Mobilnya Gio berhenti di salah satu restoran yang dituju. “Apa kita akan makan di sini?” nampak bahagia sekali raut wajahnya wanita ini ketika dia melihat kalau wanitanya begitu bahagia.
“Tentu saja. Aku akan mengajakmu makan di sini.”
Senyumannya merekah, pelayan datang membawakan buku menu dengan memberikan pilihan berbagai macam hidangan.
“Kamu pesan apa sayang?”
Dara masih membaca menu. Sementara Gio memesan. “Australian Tenderloin Beef Steak, minumnya Lotus Biscoff Frappuccino.”
Gio lebih dulu memesan, sedangkan Dara masih bingung untuk memesan. Pria itu membiarkan apa saja yang jadi seleranya Dara.
Pilihannya pun telah ditentukan. “Italian Beef Lasagna, terus minumnya samain aja.”
Dara menyodorkan buku menu setelah dikonfirmasi pesanan mereka berdua. Lalu pelayan itu pergi setelah meminta mereka berdua menunggu.
Keduanya mengobrol dengan santai, tempat ini memang cukup romantis. Akan tetapi garis bawahi, ini adalah tempat di mana Gio membawa Leta waktu itu. “Malam ini antar aku ke rumah Mama, ya. Aku sepertinya menginap di sana.”
Gio tidak keberatan. Lagi pula dia sebenarnya ada janji dengan Leta. Pasti juga wanita itu akan keluar rumah nanti. Jadi tidak mungkin bertemu dengan Leta di sana. Gio mencintai Dara, tapi menginginkan Leta juga saat Dara sedang sibuk dengan pekerjaan juga dengan pendidikannya.
Sebagai seorang pria dia juga terbilang masih normal. Tidak munafik kalau ia menginginkan mereka berdua. Entah mana yang akan jauh lebih memahami dirinya suatu saat nanti. Antara Leta atau Dara. Tapi untuk pernikahan, dia menginginkan Dara. Memang itu terdengar tidak adil.
Akan tetapi ini adalah pilihan yang diinginkan oleh Gio.
Seharian penuh jalan-jalan, menghabiskan waktu yang mereka sempat pertengkarkan. Karena Gio menunggu Dara waktu itu cukup lama. Akhirnya dia bertemu dengan Leta dan mengajak wanita itu dibandingkan menunggu Dara.
Sampai di kediamannya Dara, Gio juga turun dari mobil untuk meminta izin secara sopan telah mengantarkan Dara.
“Nggak mampir dulu?”
Pria itu senyum setelah ditanya oleh ayahnya Dara. “Mungkin lain kali, Om. Dara minta diantar ke sini jadi saya antarkan ke sini.”
Dia memilih untuk berpamitan lalu pergi begitu saja setelah merasa kalau Leta pasti sudah ada di luar menunggunya.
Sedangkan di sana Dara yang disambut orangtuanya ketika pulang. “Apa kamu sama Gio memang serius jalani hubungan ini?”
Tiba-tiba Dara merasa kalau kepalanya dingin sekali mendengar pertanyaan dari orangtuanya. Memangnya ada keraguan dari Gio untuk menikahinya? Sedangkan Dara juga saat ini sedang menabung demi mereka berdua bisa melangsungkan pernikahan.
“Apa Papa meragukan dia?”
Sama sekali bukan itu yang dimaksud oleh orangtuanya. “Bukan, tapi Mama sama Papa hanya memikirkan soal kakak kamu. Apa tidak sebaiknya kamu tunggu saja kakak kamu menikah dulu baru kamu menikah dengan, Gio? Karena kalau perempuan dilangkahi adiknya, dia akan sulit mendapatkan jodoh.”
“Apa kak Leta sudah punya pacar? Kalau ada, aku akan bertanya kepadanya kapan akan menikahi Kak Leta. Sedangkan aku sama Gio sudah ada rencana.”
Pulang, bukannya mendengarkan kabar baik itu adalah suatu kebahagiaan juga kalau anak mereka tidak digantung. Tapi malah diminta untuk tidak melangkahi Leta lantaran wanita itu belum menikah. “Mama sama Papa nggak pernah dukung aku dari dulu.”
“Kenapa kamu berpikiran seperti itu?”
Baru saja orangtuanya mengikuti dari belakang, Dara memilih masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Sungguh dia benci keadaan seperti ini. Alasan dia juga keluar dari rumah ini karena ketidakadilan orangtuanya memperlakukan dia dengan Leta yang pasti akan berat sebelah. Tidak seperti orangtua pada umumnya yang memperlakukan anak-anak mereka dengan adil. Justru ketidakadilan dirasakan oleh Dara dari dulu.
Rasanya kepalanya benci sekali dengan keadaan seperti ini. Baru saja dia pulang berkencan dan merasa bahagia sekali dengan Gio. Tapi tekanan batin dari orangtua sudah membuat dia merasa bahwa dunia ini memang tidak adil baginya.
Diperlakukan sungguh tidak biasa.
Mana pacar kakaknya?
Kalau dia menunggu lagi. Pasti Gio akan meninggalkannya.
Leta tidak pernah mengenalkan kekasihnya kepada orangtuanya seperti yang dilakukan oleh Dara yang mengajak Gio ke rumah orangtuanya untuk dikenalkan sebagai seorang kekasih.
Dara sudah cukup lelah sekali bekerja hari ini. Robi yang mengantarkan dia untuk pulang ke apartemen istirahat dan tidak diperbolehkan ke mana pun usai dia pergi ke Bandung dengan sepupunya.Jadi pulang dari sana pria itu meminta dia untuk fokus istirahat saja dibandingkan harus mengurus kehidupan asmaranya. Gio juga menghubungi sedari mereka ada di Bandung, pria itu agak posesif dengan Robi. Padahal tidak ada hubungan apa pun yang harus dicemburui. Juga karena Gio memang tipikal yang ingin memiliki dengan sangat.Tapi Dara tidak suka dengan pria semacam itu yang bisa membuat mentalnya tidak baik-baik saja.Sudah sekian lama dia menjalin hubungan tapi jika ada alasan di mana Dara dengan Robi, pasti mereka berdua bertengkar.Jadi, ini yang akan jadi suaminya?Sungguh Dara juga sering sekali tertekan dengan pria semacam ini. Tapi dia mencintai Gio, kapan pun dia butuh, pria itu akan cepat datang kalau Dara butuh. Itu adalah kelebihannya Gio akan selalu ada setiap kali Dara membutuhkan s
“Cieee yang dilamar.”Robi menghampiri Dara yang saat itu sedang bertamu ke rumahnya. Gadis itu memegangi cincin yang diberikan oleh Gio kepadanya. Ekspresi Robi juga tidak bisa berbohong setelah lihat sepupunya akan menikah sebentar lagi. Mereka memang sudah lama sekali pacaran, sudah waktunya untuk mengikat hubungan itu bukan?Robi hanya bisa mendukung apa pun yang jadi keputusannya Dara setelah memilih Gio yang akan jadi suaminya. Hingga dia tidak bisa menolak lagi kalau yang akan jadi suaminya Dara ternyata pria yang sangat menyebalkan selama ini yang sudah berusaha membuat Dara mati rasa dengan pria lain.Banyak pria tampan dan kaya yang menginginkan Dara, tapi entah kenapa Gio yang selalu berhasil meluluhkan hatinya Dara apa pun yang terjadi. Hanya bisa mendukung tanpa mau menghakimi Gio itu seperti apa.Tatapan Dara tidak bisa dibohongi lagi, kalau dia sangat bahagia pulang dari kantor, dijemput oleh Gio untuk makan malam bersama. Lalu pulang ke rumah Robi dengan cincin berteng
Dara melotot sempurna mendengar kalau kakaknya menikah dengan Gio—kekasihnya Dara sendiri yang sudah dipacarinya lima tahun ini. Rasanya, dia mati kutu ketika pulang dari apartemennya. Dara tinggal di apartemen karena lebih dekat ke kampus dan juga ke kantor. Tapi begitu dia pulang, justru kabar buruk yang menyambutnya. Lalu apa yang bisa dia maklumi, ketika pulang dengan perasaan hancur saat melihat kakaknya dengan perut besar tanpa pemberitahuan apa pun untuk Dara mengenai kakaknya yang telah menikah dengan Gio.Hatinya juga hancur saat dia dan Gio yang selama ini baik-baik saja menyembunyikan bara api yang langsung menyentuh hatinya hingga melepuh. Gio duduk di dekat Leta—kakak perempuan satu-satunya yang Dara punya. Tapi tidak harus mengambil Gio yang sangat Dara cintai. Mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama juga untuk menjalin hubungan.Matanya panas, lidahnya kelu tidak bisa bertanya banyak hal. Orangtuanya hanya terdiam juga begitu Dara pulang. Dara yang selama ini be
Satu Minggu sudah Dara tidak masuk kerja lantaran sakit hati dengan ulah dari kakak juga kekasihnya. Yang Arga sayangkan adalah perilaku orangtuanya Dara yang tidak membela anak kedua mereka sama sekali. Dara dan Leta itu adalah darah daging mereka berdua. Ingat pertama kali Dara mengadu padanya saat itu, ketika Dara mengatakan kalau dia tidak akan kuliah lagi. Melanjutkan pendidikan itu penting. Tapi orangtuanya Dara tidak pernah setuju soal itu. Sampai Arga yang memberikan pekerjaan untuk keponakannya sambil kuliah.Tapi lihatlah sekarang ini keponakannya telah hancur oleh pengkhianatan satu keluarga ditambah lagi satu orang dari luar keluarga—yaitu Gio yang dari awal tidak pernah disetujui oleh Arga.Sewaktu dia hendak berangkat bekerja, dia mengambil tasnya di atas meja. “Ma, nanti kalau sudah selesai beres-beres meja makan. Mama ke kamar, ya! Ajak Dara ngobrol. Ngurung diri terus.”Istrinya juga sayang sekali pada Dara karena mereka tidak punya anak perempuan di keluarga ini. Han
Sialannya ketika Dara merasa asyik bernyanyi di sana ternyata Robi benar-benar membawa temannya ke tempat karaoke ini, kalau orang lain dia tidak akan keberatan. Tapi yang di sini malah Arvin—orang yang bekerjasama dengan Arga.Kalau dia bertingkah di sini sudah pasti akan membuat dirinya malu. Saat dia sedang berusaha untuk bernyanyi karena beberapa hari ini lagu Gayle yang berjudul abcdfu yang sudah sesuai dengan suasana hatinya, tidak akan pernah peduli lagi dengan kehidupan Gio juga kakaknya yang sialan itu sudah mengkhianatinya.Jujur saja kalau dia memang sakit hati dengan dua orang itu—ralat ada empat orang yang sudah mengkhianatinya. Tapi perilakunya Gio yang dia benci ketika sudah menikah namun masih menemui Dara waktu itu ke apartemen seperti tidak terjadi apa-apa. Nyatanya malah menyakiti hatinya Dara sampai hari ini dia benci dengan keadaan itu.Sampai sekarang dia tidak suka kalau ingat dengan kelakuan semua orang yang sudah menyakiti hatinya.“Kenapa diam? Nggak nyanyi l
“Kamu kapan nikah?”Baru saja Arvin menikmati makan malam di rumah keluarga besarnya. Tapi pertanyaan itu sudah mengganggu dia ketika menikmati makanan. Tidak seharusnya ada pertanyaan sialan itu ada di dalam acara ini bukan?Arvin bukan orang yang mudah jatuh cinta. Bahkan setelah dirinya patah hati, sumpahnya tidak akan pernah ia ingkari yaitu untuk tidak akan pernah menikah selamanya. Ini adalah janji yang paling utama sekali diucapkan oleh Arvin pada dirinya sendiri.Ia meletakkan sendok juga garpu. Khadafi bertanya hal yang sudah mengganggu pikirannya Arvin. “Aku nggak akan menikah, Pa.”Khadafi mendengar itu jelas dirinya sudah meradang. “Jangan kurang ajar kamu, ya.”“Papa kayak nggak tahu aja apa yang sudah pernah terjadi padaku. Harusnya Papa jadikan pelajaran kalau aku nggak bisa menikah karena alasan itu.”Namun tetap saja bagi Khadafi anaknya harus tetap menikah. Wanita mana yang ti
Usai rapat bisnisnya bersama dengan Robi di perusahaan pria itu. Tahu kalau Dara dan Robi adalah saudara sepupu, di dalam ruangan hanya ada Robi dan juga Arvin yang masih tersisa. Sementara Dara melenggang keluar dari ruangan dengan penampilan kasualnya juga dengan rok yang tidak terlalu pendek. Dia keluar dari ruangan itu sembari membawa berkas yang diminta oleh Robi.“Vin, serius sama, Dara?”Belum juga dia bicara apa pun kepada Robi tapi malah ditanya seperti itu. Memang sebelumnya yang merencanakan itu adalah orangtuanya. Akan tetapi tidak kecil kemungkinan kalau papanya ternyata yang sudah menceritakan ini kepada Arga juga kemudian diberitahukan kepada Arvin. “Kamu pasti tahu dari Papa kamu?”Robi memutar bolpoinnya di jarinya berkali-kali sembari dia tertawa dan mengetukkan bolpoin itu ke atas meja. “Ya kita ngobrolnya santai saja, Vin. Aku bukan nggak setuju kamu dekati Dara atau apa pun itu. Akan tetapi kalau Papa kamu cuman mau jodohin kamu lantaran kamu nggak ada pacar atau
“Vin, nanti kamu jadi kan kencan sama, Dara?” Khadafi menghampiri anaknya yang duduk santai di sofa dengan tabletnya yang sedang menggambar animasi.Arvin menolehkan kepalanya waktu dia sedang santai sendirian, tapi dihampiri oleh papanya yang ditanya perihal rencana kencan buta yang sudah direncanakan oleh Khadafi untuknya. Dara adalah pilihan papanya. Jangan lupakan mamanya yang juga berharap Arvin segera menikah.Apa indahnya menikah?Arvin berpikiran untuk tidak menikah.Kalau hanya menginginkan cucu, bisa membayar rahim seorang wanita yang bersedia saja. Meskipun tidak diperbolehkan. Tapi Arvin mau melakukan itu jika orangtuanya berharap ada cucu di rumah ini.Masih dengan posisinya yang santai dia menanggapi itu. “Ya kalau nanti nggak hujan.”“Mobil ada.”“Kalau Dara mau, Pa.”Khadafi memilih Dara sudah pasti karena kenal dengan Arga yang merupakan paman dari gadis itu. Dara
Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma
Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal
Pagi-pagi Dara sudah bangun dan mendapati suaminya masih dalam keadaan tidur. Waktu dia melihat suaminya yang tertidur sangat lelap sekali di dekatnya, Dara mengusap pipi Arvin yang bahkan begadang semalam lantaran teman-temannya yang datang dan mengajak mengobrol sampai larut.“Ayo tidur, ngapain coba?” Arvin malah terbangun tapi malah Dara yang tersenyum karena suaminya.Arvin ikut bangun dari tidurnya. “Mas, bangun!”“Aku bangun nggak mau lepasin kamu ntar. Lanjut tidur aja.”Dara tidak mau tidur lagi tapi malah mengganggu suaminya, dia menarik hidung Arvin. Sampai pria itu benar-benar membuka matanya dan menarik Dara ke dalam pelukan. “Sayang, ayo tidur! Aku ngantuk lho.”Dara melepaskan pelukan dan mengambil ponselnya, sudah jam sebelas. “Mas ini jam sebelas lho.”“Masih pagi.”“Pagi apanya, kita yang tidurnya kelamaan. Itu juga gorden nggak dibuka ya kita mikirnya pagi.”“Tidur kenapa sih?”Dara tidak mau tapi Arvin malah terus memeluknya. “Jalan-jalan yuk!”“Eh nanti malam acar
Pengantin baru dengan gaun yang sangat indah di desain sendiri oleh Iriana yang dikhususkan untuk Dara. Tampak begitu cantik dengan balutan gaun indah serta make up yang sangat disukai oleh Dara.Apalagi ketika melihat penampilan Arvin mengenakan kemeja yang serasi dengannya. Pria itu sangat tampan, Dara tersenyum melihat suaminya yang juga sudah siap untuk keluar dari tempat make up mereka.Menikah, dulu pernah diinginkan dengan sangat oleh Dara. Begitu terwujud pun sekarang justru di luar nalarnya kalau ia akan jadi secantik ini di hari pernikahannya. Berterima kasih kepada sang mama yang telah mendesain gaun secantik ini.Dijadikan ratu oleh mertua sendiri di hari bahagianya. Dara berpikir ini akan jadi pesta yang paling bahagia seumur hidupnya. Tidak pernah dibahagiakan dengan cara seperti ini pada waktu yang lalu. Namun khusus untuk hari ini dia merasa sangat bahagia sekali.Arvin menatap istrinya sangat bahagia sekali di hari yang indah ini. “Apa hutangku sudah lunas, sayang?”“
Arvin malah gugup malam harinya pasalnya besok malam adalah acara untuk pesta mereka. Menikah? Berkali-kali kamus di dalam hidupnya berusaha dibuka oleh Arvin untuk mencari itu. Namun tetap tidak ada. Akan tetapi setelah bertemu dengan Dara. Semua itu berbeda sekali dengan apa yang telah direncanakan oleh Arvin.Sewaktu ada di dalam kamar bersama sang istri. Wanita ini malah membaca novel yang ada di kamarnya Arvin. “Apa aku sedang diselingkuhi sama buku?”Dara menoleh ke arahnya. “Kenapa bilang begitu?”“Aku dari tadi ngomong sendirian.”Tapi wanita itu malah kembali fokus lagi terhadap bacaannya. Benar-benar mengabaikan apa yang sudah dikatakan oleh Arvin. Jujur saja kalau Dara terlihat malah makin dewasa setelah menikah. “Sayang, kapan ulang tahun?”Arvin tidur di paha istrinya lalu menyingkirkan buku itu karena tidak terima ditinggalkan oleh istrinya yang hanya fokus pada buku. “Kasih aku hadiah kalau aku ulang tahun.”Pria itu menaruh tangan istrinya di atas kepalanya sendiri. “Y
Dara baru saja keluar dari kamar, menghampiri mertuanya yang sudah ada di ruang tamu lantaran tadi suaminya meminta untuk bersiap-siap. Dan minuman juga sudah tersedia begitu Dara keluar. Dengan sopan dan ekspresi yang bahagia, Dara bersalaman pada Sabrina lalu diminta duduk di sebelah itu. “Maaf, Ma. Tadi abis mandi terus siap-siap.”“Ya sayang nggak apa-apa. Dua hari ke depan nginap di rumah, ya. Soalnya kan mau ada resepsi. Kalian juga nanti di sana istirahat yang baik. Biar kamu nggak usah beres-beres. Kamu juga harus siapkan tenaga, kalau tamu puluhan masih bisa Mama prediksi tenaga yang keluar. Tapi tamunya nggak sedikit. Di hari pertama saja sudah berapa? Kamu nggak bisa santai gitu aja.”Dara sudah bayangkan kalau dirinya pasti akan lelah sekali menghadapi tamunya, dia akan pamerkan gaun resepsi dari ibunya sendiri. Mertuanya sangat menghargai apa yang disiapkan oleh ibunya Dara bahkan dipakai di hari istimewa yaitu di hari pertama.Dara suka sekali dengan desain yang dibuat o
Dara baru saja keluar dari kamar mandi usai dibantai habis-habisan oleh Arvin di sofa saat dirinya sedang asyik menonton televisi tapi Arvin meminta jatahnya. Dara tidak bisa menolak, mencerminkan istri yang taat pada suami. Di mana pun Arvin mau selama tempat itu hanya ada mereka berdua.Memang menjadi pengantin baru rasanya sangat berbeda sekali dengan pacaran waktu itu. Dara merasakan semua tentang hubungan mereka berdua yang menghangat. Sikap Arvin yang juga berbeda saat mereka pacaran dan juga saat menikah.Dara keluar dengan mengeringkan rambutnya. Arvin mandi terlebih dahulu tadi dan kembali ke sofa. “Itu Tante baru abis mandi.”Dara mendekat. “Siapa?”“Xavier tanyain kamu, Siena juga. Katanya kenapa Tante nggak diajak ke rumah mereka.”Arvin memberikan ponsel itu untuk Dara melihat dua keponakannya yang langsung heboh melihat Dara. Arvin malah tertawa karena ulah Dara hari ini yang mencoba menghindarinya
Dara sudah bersiap dan berdandan dengan sangat cantik untuk pergi ke rumah orangtuanya atas keinginan Arvin. Pria itu ingin melihat gaun yang dijanjikan oleh Iriana. Sebentar lagi akan ada resepsi besar-besaran yang sudah dijanjikan oleh mertuanya. Meski tidak akan dihadiri oleh kakaknya Arvin.Kakinya melangkah keluar dari kamar usai diajak oleh suaminya pergi. Dara mengenakan celana berbahan katun dengan kaus berwarna navi dipakai oleh Dara hari ini untuk pergi ke rumah sang orangtua.Waktu itu Dara mengenakan tas yang juga diberikan oleh orangtuanya Arvin.Waktu sedang mengunci pintu kamar. Ponselnya Arvin berdering beberapa kali sampai diangkat oleh Arvin. “Lagi di rumah,” Dara mendengar pembicaraan suaminya entah dengan siapa itu. “Hah, udah di jalan? Oh oke.”Dara yang baru saja berdiri di depan suaminya. Ekspresi Arvin berubah. “Maaf, Dara. Teman-temanku ke sini. Kali ini cukup banyak. Kamu pergi sendiri nggak apa-apa?”“Kita pergi lain kali aja. Biar aku telepon, Mama.”“Nggak
Pernikahan yang dilangsungkan di kediaman Arvin sendiri. Tidak jadi dilaksanakan di rumah orangtuanya Arvin. Tamu juga sudah ramai sekali berdatangan. Acara dilangsungkan pagi hari atas permintaan kakeknya Arvin.Semua keluarga besar juga menyaksikan bagaimana proses pernikahan itu hingga selesai.Arvin duduk masih merasa tidak percaya kalau dia telah menjadi seorang suami. Pernikahan yang awalnya hanyalah sebuah angan-angan dari orangtuanya. Tapi justru ia sendiri yang meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan Dara.