Dara sudah cukup lelah sekali bekerja hari ini. Robi yang mengantarkan dia untuk pulang ke apartemen istirahat dan tidak diperbolehkan ke mana pun usai dia pergi ke Bandung dengan sepupunya.
Jadi pulang dari sana pria itu meminta dia untuk fokus istirahat saja dibandingkan harus mengurus kehidupan asmaranya. Gio juga menghubungi sedari mereka ada di Bandung, pria itu agak posesif dengan Robi. Padahal tidak ada hubungan apa pun yang harus dicemburui. Juga karena Gio memang tipikal yang ingin memiliki dengan sangat.
Tapi Dara tidak suka dengan pria semacam itu yang bisa membuat mentalnya tidak baik-baik saja.
Sudah sekian lama dia menjalin hubungan tapi jika ada alasan di mana Dara dengan Robi, pasti mereka berdua bertengkar.
Jadi, ini yang akan jadi suaminya?
Sungguh Dara juga sering sekali tertekan dengan pria semacam ini. Tapi dia mencintai Gio, kapan pun dia butuh, pria itu akan cepat datang kalau Dara butuh. Itu adalah kelebihannya Gio akan selalu ada setiap kali Dara membutuhkan sandaran saat dia dan Leta bertengkar. Apalagi ingat ucapan orangtuanya beberapa bulan lalu saat dia dikatakan jangan melangkahi Leta.
Oh sungguh, ini penyakit hati yang dia benci. Kenapa dia tidak bisa menikah kalau Leta belum menikah? Kakaknya juga tidak pernah mengenalkan pasangannya kepada siapa pun.
Sejujurnya dia juga tidak mengerti dengan kakaknya yang di mana banyak pria yang menyukainya, tapi tidak ada satu pun yang diberikan kesempatan oleh kakaknya.
Baru saja dia selesai mandi dan mengeringkan rambutnya, dia duduk di ruang tengah sembari menyalakan televisi menonton berita yang terjadi hari ini. Wanita itu tersenyum ketika mendapati pesan dari Gio. “Aku ke apartemen kamu, bawain kamu makanan.”
Memang belum sempat dia membeli makanan untuk dirinya sendiri karena lelah sekali perjalanan hari ini yang diminta untuk menemani Robi bertemu dengan salah satu kliennya.
Robi dan ayahnya memang bekerja sama dengan baik, jadi di mana pun Dara berada. Pasti itu juga atas permintaan ayahnya Robi.
Waktu dia mendengar suara pintunya diketuk. Dia segera beranjak dari tempat duduk dan membuka pintu untuk Gio.
Pria itu langsung mencium bibirnya. “Hey, ada apa sih?” tanya Dara mendorong tubuh pria itu dan mencium bau alkohol. “Sayang, sejak kapan kamu mabuk.”
“Kepalaku hanya pusing, Sayang.”
Tetap saja Dara mendorong pria ini. Sejak kapan juga pria ini jadi pemabuk yang membuat dirinya merasa risih. “Kamu kenapa mabuk?”
“Karena kamu jalan sama Robi. Aku nggak suka dia selalu ada di sisi kamu.”
Tapi tunggu sebentar. Mereka ini sudah pacaran berapa tahun? Kenapa baru sekarang dia lihat Gio seperti ini. “Aku ingin menginap malam ini.”
Tidak mungkin dia biarkan Gio menginap dalam keadaan sedang mabuk seperti ini. Dia bisa melakukan hal nekat nanti ketika Dara sedang tidur. Kamar tidur hanya ada satu di apartemennya. Yang sebelah lagi digunakan sebagai tempat olahraga khusus oleh Dara.
Wanita ini sepertinya harus tetap hati-hati lantaran Gio tidak bisa dia kendalikan. Pria itu meletakkan makanan di atas meja dan langsung berbaring di atas sofa.
Tatapan Dara langsung tertuju pada lehernya Gio.
“Gio, siapa yang lakukan ini?”
Pria itu langsung bangun dari tempat tidurnya barusan yang dia berbaring di sofa apartemennya Dara. Dia melihat kalau Dara terlihat sangat curiga dengannya. Gio mabuk lantaran dia merasa sangat bodoh, yang terjadi adalah—dia meniduri Leta.
Bajingannya dia menginginkan Dara untuk jadi istrinya. Tapi sudah melakukan itu dengan Leta dan merenggut kehormatan calon kakak iparnya sendiri.
Dia sangat mencintai dan mengagumi Dara dari segi apa pun. Menjaga cintanya untuk tetap utuh. Memikirkan andai saja dia bisa bercinta dengan Dara, apakah semua bayangan tentang Leta yang disentuhnya itu bisa hilang.
Pikiran rumitnya mulai terasa dengan jelas sekali. Gio merasa bersalah sekaligus dia ingin lakukan itu dengan Dara. “You betrayed me?”
Tatapan Gio tertuju pada Dara, siapa yang berkhianat? Kenapa pikiran itu lewat di pikirannya Dara. “Did you see me do it, Dara?”
“I guess I'm not right, Gio. Sorry.”
Gio mengangguk, lalu dia merangkul Dara dengan perlahan. Tapi Dara mencoba tetap pada kesadaran agar dia bisa tahan terhadap Gio yang menyengat sekali aroma alkoholnya. “You're not gonna upset?”
“Aku hanya berpikir kamu sedang ada masalah, jadi aku tidak ada alasan untuk marah padamu.”
Dara pengalah, dia hanya mencintai Gio. Berharap bahwa ini tidak akan berlanjut lagi kalau Gio mabuk seperti ini. “Aku tidak pernah minum alkohol sebelumnya. Tapi aku hanya berpikir aku ada masalah dengan diriku sendiri.”
“Aku mengerti. Aku ambilkan selimut untukmu. Kalau kamu mau bermalam di sini, silakan.”
Wanita itu pergi dari ruang tengah lalu mengambilkan selimut untuk Gio. Sekembalinya dari kamar dia telah melihat pria itu sudah terlelap. Sialnya lagi sekarang dia harus bagaimana. Apakah harus menghubungi Robi? Bagaimana kalau pria ini nekat menyetubuhinya? Mengingat kalau beberapa waktu lalu juga Gio selalu mengajaknya bercinta. Sementara Dara ingin menikah terlebih dahulu sebelum disentuh oleh Gio.
Harus bersabar menghadapi pria ini. Jadi, untuk esok paginya dia bisa meminta libur terlebih dahulu untuk istirahat karena pasti lelah sekali.
Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa di lehernya Gio ada bekas ciuman. Tidak mungkin itu bekas luka atau apa pun itu. Dia sedikit berpikir ucapannya Robi kalau dia sibuk bekerja. Lalu Gio bertingkah seperti ini. Sebenarnya tidak ada konflik antara mereka berdua. Tapi makin ke sini Dara semakin lelah jalin hubungan dengan pria posesif seperti Gio.
Ingin mengakhiri tapi waktu yang telah dihabiskan itu banyak sekali. Yang membuat dia menyayangkan adalah kenangan yang dihabiskan. Bukan tentang dia yang terus saja ingin mengakhiri.
Tentang bekas ciuman di leher?
Dara tidak pernah lakukan hal hina seperti itu menjatuhkan harga dirinya untuk seorang pria. Dia tidak pernah lakukan sama sekali untuk hal seperti itu. Sama sekali dia tidak akan pernah mau terlihat liar di depannya Gio.
Mungkin jika hanya berciuman itu sudah jadi hal biasa baginya. Tapi jika soal berhubungan badan, maka dia akan menolak keras soal itu. Tidak akan mungkin dia lakukan sebelum menikah. Akan merugikan diri sendiri. Tidak semua pria juga mau menerima wanita yang pernah tersentuh.
Meskipun banyak yang akan menerima apa adanya, tapi tidak banyak yang menerima lantaran kebodohan itu. Juga karena Dara masih ingin menjaga harga diri dan nama baik orangtuanya. Mau tidak mau dia harus menjaga diri sampai pernikahan itu tiba.
Dia masuk membawa makanan yang telah diberikan oleh Gio untuknya.
Keesokan harinya Dara memiliki janji dengan teman-temannya di salah satu kafe untuk berkumpul. “Tumben nggak sibuk? Btw, kamu nggak kencan nih?”
Dara mengaduk minumannya. “Nggak ah, nanti saja. Aku masih sibuk juga sebenarnya. Gio juga sibuk.”
“Ah itu ... Gio dekat sekali sepertinya dengan Leta. Sebagai calon ipar. Dia mendekati kakak kamu juga.”
Dara memicingkan matanya mendengar nama kakaknya disebut oleh Vina. “Ah mungkin kebetulan, dia memang ingin dekat dengan keluargaku semuanya. Biar nggak canggung nanti.”
“Cieee yang dilamar.”Robi menghampiri Dara yang saat itu sedang bertamu ke rumahnya. Gadis itu memegangi cincin yang diberikan oleh Gio kepadanya. Ekspresi Robi juga tidak bisa berbohong setelah lihat sepupunya akan menikah sebentar lagi. Mereka memang sudah lama sekali pacaran, sudah waktunya untuk mengikat hubungan itu bukan?Robi hanya bisa mendukung apa pun yang jadi keputusannya Dara setelah memilih Gio yang akan jadi suaminya. Hingga dia tidak bisa menolak lagi kalau yang akan jadi suaminya Dara ternyata pria yang sangat menyebalkan selama ini yang sudah berusaha membuat Dara mati rasa dengan pria lain.Banyak pria tampan dan kaya yang menginginkan Dara, tapi entah kenapa Gio yang selalu berhasil meluluhkan hatinya Dara apa pun yang terjadi. Hanya bisa mendukung tanpa mau menghakimi Gio itu seperti apa.Tatapan Dara tidak bisa dibohongi lagi, kalau dia sangat bahagia pulang dari kantor, dijemput oleh Gio untuk makan malam bersama. Lalu pulang ke rumah Robi dengan cincin berteng
Dara melotot sempurna mendengar kalau kakaknya menikah dengan Gio—kekasihnya Dara sendiri yang sudah dipacarinya lima tahun ini. Rasanya, dia mati kutu ketika pulang dari apartemennya. Dara tinggal di apartemen karena lebih dekat ke kampus dan juga ke kantor. Tapi begitu dia pulang, justru kabar buruk yang menyambutnya. Lalu apa yang bisa dia maklumi, ketika pulang dengan perasaan hancur saat melihat kakaknya dengan perut besar tanpa pemberitahuan apa pun untuk Dara mengenai kakaknya yang telah menikah dengan Gio.Hatinya juga hancur saat dia dan Gio yang selama ini baik-baik saja menyembunyikan bara api yang langsung menyentuh hatinya hingga melepuh. Gio duduk di dekat Leta—kakak perempuan satu-satunya yang Dara punya. Tapi tidak harus mengambil Gio yang sangat Dara cintai. Mereka telah menghabiskan waktu yang cukup lama juga untuk menjalin hubungan.Matanya panas, lidahnya kelu tidak bisa bertanya banyak hal. Orangtuanya hanya terdiam juga begitu Dara pulang. Dara yang selama ini be
Satu Minggu sudah Dara tidak masuk kerja lantaran sakit hati dengan ulah dari kakak juga kekasihnya. Yang Arga sayangkan adalah perilaku orangtuanya Dara yang tidak membela anak kedua mereka sama sekali. Dara dan Leta itu adalah darah daging mereka berdua. Ingat pertama kali Dara mengadu padanya saat itu, ketika Dara mengatakan kalau dia tidak akan kuliah lagi. Melanjutkan pendidikan itu penting. Tapi orangtuanya Dara tidak pernah setuju soal itu. Sampai Arga yang memberikan pekerjaan untuk keponakannya sambil kuliah.Tapi lihatlah sekarang ini keponakannya telah hancur oleh pengkhianatan satu keluarga ditambah lagi satu orang dari luar keluarga—yaitu Gio yang dari awal tidak pernah disetujui oleh Arga.Sewaktu dia hendak berangkat bekerja, dia mengambil tasnya di atas meja. “Ma, nanti kalau sudah selesai beres-beres meja makan. Mama ke kamar, ya! Ajak Dara ngobrol. Ngurung diri terus.”Istrinya juga sayang sekali pada Dara karena mereka tidak punya anak perempuan di keluarga ini. Han
Sialannya ketika Dara merasa asyik bernyanyi di sana ternyata Robi benar-benar membawa temannya ke tempat karaoke ini, kalau orang lain dia tidak akan keberatan. Tapi yang di sini malah Arvin—orang yang bekerjasama dengan Arga.Kalau dia bertingkah di sini sudah pasti akan membuat dirinya malu. Saat dia sedang berusaha untuk bernyanyi karena beberapa hari ini lagu Gayle yang berjudul abcdfu yang sudah sesuai dengan suasana hatinya, tidak akan pernah peduli lagi dengan kehidupan Gio juga kakaknya yang sialan itu sudah mengkhianatinya.Jujur saja kalau dia memang sakit hati dengan dua orang itu—ralat ada empat orang yang sudah mengkhianatinya. Tapi perilakunya Gio yang dia benci ketika sudah menikah namun masih menemui Dara waktu itu ke apartemen seperti tidak terjadi apa-apa. Nyatanya malah menyakiti hatinya Dara sampai hari ini dia benci dengan keadaan itu.Sampai sekarang dia tidak suka kalau ingat dengan kelakuan semua orang yang sudah menyakiti hatinya.“Kenapa diam? Nggak nyanyi l
“Kamu kapan nikah?”Baru saja Arvin menikmati makan malam di rumah keluarga besarnya. Tapi pertanyaan itu sudah mengganggu dia ketika menikmati makanan. Tidak seharusnya ada pertanyaan sialan itu ada di dalam acara ini bukan?Arvin bukan orang yang mudah jatuh cinta. Bahkan setelah dirinya patah hati, sumpahnya tidak akan pernah ia ingkari yaitu untuk tidak akan pernah menikah selamanya. Ini adalah janji yang paling utama sekali diucapkan oleh Arvin pada dirinya sendiri.Ia meletakkan sendok juga garpu. Khadafi bertanya hal yang sudah mengganggu pikirannya Arvin. “Aku nggak akan menikah, Pa.”Khadafi mendengar itu jelas dirinya sudah meradang. “Jangan kurang ajar kamu, ya.”“Papa kayak nggak tahu aja apa yang sudah pernah terjadi padaku. Harusnya Papa jadikan pelajaran kalau aku nggak bisa menikah karena alasan itu.”Namun tetap saja bagi Khadafi anaknya harus tetap menikah. Wanita mana yang ti
Usai rapat bisnisnya bersama dengan Robi di perusahaan pria itu. Tahu kalau Dara dan Robi adalah saudara sepupu, di dalam ruangan hanya ada Robi dan juga Arvin yang masih tersisa. Sementara Dara melenggang keluar dari ruangan dengan penampilan kasualnya juga dengan rok yang tidak terlalu pendek. Dia keluar dari ruangan itu sembari membawa berkas yang diminta oleh Robi.“Vin, serius sama, Dara?”Belum juga dia bicara apa pun kepada Robi tapi malah ditanya seperti itu. Memang sebelumnya yang merencanakan itu adalah orangtuanya. Akan tetapi tidak kecil kemungkinan kalau papanya ternyata yang sudah menceritakan ini kepada Arga juga kemudian diberitahukan kepada Arvin. “Kamu pasti tahu dari Papa kamu?”Robi memutar bolpoinnya di jarinya berkali-kali sembari dia tertawa dan mengetukkan bolpoin itu ke atas meja. “Ya kita ngobrolnya santai saja, Vin. Aku bukan nggak setuju kamu dekati Dara atau apa pun itu. Akan tetapi kalau Papa kamu cuman mau jodohin kamu lantaran kamu nggak ada pacar atau
“Vin, nanti kamu jadi kan kencan sama, Dara?” Khadafi menghampiri anaknya yang duduk santai di sofa dengan tabletnya yang sedang menggambar animasi.Arvin menolehkan kepalanya waktu dia sedang santai sendirian, tapi dihampiri oleh papanya yang ditanya perihal rencana kencan buta yang sudah direncanakan oleh Khadafi untuknya. Dara adalah pilihan papanya. Jangan lupakan mamanya yang juga berharap Arvin segera menikah.Apa indahnya menikah?Arvin berpikiran untuk tidak menikah.Kalau hanya menginginkan cucu, bisa membayar rahim seorang wanita yang bersedia saja. Meskipun tidak diperbolehkan. Tapi Arvin mau melakukan itu jika orangtuanya berharap ada cucu di rumah ini.Masih dengan posisinya yang santai dia menanggapi itu. “Ya kalau nanti nggak hujan.”“Mobil ada.”“Kalau Dara mau, Pa.”Khadafi memilih Dara sudah pasti karena kenal dengan Arga yang merupakan paman dari gadis itu. Dara
Arvin menuruti perintah dari papanya untuk berkencan dengan Dara. Semua itu sudah diatur oleh orangtuanya juga oleh Arga untuk menjodohkan mereka berdua. Apalagi Arvin diminta ke apartemen wanita itu sekarang.Dia telah bersiap-siap menuju ke sana karena sudah diminta oleh Dara sesuai perjanjian. Dengan mengendarai mobil sport putih miliknya yang dibelinya kurang dari satu bulan ini. Jelas dia harus menjemput wanita itu dengan kendaraan barunya.Arvin yang tiba di apartemen Dara, setelah memberitahukan bahwa dia sudah tiba. Dara memintanya untuk langsung naik karena Dara sudah memintakan izin untuknya. Tidak mudah untuk masuk ke apartemen ini ternyata.Pria itu sudah tiba di depan pintu kamar Dara setelah diantarkan oleh salah seorang sekuriti di sana. Dara membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Tapi malah baru saja dia masuk dilihatnya Dara belum mengenakan setelan yang rapi. Hanya baju santai di rumah dengan handuk yang masih terlilit di kepalanya.D
Tidak meleset yang dikatakan oleh Arvin mengenai acara malam ini. Beberapa karyawan meminta untuk foto bersama. Selesai itu akan langsung makan-makan dan salah seorang mengambil mikrofon setelah ada instrumen musik yang diputar.Pria itu berjoget di depan Arvin sampai Dara tertawa lepas bahkan Khadafi yang tertawa melihat kelakuan anak buahnya.Lagu dangdut sambil berjoget sampai Arvin malah tertawa melihat kelakuan orang yang menyanyikan lagu untuknya. Tidak sedikit juga yang datang untuk menyawer si pria sampai Arvin juga malah merasa lucu dengan pernikahannya.Arvin mau menyangkal kalau ini bukan konsep yang diinginkan, tapi inilah yang terjadi. Pernikahan dengan segala keseruan dari orang kantornya. Khadafi malah ikut mendekat dan ikut berjoget di sana. Jatuh sudah wibawa seorang bos besar yang malah berjoget di depan banyaknya karyawan yang lain sambil mengeluarkan uangnya dan berjoget di sana.“Papa malah ikutan juga,” kata Arvin yang terus tertawa melihat beberapa orang yang ma
Dara sudah mendengar keputusan dari Sabrina, bahwa ia positif tidak diperbolehkan bekerja oleh mertuanya. Meskipun keinginan itu sangat besar, tapi benar-benar diperlakukan seperti anak kandung. “Itu muka kenapa cemberut, sih?” Arvin menghampiri sembari mengunyah makanan.Dara menatap suaminya yang terus makan. “Kamu kenapa sih makan terus?”“Namanya juga lapar. Kamu datang bulan? Emosian amat sih,”Arvin menyindirnya dan pria itu duduk di sofa menaikkan sebelah kakinya. “Mama nggak bolehin aku kerja.”“Ya nggak masalah kalau nggak dibolehin.”Dara malah tidak dibela oleh suaminya. “Kamu setuju aku nggak kerja?”“Ya gimana, kalau Mama sudah bilang begitu aku nggak bisa komentar. Aku sudah pernah bilang kalau ada pilihan antara kamu sama Mama. Aku nggak bakalan pilih keduanya.”“Jadi, aku nggak boleh kerja?”Arvin masih mengunyah makanannya. “Emang Mama bilang apa sama kamu?” tanya Arvin masih santai menanggapi istrinya.Dara masih sedikit kesal lalu kemudian menjawab. “Mama bilang kal
Pagi-pagi Dara sudah bangun dan mendapati suaminya masih dalam keadaan tidur. Waktu dia melihat suaminya yang tertidur sangat lelap sekali di dekatnya, Dara mengusap pipi Arvin yang bahkan begadang semalam lantaran teman-temannya yang datang dan mengajak mengobrol sampai larut.“Ayo tidur, ngapain coba?” Arvin malah terbangun tapi malah Dara yang tersenyum karena suaminya.Arvin ikut bangun dari tidurnya. “Mas, bangun!”“Aku bangun nggak mau lepasin kamu ntar. Lanjut tidur aja.”Dara tidak mau tidur lagi tapi malah mengganggu suaminya, dia menarik hidung Arvin. Sampai pria itu benar-benar membuka matanya dan menarik Dara ke dalam pelukan. “Sayang, ayo tidur! Aku ngantuk lho.”Dara melepaskan pelukan dan mengambil ponselnya, sudah jam sebelas. “Mas ini jam sebelas lho.”“Masih pagi.”“Pagi apanya, kita yang tidurnya kelamaan. Itu juga gorden nggak dibuka ya kita mikirnya pagi.”“Tidur kenapa sih?”Dara tidak mau tapi Arvin malah terus memeluknya. “Jalan-jalan yuk!”“Eh nanti malam acar
Pengantin baru dengan gaun yang sangat indah di desain sendiri oleh Iriana yang dikhususkan untuk Dara. Tampak begitu cantik dengan balutan gaun indah serta make up yang sangat disukai oleh Dara.Apalagi ketika melihat penampilan Arvin mengenakan kemeja yang serasi dengannya. Pria itu sangat tampan, Dara tersenyum melihat suaminya yang juga sudah siap untuk keluar dari tempat make up mereka.Menikah, dulu pernah diinginkan dengan sangat oleh Dara. Begitu terwujud pun sekarang justru di luar nalarnya kalau ia akan jadi secantik ini di hari pernikahannya. Berterima kasih kepada sang mama yang telah mendesain gaun secantik ini.Dijadikan ratu oleh mertua sendiri di hari bahagianya. Dara berpikir ini akan jadi pesta yang paling bahagia seumur hidupnya. Tidak pernah dibahagiakan dengan cara seperti ini pada waktu yang lalu. Namun khusus untuk hari ini dia merasa sangat bahagia sekali.Arvin menatap istrinya sangat bahagia sekali di hari yang indah ini. “Apa hutangku sudah lunas, sayang?”“
Arvin malah gugup malam harinya pasalnya besok malam adalah acara untuk pesta mereka. Menikah? Berkali-kali kamus di dalam hidupnya berusaha dibuka oleh Arvin untuk mencari itu. Namun tetap tidak ada. Akan tetapi setelah bertemu dengan Dara. Semua itu berbeda sekali dengan apa yang telah direncanakan oleh Arvin.Sewaktu ada di dalam kamar bersama sang istri. Wanita ini malah membaca novel yang ada di kamarnya Arvin. “Apa aku sedang diselingkuhi sama buku?”Dara menoleh ke arahnya. “Kenapa bilang begitu?”“Aku dari tadi ngomong sendirian.”Tapi wanita itu malah kembali fokus lagi terhadap bacaannya. Benar-benar mengabaikan apa yang sudah dikatakan oleh Arvin. Jujur saja kalau Dara terlihat malah makin dewasa setelah menikah. “Sayang, kapan ulang tahun?”Arvin tidur di paha istrinya lalu menyingkirkan buku itu karena tidak terima ditinggalkan oleh istrinya yang hanya fokus pada buku. “Kasih aku hadiah kalau aku ulang tahun.”Pria itu menaruh tangan istrinya di atas kepalanya sendiri. “Y
Dara baru saja keluar dari kamar, menghampiri mertuanya yang sudah ada di ruang tamu lantaran tadi suaminya meminta untuk bersiap-siap. Dan minuman juga sudah tersedia begitu Dara keluar. Dengan sopan dan ekspresi yang bahagia, Dara bersalaman pada Sabrina lalu diminta duduk di sebelah itu. “Maaf, Ma. Tadi abis mandi terus siap-siap.”“Ya sayang nggak apa-apa. Dua hari ke depan nginap di rumah, ya. Soalnya kan mau ada resepsi. Kalian juga nanti di sana istirahat yang baik. Biar kamu nggak usah beres-beres. Kamu juga harus siapkan tenaga, kalau tamu puluhan masih bisa Mama prediksi tenaga yang keluar. Tapi tamunya nggak sedikit. Di hari pertama saja sudah berapa? Kamu nggak bisa santai gitu aja.”Dara sudah bayangkan kalau dirinya pasti akan lelah sekali menghadapi tamunya, dia akan pamerkan gaun resepsi dari ibunya sendiri. Mertuanya sangat menghargai apa yang disiapkan oleh ibunya Dara bahkan dipakai di hari istimewa yaitu di hari pertama.Dara suka sekali dengan desain yang dibuat o
Dara baru saja keluar dari kamar mandi usai dibantai habis-habisan oleh Arvin di sofa saat dirinya sedang asyik menonton televisi tapi Arvin meminta jatahnya. Dara tidak bisa menolak, mencerminkan istri yang taat pada suami. Di mana pun Arvin mau selama tempat itu hanya ada mereka berdua.Memang menjadi pengantin baru rasanya sangat berbeda sekali dengan pacaran waktu itu. Dara merasakan semua tentang hubungan mereka berdua yang menghangat. Sikap Arvin yang juga berbeda saat mereka pacaran dan juga saat menikah.Dara keluar dengan mengeringkan rambutnya. Arvin mandi terlebih dahulu tadi dan kembali ke sofa. “Itu Tante baru abis mandi.”Dara mendekat. “Siapa?”“Xavier tanyain kamu, Siena juga. Katanya kenapa Tante nggak diajak ke rumah mereka.”Arvin memberikan ponsel itu untuk Dara melihat dua keponakannya yang langsung heboh melihat Dara. Arvin malah tertawa karena ulah Dara hari ini yang mencoba menghindarinya
Dara sudah bersiap dan berdandan dengan sangat cantik untuk pergi ke rumah orangtuanya atas keinginan Arvin. Pria itu ingin melihat gaun yang dijanjikan oleh Iriana. Sebentar lagi akan ada resepsi besar-besaran yang sudah dijanjikan oleh mertuanya. Meski tidak akan dihadiri oleh kakaknya Arvin.Kakinya melangkah keluar dari kamar usai diajak oleh suaminya pergi. Dara mengenakan celana berbahan katun dengan kaus berwarna navi dipakai oleh Dara hari ini untuk pergi ke rumah sang orangtua.Waktu itu Dara mengenakan tas yang juga diberikan oleh orangtuanya Arvin.Waktu sedang mengunci pintu kamar. Ponselnya Arvin berdering beberapa kali sampai diangkat oleh Arvin. “Lagi di rumah,” Dara mendengar pembicaraan suaminya entah dengan siapa itu. “Hah, udah di jalan? Oh oke.”Dara yang baru saja berdiri di depan suaminya. Ekspresi Arvin berubah. “Maaf, Dara. Teman-temanku ke sini. Kali ini cukup banyak. Kamu pergi sendiri nggak apa-apa?”“Kita pergi lain kali aja. Biar aku telepon, Mama.”“Nggak
Pernikahan yang dilangsungkan di kediaman Arvin sendiri. Tidak jadi dilaksanakan di rumah orangtuanya Arvin. Tamu juga sudah ramai sekali berdatangan. Acara dilangsungkan pagi hari atas permintaan kakeknya Arvin.Semua keluarga besar juga menyaksikan bagaimana proses pernikahan itu hingga selesai.Arvin duduk masih merasa tidak percaya kalau dia telah menjadi seorang suami. Pernikahan yang awalnya hanyalah sebuah angan-angan dari orangtuanya. Tapi justru ia sendiri yang meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan Dara.