Home / Romansa / Kemelut Cinta Clara / Pertanyaan Lira

Share

Pertanyaan Lira

Author: Afizah Asfara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku sudah ingin istirahat mbak, nanti malam saja minum obatnya ya," ucap Clara.

"Apakah kamu ingin merasakan sakit terus? Sekarang makanlah dulu. Setelah itu obatnya diminum biar cepat sembuh." Sang kakak kembali memperingatkan Clara. Bahkan ia menggandeng tangan sang adik untuk diajak ke ruang makan.

"Aku ingin tidur mbak. Bukan mau makan." Clara berkata dengan wajah pucat dan mata menyipit. Lira bergegas ke dapur untuk mengambilkan roti bakar dan teh hangat juga segelas air putih.

"Kalau begitu makanlah roti ini!" 

Clara membuka matanya yang sudah mengantuk berat. Sang kakak sangat menyarankan untuk segera makan yang mau ditelan walau sekedar roti saja. Dan yang penting obatnya bisa masuk ke tubuh, untuk proses pengeringan dan penyembuhan luka. 

Awalnya Clara sempat menolak berulang kali, sang kakak terus membujuk hingga akhirnya Clara menerima tawaran untuk sekedar makan roti dan minum obat.

Biar bagaimana juga rasa sakit harus dilawan dengan minum penawar dan penyembuhnya. Semua itu untuk usaha dalam rangka menyamankan diri. Jika tidak sakit akan terasa lega dalam setiap beraktifitas.

"Dari tadi belum ganti baju juga?" tanya sang kakak.

"Nanti sekalian saja mbak." Sambil memasukkan sesobek demi sesobek roti Clara menjawab peetanyaan sang kakak. Lira, kakaknya itu mencoba bertanya lagi dengan kalimat yang hampir sama dengan ditambahi kenapa? Clara hanya diam tak menjawab.

"Setelah habis rotinya, jangan lupa untuk minum obat! Setelah itu aku bantu untuk ganti baju." Sang kakak berkata sambil melirik ke arah luka-lukanya Clara.

Dua perban pada siku -sikunya. Juga pada kedua lututnya. Masih ditambah luka dijempol kakinya yang usai diambil kukunya dari pada menganggu aktifitasnya.

Kuku pada jempol kakinya yang sudah njengat atau lepas sebagian. Jika tidak dilepas semuanya akan kesakitan saat memotong sebagian kuku itu. Dan pastinya jika menyenggol orang atau benda akan sangat sakit sekali. Dan lebih baik dilepas semuanya, agar tumbuh kuku yang baru.

"Sudah selesaikan minum obatnya? Sekarang ganti baju ya!"  sang kakak berkata seperti memerintah anak usia dibawah tujuh tahun.

"Nanti sajalah mbak, habis mandi sekalian."

"Kamu saat ini pakai seragam Clara, jika sampai rumah sudah sepantasnya ganti baju dulu biar  tidak terlalu kusut dan tidak banyak keringat yang menempel," sang menasehati seperti menasehati anak usia tujuh tahun ke bawah juga.

Clara terdiam, saat ini ia merasa diperlakukan layaknya anak kecil oleh sang kakak. Tapi memang dirinya belum bisa banyak gerak saat ini. Untuk berganti baju agak susah harus ada yang menolong. Dan sang kakak mengerti hal itu. Lira sudah menyadari saat ia memandang luka di tubuh Clara.

"Adikku ini akan kesulitan untuk sekedar berganti baju atau bahkan saat mandi dan sebagainya. Ia perlu banyak istirahat dalam waktu tiga hari atau lebih agar lukanya cepat kering dan sembuh. Supaya bisa melakukan aktifitas kembali dengan nyaman. Dan selama itu juga mungkin perlu pertolongan untuk aktifitas hariannya," gumam Lira dalam hati.

"Apa ini adikku? Mengapa bagian sekitar tengkuk banyak merah-merahnya?" tanya sang kakak saat menolong Clara untuk ganti baju seragamnya.

Dengan sangat penasaran dan mulai muncul kecurigaan serta berpikir mengapa bisa banyak tanda merah seperti itu? Bekas kerokan atau garukankah? Atau luka tambahan? Atau sesuatu telah dilakukan?.

Pikiran Lira kini tertuju kepada Roy. Juga saat bibi belum datang, tentu hanya ada Roy dan Clara. Hanya mereka berdua, baik-baik sajakah? Atau ada sesuatu yang mereka berdua lakukan hingga meninggalkan jejak seperti ini? Tapi Clara sedang terluka, apakah mungkin terjadi sesuatu yang diluar didikan dirinya juga kedua orang tua?.

Berbagai pertanyaan melintas dibenaknya. Biar bagaimana juga sang kakak ingin adiknya terjerumus ke dalam pergaulan yang terlalu bebas. Ia ingin Clara mematuhi saranya agar menjaga diri dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Menjaga kesucian dan kehormatan harus diutamakan. 

Jika saat ini Clara sedang banyak luka ditubuhnya, tentu sulit baginya untuk berbuat yang tidak semestinya. Apalagi masih seorang pelajar, dan juga sering dinasehati mama dan papanya untuk menjaga diri.

Tetapi tadi sebelum banyak orang hanya ada adiknya dan Roy berdua saja. Jika dua insan yang berbeda jenis berduaan saja biasanya akan ada godaan untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar berteman.

Rasa cemas dan khawatir menghiasi hati Lira. Satu sisi Lira berpikir jika adiknya sakit bahkan untuk berganti baju saja susah, apalagi berbuat yang tidak-tidak.

Di sisi lain ia penuh pertanyaan, mengapa ada tanda merah seperti bekas gigitan. Sambil memakaikan baju daster lengan pendek bermotif bunga warna kuning, Lira masih bertanya dalam hati.

***

"Kalian tadi sebelum aku pulang, hanya berdua sajakah?" sang kakak bertanya, membuat Clara diam sambil mengingat apa yang tadi terjadi.

"Iyalah kak, Roy tadi yang menolongku. Dia mengantar ke klinik juga membantu pembayaranya dan menemani sebelum bibi, para tetangga dan kakak datang. Bahkan Roy membuatkan teh manis hangat untukku," Clara menanggapi ucapan kakaknya.

'Maaf, aku ingin menanyakan sesuatu. Ehmm, begini..kalian saat berdua saja tidak ngapa-ngapain kan?" tanya sang kakak.

"Ya ampun. Jadi mbak curiga kami berbuat sesuatu? Aku lagi sakit kak, mana mungkin berbuat yang aneh-aneh. Banyak luka ditubuhku, mana mungkin Roy bernafsu?" Clara mencoba memberi alasan.

"Lalu mengapa ada merah-merah ini?" tanya sang kakak lagi.

"Oh, itu. Mungkin saja tadi ada luka tambahan yang tidak aku ketahui. Eh, bukan.tetapi tadi gatal dan aku minta tolong Roy untuk mengarukkan. Begitu kencangnya dia menggaruk, hingga kukunya melukai kulitku. Jadilah merah-merah," Clara mencoba berdalih lagi.

"Oh, ya sudah. Tidak perlu dibahas lagi. Aku percaya kamu menuruti saranku selama ini." Lira mencoba memahami dan mempercayai ucapan sang adik. Meski tidak seratus persen percayanya. 

"Mbak, aku sangat mengantuk dan ingin tidur segera nih," ucap Clara sambil menguap.

"Istirahatlah sana! Tidur yang lelap agar obat bisa meresap dengan baik dan proses penyembuhan berjalan dengan cepat." Lira berkata sambil menggandeng Clara menuju kamar sang adik. Ditungguinya Clara hingga terpejam saat sudah berbaring di tempat tidurnya.

Sepuluh menit Lira berada di kamar sang adik. Sesekali ia mengelus kepala dan menepuk-nepuk punggung adiknya ini seperti mamanya memperlakukan sang adik saat masih balita ketika hendak tidur.

Waktu balita Clara baru bisa tidur lelap jika dielus kepalanya dan ditepuk-tepuk punggungnya dengan halus. Tidak seenaknya apalagi sampai kasar.

Cara sang kakak ini, mengingatkannya saat masih balita dulu. Sang mama telaten atau rajin menungguinya saat belum tidur hingga terlelap dan melakukan seperti yang Lira kerjakan saat ini.

Dulu mamanya belum ada tugas ke luar kota. Masih sering di rumah sehingga bisa membersamainya dan juga Lira kakaknya.

Meski merasa diperlalukan seperti anak kecil, Clara tetap senang bisa mendapat perhatian dari kakaknya. Lira seharusnya hari ini pulang sehabis ashar atau sekitar jam lima sore.

Namun karena mendengar Clara sang adik terluka, ia diminta oleh mamanya untuk ijin pulang lebih awal agar bisa menolong Clara melakukan aktifitasnya hari ini. Dan Lira mematuhi perintah sang mama. Beruntung pimpinanya orang baik, bijaksana dan pengertian. 

Tentu Lira yang sudah hampir tiga tahun bekerja di sana mendapat ijin untuk pulang lebih awal. Bahkan pimpinan tempatnya bekerja memberikan sekedar uang untuk saku Clara dan berdoa agar adiknya cepat sembuh. Bahkan Lira sempat ijin jika adiknya sakit dan memerlukan banyak pertolongan, ia akan ijin esok harinya dan hal ini dibolehkan.

Sesaat setelah Clara terlelap, Lira keluar dari ruangan dengan luas tiga dikalikan tiga meter berhiaskan wallpaper motif bunga warna merah jambu ini. Pintu segera ditutup setelah pendingin ruangan dinyalakan. 

Segera Lira ke dapur untuk membuatkan bubur kacang hijau dan ketan hitam tak lupa mutiara sagunya. Kakanya Clara sangat tahu jika sang adik sedang sakit dari dulu biasanya hanya akan makan roti atau bubur saja. Ia tidak selera makan nasi apalagi yang lainya.

Sementara untuk minum obat, harus makan dulu. Jika hanya roti saja, takutnya akan berpengaruh pada lambung dan organ pencernaan lain yang tidak terisi. Juga dikhawatirkan akan lemas nantinya. Jika asupan makanan cukup diharapkan akan membantu kesembuhan luka-lukanya. 

Untuk masak kacang hijau dan ketan hitam ini dibutuhkan waktu yang lumayan lama. Sambil menunggu, Lira membersihkan ruangan seluruh rumah dengan menyapunya. Dimulai dari halaman, sambil sesekali menengok ke dapur. Melihat kacang hijau dan ketan hitam yang sedang direbus secara terpisah dengan air yang lumayan banyak itu.

Untuk kacang hijau ini, beberapa saat setelah mendidih dan kacang mulai mekar, akan berpisah dengan kulitnya. Kulit hijau ini dibuang dengan diambili sedikit demi sedikit saat mengambang di dalam panci. Butuh kesabaran memang jika mrmasak bubur kacang hijau dan ketan hitam ini.

Berbeda dengan bubur sum-sum yang tidak membutuhkan waktu lama saat memasaknya. Sebenarnya Lira ingin membuat bubur ini saja tetapi Clara tidak begitu suka.

Pernah dulu waktu masih SMP, Clara sakit demam beberapa hari. Nafsu makanya menurun drastis. Berulang kali dibuatkan bubur sum-sum yang cepat proses pembuatanya, namun Clara tidak mau.

Hingga sang kakak mencoba membuatkan bubur kacang hijau, ketan hitam dan mutiara. Barulah Clara bersedia memakannya. Lira juga membuatkan sari kacang hijau, sang adik sangat menyukainya. Dan sejak ia mau makan, minum obatnya jadi rutin sehingga sembuh dan bisa sekolah lagi.

Sejak saat itu sang kakak sering membuatkan bubur campur tiga macam ini. Pernah mencoba satu macam saja diantara ketiga itu. Lira dan kedua orang tuanya suka. Tetapi Clara tidak mau, akhirnya sang kakak ini selalu membuat tiga macam bubur ini jika ingin memberikanya pada sang adik.

Senja menyapa, Lira sudah selesai bersih-bersih rumah. Bubur sudah siap di meja makan. Menu lain serta beberapa buah juga terhidang di sana. Tubuh Lira juga sudah rapih dan wangi. Jemuran sudah diangkati, piring dan alat masak sudah kinclong dan tertata rapih. Namun Clara sang adik belum juga bangun dari tidurnya.

**Lanjut bacanya ya reader**

Related chapters

  • Kemelut Cinta Clara   Belum mau makan

    "Clara, sudah sore. Bangunlah bersih diri segera!" Lira, sang kakak mendekati adiknya di kamar bernuansa merah muda ini. Ia membangunkan sang adik. "Nanti saja kak, aku masih mengantuk," Clara berucap sambil menggeliatkan tubuhnya, kemudian memejamkan matanya kembali. "Sejak kapan kamu jadi malasan begini, bangunlah kita makan dulu! Itu kakak sudah buatkan bubur kesukaanmu!" Lira sedikit memaksakan agar adiknya mau membuka mata. "Uuuhhh, baiklah." Clara meregangkan kedua tangannya. Sesekali ia menguap. Dipandanginya jam dinding di kamar yang ia gunakan untuk istirahat sehari-hari. Jarum panjangnya berada diangka tiga dan pendeknya diangka lima. Lima belas menit telah berlalu dari pukul lima sore.Dengan sedikit malas Clara turun dari ranjang dan membiarkan kasurnya berantakan. Segera menuju ke ruang wastafel, mencuci muka dengan sabun wajah merek terkenal. Clara sudah lupa dengan sakitnya. Tangannya sudah leluasa bergerak, bahka

  • Kemelut Cinta Clara   Kembali ceria

    Kembali ceria Sore ini tante Naira sengaja datang ke rumah Clara sang keponakan. Ada sesuatu yang ingin disampaikannya. Saat tiba di depan pintu gerbang rumah Clara, sebenarnya ingin mengucap salam, namun karena mendengar suara kedua kakak beradik yang meninggi ini, Tante Naira cemas dan segera menghampiri Lira dan Clara. Rasa kaget dan penasaran juga menghiasi hati kedua anak putri yang masih saudaranya Tante Naira. Manakala sang tante mengucap salam, mereka berdua menjawab serentak juga seperti tadi saat mengucap sapaan untuk perawat klinik tempat Clara berobat tadi. Mereka berdua segera beranjak dari tempat duduknya dan mempersilahkan tante Naira untuk masuk ke rumah. Saudara kakak beradik ini sebenarnya tadi ingin pulang ke rumah. Namun dalam perjalanan, ia berjumpa dengan seseorang. Niat istirahat di rumah keluatga diurungkannya setelah sempat ke klinik lagi. Ada hal yang ingin meminta pertimbangan kepada keponakannya itu. Sekaligus nantinya ingin mengaj

  • Kemelut Cinta Clara   Saat di dapur

    Di ruang makan Tante Naira masih melanjutkan aktifitas di ruang makan. Sementara Clara sudah selesai dan kini kembali asyik melihat postingan teman-temanya di sebuah jejaring sosial. Karena sudah mau makan, Lira menyiapkan obat yang harus dikonsumsi oleh adiknya itu. Clara agak malasan untuk minum obat, karena itu sang kakak yang selalu memperhatikan. Sementara Lira menyiapkan obat, Clara malah asyik bermain handphone. Chatingan ria dengan beberapa teman termasuk salah satunya Roy. Ia lupa bahwa setelah makan masih ada tugas minum obat. Dalam chatinganya Roy sebenarnya ingin mengajak Clara ke club, malam minggu ini. Namun melihat kondisi temannya yang penuh luka rasanya tidak mungkin untuk bermalam mingguan. "Serius sekali menanggapi pesan para temanmu, duhai adikku?" tanya sang kakak yang kini sudah selesai aktifitas di ruang makan itu. "Iya mbak, penting sih." Clara menjawab dengan tenang dan santai, sambil meneruskan ketikan pesan untuk mem

  • Kemelut Cinta Clara   Menolong Roy

    Menolong Roy.Karena kondisi yang kurang sadar betul akibat banyak minum, Roy kehilangan kendali pada dirinya. Tidak bisa fokus saat mengendarai sepeda motornya hingga oleng dan menabrak trotoar, tubuhnya jatuh dan kepalanya membentur bagian tepi yang tidak rata bahkan ia berguling mengenai beberapa batu kasar yang ada didekat tempat pejalan kaki ini.Hendra yang berada di dekatnya jadi panik. Ketika tahu temanya ini jatuh terguling bahkan kepalanya terbentur benda kasar tanpa pelindung. Karena suasana malam hari dan lokasi tidak begitu jauh dari rumahnya. Roy tidak memakai helm warna hitam yang sempat dikenakan saat berangkat tadi.Pelindung kepala ini seharusnya tetap melekat di anggota tubuh bagian atas ini. Namun Roy merasa agak gerah dan lebih nyaman tanpa helm serta berpikir suasana malam jalanan lengang tidak semacet saat siang hari. Juga ingin merasakan semilir angin malam dan Roy pikir perjalanan tidak memakan waktu lama terlebih saat lengang bisa sedik

  • Kemelut Cinta Clara   Di Klinik lagi

    Di Klinik lagi.Roy mendapat pertolongan dengan segera dijahit luka pada kepalanya. Kebetulan jika malam hari, klinik tidak terlalu ramai pasien yang berobat. Hanya sesekali jika ada pasien baru yang membutuhkan pertolongan gawat darurat.Untuk pasien yang dirawat inap ada beberapa hingga hingga bangsal hampir penuh. Mereka tinggal dipantau infus dan penjagaan jika ada keluhan yang membutuhkan pertolongan perawat. Ketika Roy dan Hendra membutuhkan pertolongan. Segera bisa ditangani, kebetulan tante Naira sedang di klinik.Tante Naira bisa langsung menangani penjahitan dan lainnya. Dokternya sedang keluar sebentar dan sudah tahu jika tante Naira sudah terampil dan ahli menjahit luka. Sehingga untuk intruksi penanganan selanjutnya sudah selesai penjahitan luka. Hendra sendiri mendapat jahitan di kaki dan tangan, karena benturan dengan tepi trotoar yang kasar permukaannya.Karena Roy sampai pinsan akan ada rujukan untuk CT Scant di rumah sakit untuk Ro

  • Kemelut Cinta Clara   Kesan dari Hendra

    Kesan dari Hendra."Roy, diakah tante?" Clara bertanya dengan nada cemas dan sedikit gemetar. Roy teman yang tadi siang menolongnya, kini berada di ruang perawatan. Sungguh kenyataan yang tak pernah disangkanya. Begitulah memang adanya kehidupan."Sepertinya iya, dari kartu identitas dan sekilas wajah yang masih tante ingat," jawab tante Naira."Dia kenapa tante?" Kali ini Clara bertanya dengan mata berkaca. Rasa penasaran semakin menghiasinya."Kepalanya ada beberapa luka dan orangnya masih belum sadarkan diri."Clara tak kuasa menahan air matanya agar tidak menetes. Sedih dan kasihan mendengar berita ini. Siapa sangka lelaki yang tadi siang membersamainya, menemaninya. Kini matanya terpejam dengan luka yang harus dijahit."Bolehkah aku menjenguknya Tante?" tanya Clara dengan suara yang semakin serak."Boleh. Itu di ruang sebelah. Dia bersama dua temanya. Yang satu sakit juga, mana keluarganya belum ada yang datang." Tante Naira memp

  • Kemelut Cinta Clara   Roy mulai membuka mata

    Pesan dari Roy."Kenapa kalian menangis sih? Aku baik-baik saja kok." Walau sebenarnya sedih karena ada luka serius di kaki dan membutuhkan perawatan lebih di rumah sakit, Hendra tetap berusaha menghibur kedua adiknya yang tampak bingung dan kecewa."Kakak bohong, kata dokter kaki kakak perlu di rongtsen, ada hal yang perlu ditangani lebih lanjut." Sang adik berkata sambil terisak. Hendra sempat kaget setelah mendengar ucapan adiknya."Hah, dari mana kalian tahu? Bukankah belum ketemu dokternya?" tanya Hendra"Iya sih kak, jangankan ketemu dokter, petugas jaga saja kita gak lihat," jawab adiknya Hendra."Terus kamu tahu dari mana?" Hendra bertanya lagi. Ia sangat tidak ingin adiknya larut dalam kesedihan serta berpikir keras dengan apa yang sedang ia alami."Tadi mamanya mas Roy sempat cerita saat di mobil," jawab adiknya lagi.Sejenak Hendra memandang ke arah Roy yang kini sedang diperhatikan oleh orang tuanya. Hendra paham betul jik

  • Kemelut Cinta Clara   Ke rumah sakit

    Ke rumah sakit."Apa permintaanmu Roy?" tanya mamanya."Tolongin biaya berobatnya Hendra ma!" jawab Roy dengan suara terbata."Oh, begitu ya? Itu perkara mudah, hanya apakah dia bersedia kita bantu? Mama cemas ia akan merasa direndahkan." Mamanya Roy menatap ke arah Hendra yang sedang bercengkerama dengan adik-adiknya.Membantu orang bagi mamanya itu perkara mudah dan ia sukai. Karena kesempatan ini jarang sekali. Namun kadang memang timbul rasa ragu. Akankah niat tulus untuk menolong diterima dengan baik? Atau malah sebaliknya akan dikira menghina atau mengejek pihak yang dibantu?."Aku tahu siapa Hendra, dia sedang ada masalah keluarga. Takutnya tidak ada yang mau membantu biaya berobatnya. Tadi dia bersamaku, sudah selayaknya kita membantunya, iya kan ma?" Suara Roy sudah mulai jelas, namun ia mulai merasa berat lagi kepalanya, hingga kembali terpejam cukup lama."Roy..Roy," sang mama memanggilnya saat anaknya ini tak bicara lagi.

Latest chapter

  • Kemelut Cinta Clara   Di rumah Sasa

    Hal tak terduga.Clara dan ketiga temannya masih berada di sekat gerbang sekolah. Diantaranya ada Roy dan Sasa. Roy yang tadi sempat menundukkan mata dan mengingat kisah cinta tantenya yang kuat dan tulus sejak masih kecil hingga usia tua ini. Yang mana mereka kini sudah memiliki tiga anak yang cantik dan tampan.Dua orang keponakannya itu bergender perempuan, dan ada lelaki yang lahir paling bontot. Bahkan anak bungsu tantenya ini sudah seusia Rina. Terpaut tujuh tahun menikahnya antara orang tua Roy dan sang tante yang merupakan adik kedua dari mamanya Roy. Sang tante dan omnya itu bahkan kini sudah memiliki usaha yang maju dan lancar.Sama seperti mama Roy yang kaya raya. Tantenya itu selalu dilimpahi rezeki yang terus mengalir. Dan sang tantenya itu juga mulai suka bederma. Ia sering memberi sedekah Jum,at di masjid maupun lingkungan dengan berbagi makanan. Hidangan yang biasa diberikan itu seringnya nasi ayam bakar yang pesan di warungnya tante Naira.

  • Kemelut Cinta Clara   Roy ingat tantenya

    Roy teringat tante"Siang ini, kamu jalan atau dijemput duhai Clara? Jika tidak dijemput, biar bersamaku saja. Kali ini aku bersama supir. Dari pada jalan kaki, mendingan naik mobilku. Dijamin sampai depan rumah dengan aman dan nyaman."Setelah mengikuti pelajaran hari ini. Bel tanda selesai belajar dan semua murid dipersilahkan untuk pulang. Roy yang ingin selalu dekat Clara, segera ke arah gadis itu. Tampak Clara sedang duduk di kursi samping sekolah. Jika dalam keadaan menunggu sudah dipastikan pulangnya menunggu jemputan."Bukankah kau tahu, jika aku sekarang sudah jarang jalan kaki lagi. Sejak tersandung, hingga kini aku selalu dijemput."Clara berucap dengan tenang. Roy meminta maaf karena telah banyak lupa. Clara memahami itu. Karena memang sejak benturan itu, Roy terlihat beda. Banyak yang bilang begitu loh. Roy kembali menawarkan keinginannya untuk mengajak Clara pulang bersamanya. Agar kakaknya tidak kerepotan harus ijin dari kantor untuk

  • Kemelut Cinta Clara   Pesona Roy dan Sasa

    Pesona Roy dan Sasa.Sasa memang memiliki sifat yang sedikit angkuh juga. Jika sudah terluka, ia akan berbuat yang menjadi balasan atas lukanya. Sasa tidak menyangka jika Roy akan menduakan dirinya. Padahal selama ini ia rela menolak cowok manapun yang mendekatinya maupun menyatakan cinta padanya.Semua demi kesetiaannya pada Roy. Tapi Roy malah mengejar Clara, disaat ia sedang ingin menyayangi. Bahkan Sasa sempat merasa aneh dengan Roy yang lebih ingin dekat dengan Clara dari pada dirinya. Dan heran jufa mengapa Clara yang kalem dan lembut bisa menerima Roy?"Ah, iya. Seperti apa jua Roy, mau angkuh atau berengsek, tetap saja ia berkharisma. Pesonanya menahlukan lawan. Pastilah Clara bisa takhluk dengan Roy."Sasa bergumam dalam hati. Tapi Sasa masih merasa lebih cantik dan modis dibanding Clara. Ia merasa akan menang dari gadis berambut pirang itu. Sasa memiliki sikap agresif yang akan membuat Roy selalu ingin dengannya. Terlebih saat cream itu su

  • Kemelut Cinta Clara   Kekesalan Sasa

    Kekesalan SasaRoy menyapa Clara, setelah melihat gadis manis ini sedang bercengkerama bersama temannya. Roy segera mendekati mereka. Ia merasa kurang mood saat di kantin tadi. Sepertinya ia ingin bersama Clara kali ini. Meski tadi diajak makan di kantin oleh Sasa."Oh, hai Roy. Rupanya kamu mencariku ya? Hmmm, aku lagi ingin di sini saja sih." Clara membalas sapa Roy dengan suara lembutnya. Hal inilah yang membuat Roy suka dengan Clara. Pandangan Clara tertuju kepada pemuda tampan yang sedang pemulihan dari sakit ini."Ke kantin yuk! Kurang selera nich kalau tak ada kamu!" ajak Roy."Ah, iya. Dari tadi aku juga tidak selera apa pun. Eh, kok sama ya? Aku ingin di sini saja sih," jawab Clara.Tanpa lebih banyak memperhatikan Roy yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di yltaman sebelah dan masih satu kompleks dengan sekolahan ini. Ia kembali aayik bercengkerama dengan para temannya. Roy yang merasa nyaman di sini jadi tak ingin beranjak.

  • Kemelut Cinta Clara   Saat di kantin

    Saat di kantin.Intan mengingatkan Sasa jadi tidaknya ke kantin. Karena ia sendiri juga sudah merasa haus dan perut keroncongan. Intan palung tidak bisa menahan lapar. Ia sangat hobby makan. Tetapi tubuhnya tidak juga melar. Tetap langsing dan semampai. Hampir mirip dengan Sasa hanya pipinya agak cubby sedikit.Intan tetap langsing karena memang pembawaannya yang tidak mudah gemuk. Ia juga rajin ngegim. Minum suplemen agar tetap menjaga berat badan. Dalam hal penampilan, Intan juga suka dandan yang modis. Hampir mirip dengan Sasa. Mereka teman dan sahabat karib. Juga duduk satu meja dalam dua kursi biasa disebut teman sebangku.Mereka sering bersama, mungkin dari sinilah yang membuat penampilan mereka, satu sama lain hampir sama. Jika di jalan ada yang mengira mereka saudara kembar. Tapi pada kenyataannya mereka beda ayah beda ibu. Kebetulan sama sih memang."Sudah yuk Roy! Kita segera menikmati minuman favorite! Kali ini aku yang bayar deh!" Sasa mulai m

  • Kemelut Cinta Clara   Sambutan teman

    Sambutan dari beberapa teman."Hai Roy? Wah sudah rajin masuk sekarang ya?"Para teman Roy mulai menyambut dengan riang seperti dulu lagi. Sebulan yang lalu Roy sering jarang masuk. Baru dua tiga hari sekolah. Besuknya libur dalam waktu lumayan. Bahkan kadang seminggu. Alasanya karena kepalanya berat. Kadang pusing jika membuka buku. Ia pilih di rumah bersantai ria.Pada seminggu di bulan ini, ia mulai aktif tanpa ijin sama srkali. Kepalanya sudah mau betadaptasi dengan buku dan pelajaran apa saja. Jika kadang pusing atau penat sedikit. Bisa diminimalisir atau dinetralkan dengan duduk santai. Tutup buku sejenak kemudian dibuka lagi, bila sudah netral atau reda."Iya. Sudah ingin belajar lagi nih!"Roy duduk di sebelah temannya yang selama menjadi teman sebangkunya. Temannya ini juga menanyakan keadaan Roy. Dan mendoakan semoga sehat selalu. Kebetulan Roy memiliki teman yang cukup pendiam. Tidak banyak tingkah juga enggak suka brutal. Jarang terliba

  • Kemelut Cinta Clara   Saat di kedai

    Di suatu kedai"Hai Roy! Sudah sehat betulkah?" Sapa Hendra yang sudah beberapa waktu tidak terlihat."Iya, kamu sendiri bagaimana?" Roy balik bertanya. Mereka kini sedang nongkrong, kegiatan yang sudah sebulan lebih tidak mereka lakukan"Sudah baikan. Sudah kerja bahkan aku kini. Oh, iya terimakasih banyak ya. Dulu kamu mbantuin aku sedemikiannya." Hendra teringat segala kebaikan Roy. Teringat saat ia sakit dulu, banyak yang telah Roy berikan."Ah, itu biasa. Sorry, baru segitu aku mbantuinnya," Roy sedikit merendah."Itu banyak Roy."Hendra melihat dan mengingat sekilas keadaan Roy. Bantuan hampir sepuluh juta yang Roy berikan. Semuanya tidak perlu dikembalikan. Jarang ada teman sepeduli itu, apalagi yang dinilai brutal oleh orang lain. Sebaiknya memang jangan memandang sebelah mata terhadap orang lain.Yang Hendra herankan lagi, seorang anak milyader masih menghargai dirinya yang hidupnya sederhana dengan kondisi keluarga yang kura

  • Kemelut Cinta Clara   Rihlah bersama teman kecil

    Rihlah bersama teman kecil."Kita jadi liburan nih."Ibrahim berkata dengan penuh keceriaan. Keinginannya untuk mengajak orang bertamasya akhirnya tercapai. Berbagi rezeki untuk kebahagiaan bersama. Rangga akan doajak juga kelima belas temanya. Setelah empat puluh hari berlalu.Anak itu saat ini tinggal di rumahnya Ibrahim. Sebenarnya tante Naira yang mengadopsi, namun karena saat ini srdang ada keperluan di luar kota. Ia titipkan Rangga pada Ibrahim. Tentu pemuda itu sangat senang sekali. Hampor setiap hari ia membelikan makanan dan buah yang Rangga suka. Juga diberikan kepada teman kecilnya Rangga.Rangga sendiri merasa nyaman tinggal di rumah pemuda ini. Kadang para teman Rangga diajak bermain juga ke rumah sang pemuda ini. Rasanya senang bisa membuat orang lain ceria. Kehadiran Rangga di rumah ini juga atas ijin dari keluarganya. Setelah empat puluh hari kemarin, keluarganya kembali ke kampung halaman.Ibrahim memberikannya banuak b

  • Kemelut Cinta Clara   Trenyuh

    TrenyuhKeesokkan harinya Clara dan Lira juga tante Naira beraktifitas seperti biasa. Sementara Rangga yang sedang berduka kini bersama para temannya yang belum sekolah. Ada tetangga juga. Serta saudara dan keluarga dari desa ada yang menjenguk.Meski bukan orang tuanya, ia yang selama ini sedikit memiliki nurani untuk mengasihi. Tidak banyak yang bisa dilakukan saudaranya ini. Hanya menjenguk dan menyampaikan duka serta memberi tahu kepada warga yang selama ini berbuat baik. Serta memikirkan kelanjutan hidup untuk Rangga.Mereka yang datang adalah saudara yang selalu kepikiran selama Rangga tidak bersama keluarganya. Mereka hanya kerabat tidak bisa berbuat apa? Terlebih keadaan ekonomi yang belum mendukung untuk menambah anggota keluarga baru yaitu Rangga. Miris rasanya hal ini, hingga salah satu dari mereka bersikeras setelah tujuh hari ini akan membawa Rangga tinggal bersama mereka.Hal ini sempat didengar oleh Ibrahim bahkan disampaikan juga ke

DMCA.com Protection Status