Share

14. Perkara Makanan

Penulis: Annisarz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kak Rasul, sih! Ini ‘kan tugas Zahra! Kenapa kak rasul yang kerjakan semuanya? Zahra tidak becus sekali jadi istri!” rengek Zahra.

“Hushh! Nggak boleh ngomong kaya gitu!” Rasul duduk di kursi meja makan lalu membawa Zahra pada pangkuannya.

Wanita itu pun duduk di pangkuan Rasul tanpa menolak. Ia masih saja berusaha mengeringkan air mata dan ingusnya yang menderu keluar tempat.

“Pekerjaan seperti bersih-bersih dan memasak itu pekerjaan semua orang, Zahra. Bukan hanya istri. Tetapi juga suami. Saya melakukan semua ini dengan hati yang bahagia dan ikhlas kok. Saya ‘kan juga mau istri saya senang dan merasa diringankan pekerjaannya. Jadi jangan malah menangis begini.”

“Kalau kamu sedih gini, tujuan saya melakukan semua ini sia-sia, dong?” ujar Rasul.

Zahra tak membalas. Wanita itu kini malah memeluk leher Rasul dan mendekap dirinya sendiri pada Rasul.

“Terima kasih ya, Kak! Kakak udah jadi suami yang sangat baik! Bantu Zahra biar bisa jadi istri yang baik untuk kak Rasul, ya!” ujar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   15. Menolak Pulang

    Mata Zahra melotot, ia langsung menoleh tajam ke arah rasul yang saat itu juga langsung menoleh ke arahnya. Zahra terang-terangan menunjukkan tatapan tajamnya sembari mengangkat dagunya. Sementara itu Rasul malah mengerutkan dahi sembari menggeleng. “Saya sedang di luar rumah bersama Zahra, Alimah. Apakah ada sesuatu yang sangat penting?” tanya Rasul lagi. “Zahra enggak mau pulang sekarang!!” Mulut wanita itu dengan lebar terbuka menuturkan apa yang ingin ia katakan dengan tanpa suara berharap sang suami memahaminya. “Ehm–” gumam Rasul sembari terus mendengarkan perkataan Alimah dari seberang dan sedikit mengabaikan Zahra yang terus menggeleng tidak mau pulang. “Baiklah, kalau begitu saya akan pulang setelah ini.” Keputusan Rasul barusan tentu saja mengundang amarah bagi Zahra. Wanita itu seketika melotot dan tak bergerak. Pandangannya seolah menatap Rasul kesal sementara tangannya telah terlepas dari genggaman sang suami. “Iya, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!” pekik

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   16. Drama Moody

    Zahra hanya tersenyum paksa pada keduanya lalu kembali masuk ke dalam dengan baki kosong yang ia pegang di tangannya. Wanita itu menghela napasnya panjang di dapur seolah baru saja menemui seorang pejabat tinggi hingga napas saja harus ia atur sedemikian rupa. Baru saja mengembalikan moodnya yang hilang entah ke mana, Zahra akhirnya memutuskan untuk membuat menu yang memang ia rencanakan tadi di swalayan. Namun ia teringat akan sesuatu. Dengan cepat ia mengecek kembali barang belanjaannya dan menyadari ada sesuatu yang kurang. Wajah Zahra langsung berubah muram. Mulutnya moncong, sementara matanya menatap ketus meja makan yang penuh dengan bahan belanjaannya itu. “Bagaimana bisa buat nugget roti kalau rotinya saja tidak ada!” pekik Zahra. Malas memikirkan menu apa yang bisa menggantikan menu sasarannya, terlebih emosinya yang masih naik turun karena dipaksa pulang membuatnya memilih untuk masuk ke kamar dan membuka laptopnya yang ia bawa dari rumah kedua orang tuanya. “Daripada

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   17. Sebaik-baik Cinta ialah Menikah

    Rasul tampak menyesal, pemuda itu bangkit dari posisi berbaring namun masih duduk di atas ranjang dan memandang wajah istrinya itu serius. “Maafkan saya, Zahra. Saya benar-benar tidak berniat menggampangkan kamu. Saya juga sangat ingin tetap berada di swalayan tadi, tapi ya begitulah seperti yang saya katakan,” ujar Rasul. “Ya! Zahra memang masih marah karena itu! Tapi yang bikin kesal lagi, karena itu, Zahra lupa mengambil roti! Sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa membuat Nugget roti tanpa ada roti? Zahra sudah malas juga keluar rumah lagi. Capek harus bolak-balik memasang sarung tangan lengan juga kaos kaki!” omel Zahra. “Ya sudah, kalu begitu Zahra maunya apa? Atau mau saya yang belikan sendiri di warung sebelah?” tanya Rasul melembutkan suaranya. “Nggak usah! Kita pesan makanan online saja! Zahra juga mau lanjutkan menonton dramanya! Kak Rasul selesaikan saja pekerjaan kakak!” sergah Zahra. Rasul meringis lalu menoleh ke laptop Zahra yang ia pindah ke atas nakas tadi. Ia m

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   18. Berbagi

    Zahra duduk di depan meja rias sembari mengarahkan pengering rambut itu ke rambutnya sendiri, sesekali mulutnya bersenandung riang sementara tangannya menyapu rambut hitamnya perlahan.Dari belakang, tampak pintu toilet perlahan terbuka. Zahra seketika melebarkan matanya. Ditariknya pengering rambut itu ke dekapannya dengan kedua tangan mencengkeram erat. Bibirnya menyatu satu sama lain sembari menelan salivanya. Senandungnya berhenti seketika.Rasul keluar dari toilet sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk berwarna biru tua. Pemuda itu sebentar berhenti di depan pintu toilet dan mengeringkan kakinya pada anyaman plastik karet bertulis ‘welcome’ itu.Rasul mendongak, tepatnya menatap kaca cermin. Mata Zahra langsung beralih dan berusaha kembali natural dengan mengeringkan rambutnya sendiri.Pemuda itu berjalan santai ke dekat Zahra. Di tariknya sebuah kursi untuk dirinya bersanding di sebelah Zahra. Semerbak aroma wangi mengisi ruang hidung Zahra. Entah apa yang berbeda, tetapi

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   19. Raja Ratu Gombal

    “Diajarin kak Rasul, sih!” sahut Zahra sembari membuka lemari es. “Ngaku aja kalau sudah dari sananya kamu jago menggombal. Bilang saja awalnya masih malu-malu, padahal sebenernya udah kebelet ngegombal dari hari akad. Iya ‘kan?” terang Rasul sembari bersandar pada dinding di dekat kulkas. “Mm, benar juga!” kekeh Zahra disambung kekehan Rasul. Zahra kini beralih ke meja bar dapur dan mulai mengupas bawang serta memotong beberapa sayuran yang ia ambil dari lemari pendingin tadi. “Mau buat apa? Perlu saya bantu apa?” tanya Rasul sembari menyangga dagu di meja bar itu memandang Zahra juga sayuran di sana. “Enggak usah, deh! Kali ini spesial buat kak Rasul. Tadi pagi ‘kan kak Rasul sudah buatkan sup, sekarang ganti deh Zahra yang buatkan untuk kak Rasul! Nasi goreng! Hehe,” kekeh Zahra. Rasul tampak mengangguk setuju. Pemuda itu lanjut mengambil gelas dari rak dan menuangkan air minum dari dispenser. “Minum dulu, salah tingkah bikin gagal fokus soalnya!” pekik Rasul. Zahra mengerut

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   20. Hadiah Suami Baik

    Rasul mengerutkan dahinya, ia berusaha mencerna apa yang Zahra katakan. Jelas saja ia bingung, baru pagi tadi ia menggunakan kompornya dan semua baik-baik saja. Namun sekarang? “Rusak bagaimana? Pagi tadi saya pakai masih bisa kok,” sahut Rasul. “Zahra juga nggak tahu, Kak! Coba deh kak Rasul cek! Masalahnya apinya nggak mau keluar! Zahra udah coba sepuluh kali! Kalau kak Rasul nggak percaya coba aja!” ujar Zahra. Rasul bangkit dari sofa lalu berjalan ke arah dapur diikuti Zahra di belakangnya. Pemuda itu kini mengamati sebentar kompornya, semua tampak normal bahkan gas pun terpasang dengan baik. Pemuda itu tampak sedikit menunduk demi mendapatkan posisi yang nyaman untuk menyalakan kompor itu. Dipegang tuas kecil untuk menyalakan benda itu. Tak ada tarikan gas, semuanya terasa anyep begitu saja. Pundak Rasul langsung mengendur lalu menoleh dan menatap Zahra dengan tatapan datar. “Zahra Sayang, kamu memang suka bikin saya kaget?” ujar Rasul. “Iya ‘kan? Nggak bisa ‘kan! Zahra ba

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   1. Mempelai yang Hilang

    “Astaga, Zahra ini larinya cepat banget! Pergi kemana sih dia di mall sebesar ini?!”Seorang pemuda dengan jas pernikahan lengkap dengan sepucuk bunga di sakunya tampak kebingungan mencari keberadaan seorang wanita yang baru saja sah menjadi istrinya beberapa menit yang lalu.“Kenapa telepon saya juga tidak diangkat? Kebiasaannya sejak dulu tidak pernah berubah! Selalu menghilang sesukanya sendiri. Kamu kemana sih Zahra?!” keluh pemuda itu sembari terus berusaha menghubungi sang istri.“Bagaimana bisa dia kabur dari acara pernikahannya sendiri bahkan sebelum acara selesai? Entah saya harus mencarinya ke mana di mall sebesar ini! Sepertinya kemarin dia yang sangat bahagia menunggu hari ini tiba, tetapi sekarang menghilang seolah tertelan bumi!” cibir Rasul—pemuda dengan tatapan teduh, tinggi semampai, senyum yang manis dengan tambahan tahi lalat kecil di wajahnya dan rambut rapi tertutup kopiah hitam.Rasul akhirnya memutuskan untuk memanggil istrinya melalui meja informasi yang ada di

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   2. Take Me Out, Rasul!

    “Kak Rasul! Turunin Zahra sekarang!!” teriak Zahra sembari terus memukul punggung Rasul yang membawanya keluar dari tempat acara itu.Rasul menurunkan Zahra dengan perlahan lalu mencengkeram pergelangan tangan kanan Zahra dan sedikit membungkuk untuk menatap istrinya yang lebih pendek darinya itu.“Kak Rasul sengaja ikut acara itu untuk tebar pesona dengan semua wanita cantik di sana, hah?! Baru saja dua jam yang lalu Kak Rasul mengucapkan akad, sudah mau mengucap akad lagi, hm?!” cecar Zahra dengan mata melotot yang nyaris keluar dari tempatnya.“Lalu kenapa kamu ada di belakang podium, Zahra? Hendak mencari pria yang akan menyebut namamu dalam akad lagi?” sindir Rasul.“Jangan memutar balikkan fakta, Kak! Zahra ada di sana karena Kak Rasul mengejar Zahra sampai ke sini!” omel Zahra sembari mengalihkan pandangannya dan berusaha melepaskan cengkeraman tangan Rasul yang tampak kuat menguncinya.Rasul dengan cepat melepas cengkeraman tangannya namun beralih pada pinggang Zahra dan mendo

Bab terbaru

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   20. Hadiah Suami Baik

    Rasul mengerutkan dahinya, ia berusaha mencerna apa yang Zahra katakan. Jelas saja ia bingung, baru pagi tadi ia menggunakan kompornya dan semua baik-baik saja. Namun sekarang? “Rusak bagaimana? Pagi tadi saya pakai masih bisa kok,” sahut Rasul. “Zahra juga nggak tahu, Kak! Coba deh kak Rasul cek! Masalahnya apinya nggak mau keluar! Zahra udah coba sepuluh kali! Kalau kak Rasul nggak percaya coba aja!” ujar Zahra. Rasul bangkit dari sofa lalu berjalan ke arah dapur diikuti Zahra di belakangnya. Pemuda itu kini mengamati sebentar kompornya, semua tampak normal bahkan gas pun terpasang dengan baik. Pemuda itu tampak sedikit menunduk demi mendapatkan posisi yang nyaman untuk menyalakan kompor itu. Dipegang tuas kecil untuk menyalakan benda itu. Tak ada tarikan gas, semuanya terasa anyep begitu saja. Pundak Rasul langsung mengendur lalu menoleh dan menatap Zahra dengan tatapan datar. “Zahra Sayang, kamu memang suka bikin saya kaget?” ujar Rasul. “Iya ‘kan? Nggak bisa ‘kan! Zahra ba

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   19. Raja Ratu Gombal

    “Diajarin kak Rasul, sih!” sahut Zahra sembari membuka lemari es. “Ngaku aja kalau sudah dari sananya kamu jago menggombal. Bilang saja awalnya masih malu-malu, padahal sebenernya udah kebelet ngegombal dari hari akad. Iya ‘kan?” terang Rasul sembari bersandar pada dinding di dekat kulkas. “Mm, benar juga!” kekeh Zahra disambung kekehan Rasul. Zahra kini beralih ke meja bar dapur dan mulai mengupas bawang serta memotong beberapa sayuran yang ia ambil dari lemari pendingin tadi. “Mau buat apa? Perlu saya bantu apa?” tanya Rasul sembari menyangga dagu di meja bar itu memandang Zahra juga sayuran di sana. “Enggak usah, deh! Kali ini spesial buat kak Rasul. Tadi pagi ‘kan kak Rasul sudah buatkan sup, sekarang ganti deh Zahra yang buatkan untuk kak Rasul! Nasi goreng! Hehe,” kekeh Zahra. Rasul tampak mengangguk setuju. Pemuda itu lanjut mengambil gelas dari rak dan menuangkan air minum dari dispenser. “Minum dulu, salah tingkah bikin gagal fokus soalnya!” pekik Rasul. Zahra mengerut

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   18. Berbagi

    Zahra duduk di depan meja rias sembari mengarahkan pengering rambut itu ke rambutnya sendiri, sesekali mulutnya bersenandung riang sementara tangannya menyapu rambut hitamnya perlahan.Dari belakang, tampak pintu toilet perlahan terbuka. Zahra seketika melebarkan matanya. Ditariknya pengering rambut itu ke dekapannya dengan kedua tangan mencengkeram erat. Bibirnya menyatu satu sama lain sembari menelan salivanya. Senandungnya berhenti seketika.Rasul keluar dari toilet sembari mengusap-usap rambutnya dengan handuk berwarna biru tua. Pemuda itu sebentar berhenti di depan pintu toilet dan mengeringkan kakinya pada anyaman plastik karet bertulis ‘welcome’ itu.Rasul mendongak, tepatnya menatap kaca cermin. Mata Zahra langsung beralih dan berusaha kembali natural dengan mengeringkan rambutnya sendiri.Pemuda itu berjalan santai ke dekat Zahra. Di tariknya sebuah kursi untuk dirinya bersanding di sebelah Zahra. Semerbak aroma wangi mengisi ruang hidung Zahra. Entah apa yang berbeda, tetapi

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   17. Sebaik-baik Cinta ialah Menikah

    Rasul tampak menyesal, pemuda itu bangkit dari posisi berbaring namun masih duduk di atas ranjang dan memandang wajah istrinya itu serius. “Maafkan saya, Zahra. Saya benar-benar tidak berniat menggampangkan kamu. Saya juga sangat ingin tetap berada di swalayan tadi, tapi ya begitulah seperti yang saya katakan,” ujar Rasul. “Ya! Zahra memang masih marah karena itu! Tapi yang bikin kesal lagi, karena itu, Zahra lupa mengambil roti! Sekarang pertanyaannya, bagaimana bisa membuat Nugget roti tanpa ada roti? Zahra sudah malas juga keluar rumah lagi. Capek harus bolak-balik memasang sarung tangan lengan juga kaos kaki!” omel Zahra. “Ya sudah, kalu begitu Zahra maunya apa? Atau mau saya yang belikan sendiri di warung sebelah?” tanya Rasul melembutkan suaranya. “Nggak usah! Kita pesan makanan online saja! Zahra juga mau lanjutkan menonton dramanya! Kak Rasul selesaikan saja pekerjaan kakak!” sergah Zahra. Rasul meringis lalu menoleh ke laptop Zahra yang ia pindah ke atas nakas tadi. Ia m

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   16. Drama Moody

    Zahra hanya tersenyum paksa pada keduanya lalu kembali masuk ke dalam dengan baki kosong yang ia pegang di tangannya. Wanita itu menghela napasnya panjang di dapur seolah baru saja menemui seorang pejabat tinggi hingga napas saja harus ia atur sedemikian rupa. Baru saja mengembalikan moodnya yang hilang entah ke mana, Zahra akhirnya memutuskan untuk membuat menu yang memang ia rencanakan tadi di swalayan. Namun ia teringat akan sesuatu. Dengan cepat ia mengecek kembali barang belanjaannya dan menyadari ada sesuatu yang kurang. Wajah Zahra langsung berubah muram. Mulutnya moncong, sementara matanya menatap ketus meja makan yang penuh dengan bahan belanjaannya itu. “Bagaimana bisa buat nugget roti kalau rotinya saja tidak ada!” pekik Zahra. Malas memikirkan menu apa yang bisa menggantikan menu sasarannya, terlebih emosinya yang masih naik turun karena dipaksa pulang membuatnya memilih untuk masuk ke kamar dan membuka laptopnya yang ia bawa dari rumah kedua orang tuanya. “Daripada

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   15. Menolak Pulang

    Mata Zahra melotot, ia langsung menoleh tajam ke arah rasul yang saat itu juga langsung menoleh ke arahnya. Zahra terang-terangan menunjukkan tatapan tajamnya sembari mengangkat dagunya. Sementara itu Rasul malah mengerutkan dahi sembari menggeleng. “Saya sedang di luar rumah bersama Zahra, Alimah. Apakah ada sesuatu yang sangat penting?” tanya Rasul lagi. “Zahra enggak mau pulang sekarang!!” Mulut wanita itu dengan lebar terbuka menuturkan apa yang ingin ia katakan dengan tanpa suara berharap sang suami memahaminya. “Ehm–” gumam Rasul sembari terus mendengarkan perkataan Alimah dari seberang dan sedikit mengabaikan Zahra yang terus menggeleng tidak mau pulang. “Baiklah, kalau begitu saya akan pulang setelah ini.” Keputusan Rasul barusan tentu saja mengundang amarah bagi Zahra. Wanita itu seketika melotot dan tak bergerak. Pandangannya seolah menatap Rasul kesal sementara tangannya telah terlepas dari genggaman sang suami. “Iya, waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!” pekik

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   14. Perkara Makanan

    “Kak Rasul, sih! Ini ‘kan tugas Zahra! Kenapa kak rasul yang kerjakan semuanya? Zahra tidak becus sekali jadi istri!” rengek Zahra. “Hushh! Nggak boleh ngomong kaya gitu!” Rasul duduk di kursi meja makan lalu membawa Zahra pada pangkuannya. Wanita itu pun duduk di pangkuan Rasul tanpa menolak. Ia masih saja berusaha mengeringkan air mata dan ingusnya yang menderu keluar tempat. “Pekerjaan seperti bersih-bersih dan memasak itu pekerjaan semua orang, Zahra. Bukan hanya istri. Tetapi juga suami. Saya melakukan semua ini dengan hati yang bahagia dan ikhlas kok. Saya ‘kan juga mau istri saya senang dan merasa diringankan pekerjaannya. Jadi jangan malah menangis begini.” “Kalau kamu sedih gini, tujuan saya melakukan semua ini sia-sia, dong?” ujar Rasul. Zahra tak membalas. Wanita itu kini malah memeluk leher Rasul dan mendekap dirinya sendiri pada Rasul. “Terima kasih ya, Kak! Kakak udah jadi suami yang sangat baik! Bantu Zahra biar bisa jadi istri yang baik untuk kak Rasul, ya!” ujar

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   13. Malaikat Tanpa Sayap

    Setelah melewati banyak bujuk rayu, akhirnya sepasang suami istri baru itu kini telah berada di atas sajadah dan telah menuntaskan sholat malam mereka. Ritual yang sama seperti membaca doa, bersalaman lengkap dengan cium tangan dan kening pun dilakukan. Zahra tampak mendongakkan kepalanya memandang Rasul seperti seorang anak kecil yang tengah merengek minta dibelikan es krim. “Kenapa? Tiba-tiba pasang muka seperti itu?” tanya Rasul sembari mencolek hidung minimalis milik Zahra. “Ehm, seingat Zahra, semalam kita ada di depan televisi. Kok bisa sampai di kamar? Kak Rasul gendong Zahra?” tanya Zahra sembari malu-malu. “Enggak, saya enggak gendong kamu kok! Tapi saya sulap! Cling! Langsung deh kamu pindah ke ranjang. Keren ‘kan saya?” kekeh Rasul diikuti kekehan milik Zahra. “Bohong! Pasti digendong! Memang Zahra tidak berat?” Rasul menggeleng sembari menjentikkan jarinya sebagai kode mudah atas pertanyaan yang Zahra ajukan. Wanita itu tampak mengangguk sembari berdeham. “Kalau beg

  • Kenal Singkat, Nikah Kilat, Penuh Keributan   12. Malam Berdua

    Rasul tampak terdiam, tangan kekar miliknya perlahan memegang rambut Zahra dan mengelusnya perlahan. Senyumnya diam-diam merekah saat melihat wanita asing yang telah menjadi bagian pahalanya itu tertidur dengan cantik. Malam yang semakin dingin, jendela yang rupanya belum tertutup sempurna semakin meyakinkan Rasul untuk memindahkan tubuh sang istri agar tak terkena angin malam atau sejenisnya. “Sebentar saja ya, Sayang. Kamu lanjutkan tidurnya di kamar saja,” bisik Rasul pelan lalu menggeser tubuh Zahra yang tengah memeluknya itu. Sambil mengucapkan basmalah, akhirnya pemuda itu bisa membawa Zahra ke dalam kamar dan perlahan meletakkan wanita itu ke atas ranjang. Sembari memastikan posisi tidur yang Zahra dapatkan benar dan nyaman, Rasul menarik selimut tebal yang ada di bawah kaki wanita itu dan menutup hingga nyaris seluruh tubuhnya. “Selamat tidur, Zahra!” bisiknya lagi lalu mengecup kening sang istri. Pukul tiga pagi, alarm yang memang sengaja dipasang setiap harinya berdent

DMCA.com Protection Status