Kembali ceria
Sore ini tante Naira sengaja datang ke rumah Clara sang keponakan. Ada sesuatu yang ingin disampaikannya. Saat tiba di depan pintu gerbang rumah Clara, sebenarnya ingin mengucap salam, namun karena mendengar suara kedua kakak beradik yang meninggi ini, Tante Naira cemas dan segera menghampiri Lira dan Clara.
Rasa kaget dan penasaran juga menghiasi hati kedua anak putri yang masih saudaranya Tante Naira. Manakala sang tante mengucap salam, mereka berdua menjawab serentak juga seperti tadi saat mengucap sapaan untuk perawat klinik tempat Clara berobat tadi. Mereka berdua segera beranjak dari tempat duduknya dan mempersilahkan tante Naira untuk masuk ke rumah.
Saudara kakak beradik ini sebenarnya tadi ingin pulang ke rumah. Namun dalam perjalanan, ia berjumpa dengan seseorang. Niat istirahat di rumah keluatga diurungkannya setelah sempat ke klinik lagi. Ada hal yang ingin meminta pertimbangan kepada keponakannya itu. Sekaligus nantinya ingin mengaj
Di ruang makan Tante Naira masih melanjutkan aktifitas di ruang makan. Sementara Clara sudah selesai dan kini kembali asyik melihat postingan teman-temanya di sebuah jejaring sosial. Karena sudah mau makan, Lira menyiapkan obat yang harus dikonsumsi oleh adiknya itu. Clara agak malasan untuk minum obat, karena itu sang kakak yang selalu memperhatikan. Sementara Lira menyiapkan obat, Clara malah asyik bermain handphone. Chatingan ria dengan beberapa teman termasuk salah satunya Roy. Ia lupa bahwa setelah makan masih ada tugas minum obat. Dalam chatinganya Roy sebenarnya ingin mengajak Clara ke club, malam minggu ini. Namun melihat kondisi temannya yang penuh luka rasanya tidak mungkin untuk bermalam mingguan. "Serius sekali menanggapi pesan para temanmu, duhai adikku?" tanya sang kakak yang kini sudah selesai aktifitas di ruang makan itu. "Iya mbak, penting sih." Clara menjawab dengan tenang dan santai, sambil meneruskan ketikan pesan untuk mem
Menolong Roy.Karena kondisi yang kurang sadar betul akibat banyak minum, Roy kehilangan kendali pada dirinya. Tidak bisa fokus saat mengendarai sepeda motornya hingga oleng dan menabrak trotoar, tubuhnya jatuh dan kepalanya membentur bagian tepi yang tidak rata bahkan ia berguling mengenai beberapa batu kasar yang ada didekat tempat pejalan kaki ini.Hendra yang berada di dekatnya jadi panik. Ketika tahu temanya ini jatuh terguling bahkan kepalanya terbentur benda kasar tanpa pelindung. Karena suasana malam hari dan lokasi tidak begitu jauh dari rumahnya. Roy tidak memakai helm warna hitam yang sempat dikenakan saat berangkat tadi.Pelindung kepala ini seharusnya tetap melekat di anggota tubuh bagian atas ini. Namun Roy merasa agak gerah dan lebih nyaman tanpa helm serta berpikir suasana malam jalanan lengang tidak semacet saat siang hari. Juga ingin merasakan semilir angin malam dan Roy pikir perjalanan tidak memakan waktu lama terlebih saat lengang bisa sedik
Di Klinik lagi.Roy mendapat pertolongan dengan segera dijahit luka pada kepalanya. Kebetulan jika malam hari, klinik tidak terlalu ramai pasien yang berobat. Hanya sesekali jika ada pasien baru yang membutuhkan pertolongan gawat darurat.Untuk pasien yang dirawat inap ada beberapa hingga hingga bangsal hampir penuh. Mereka tinggal dipantau infus dan penjagaan jika ada keluhan yang membutuhkan pertolongan perawat. Ketika Roy dan Hendra membutuhkan pertolongan. Segera bisa ditangani, kebetulan tante Naira sedang di klinik.Tante Naira bisa langsung menangani penjahitan dan lainnya. Dokternya sedang keluar sebentar dan sudah tahu jika tante Naira sudah terampil dan ahli menjahit luka. Sehingga untuk intruksi penanganan selanjutnya sudah selesai penjahitan luka. Hendra sendiri mendapat jahitan di kaki dan tangan, karena benturan dengan tepi trotoar yang kasar permukaannya.Karena Roy sampai pinsan akan ada rujukan untuk CT Scant di rumah sakit untuk Ro
Kesan dari Hendra."Roy, diakah tante?" Clara bertanya dengan nada cemas dan sedikit gemetar. Roy teman yang tadi siang menolongnya, kini berada di ruang perawatan. Sungguh kenyataan yang tak pernah disangkanya. Begitulah memang adanya kehidupan."Sepertinya iya, dari kartu identitas dan sekilas wajah yang masih tante ingat," jawab tante Naira."Dia kenapa tante?" Kali ini Clara bertanya dengan mata berkaca. Rasa penasaran semakin menghiasinya."Kepalanya ada beberapa luka dan orangnya masih belum sadarkan diri."Clara tak kuasa menahan air matanya agar tidak menetes. Sedih dan kasihan mendengar berita ini. Siapa sangka lelaki yang tadi siang membersamainya, menemaninya. Kini matanya terpejam dengan luka yang harus dijahit."Bolehkah aku menjenguknya Tante?" tanya Clara dengan suara yang semakin serak."Boleh. Itu di ruang sebelah. Dia bersama dua temanya. Yang satu sakit juga, mana keluarganya belum ada yang datang." Tante Naira memp
Pesan dari Roy."Kenapa kalian menangis sih? Aku baik-baik saja kok." Walau sebenarnya sedih karena ada luka serius di kaki dan membutuhkan perawatan lebih di rumah sakit, Hendra tetap berusaha menghibur kedua adiknya yang tampak bingung dan kecewa."Kakak bohong, kata dokter kaki kakak perlu di rongtsen, ada hal yang perlu ditangani lebih lanjut." Sang adik berkata sambil terisak. Hendra sempat kaget setelah mendengar ucapan adiknya."Hah, dari mana kalian tahu? Bukankah belum ketemu dokternya?" tanya Hendra"Iya sih kak, jangankan ketemu dokter, petugas jaga saja kita gak lihat," jawab adiknya Hendra."Terus kamu tahu dari mana?" Hendra bertanya lagi. Ia sangat tidak ingin adiknya larut dalam kesedihan serta berpikir keras dengan apa yang sedang ia alami."Tadi mamanya mas Roy sempat cerita saat di mobil," jawab adiknya lagi.Sejenak Hendra memandang ke arah Roy yang kini sedang diperhatikan oleh orang tuanya. Hendra paham betul jik
Ke rumah sakit."Apa permintaanmu Roy?" tanya mamanya."Tolongin biaya berobatnya Hendra ma!" jawab Roy dengan suara terbata."Oh, begitu ya? Itu perkara mudah, hanya apakah dia bersedia kita bantu? Mama cemas ia akan merasa direndahkan." Mamanya Roy menatap ke arah Hendra yang sedang bercengkerama dengan adik-adiknya.Membantu orang bagi mamanya itu perkara mudah dan ia sukai. Karena kesempatan ini jarang sekali. Namun kadang memang timbul rasa ragu. Akankah niat tulus untuk menolong diterima dengan baik? Atau malah sebaliknya akan dikira menghina atau mengejek pihak yang dibantu?."Aku tahu siapa Hendra, dia sedang ada masalah keluarga. Takutnya tidak ada yang mau membantu biaya berobatnya. Tadi dia bersamaku, sudah selayaknya kita membantunya, iya kan ma?" Suara Roy sudah mulai jelas, namun ia mulai merasa berat lagi kepalanya, hingga kembali terpejam cukup lama."Roy..Roy," sang mama memanggilnya saat anaknya ini tak bicara lagi.
Saat kembali dari Warung.Malam berlalu, hari berganti pagi. Sebelum mentari terbit dalam suasana setelah subuh, Clara bersiap pulang. Setelah sebelumnya melihat kondisi seorang anak jalanan yang ditemukan tantenya itu. Seperti sang tante, ia juga merasa iba dan sedih melihat kondisi sang anak tadi.Jika saat ini Clara kadang ditinggal pergi orang tua hingga hampir setiap harinya Clara hanya berdua dengan kakaknya di rumah. Tidak ada satpam atau asistant rumah tangga apalagi tukang kebun yang bekerja di rumahnya. Tidak seperti rumah Roy yang memiliki semua pekerja tadi sehingga saat kedua orang tuanya tidak ada di rumah, suasana ramai dan tifak hening.Sedang di rumah Clara, jika ia hanya bersama kakaknya. Rumah akan terasa hening dan sepi, beda saat ada mama dan papanya. Meski begitu mereka tetap bersyukur terlebih saat seperti ini. Melihat anak yang ditolong tante Naira, semakin membuatnya untuk bersyukur.Saat ini mereka berdua bisa makan enak, t
Nasi pecel"Kok, tante lama amat ya mbak?" Clara mulai menanyakan tante Naira."Entahlah, tadi katanya mau beli nasi bungkus. Hingga sekarang belum pulang, biasanya tidak lama sih. Jika sekedar untuk beli nasi saja. Hmmm, mungkin mampir dulu ke rumahnya juga untuk sesuatu yang dibeli buat keluarganya," jawab Lira."Kalau begitu akan agak lama pastinya, aku buat roti bakar saja deh untuk sarapan." Clara mengambil sebungkus roti tawar dari kulkasnya. Diambilnya empat lembar untuk diolesi mentega dan meises coklat. Empat kembar itu dijadikan dua, kemudian dimasukkan dalam alat untuk membuat rotu bakar.Belum jadi roti bakar, tante Naira datang. Setelah mengucap salam, segera sang tante memberikan dua bungkus nasi yang dia belikan untuk kakak beradik ini. Lengkap dengan snack yang masih disisakan dari beberapa pembelian dan sebagian banyak sudah diberikan kepada para anak yang ditemui di jalan tadi."Maaf ya terlalu lama kalian menunggunya," ucap Tante
Hal tak terduga.Clara dan ketiga temannya masih berada di sekat gerbang sekolah. Diantaranya ada Roy dan Sasa. Roy yang tadi sempat menundukkan mata dan mengingat kisah cinta tantenya yang kuat dan tulus sejak masih kecil hingga usia tua ini. Yang mana mereka kini sudah memiliki tiga anak yang cantik dan tampan.Dua orang keponakannya itu bergender perempuan, dan ada lelaki yang lahir paling bontot. Bahkan anak bungsu tantenya ini sudah seusia Rina. Terpaut tujuh tahun menikahnya antara orang tua Roy dan sang tante yang merupakan adik kedua dari mamanya Roy. Sang tante dan omnya itu bahkan kini sudah memiliki usaha yang maju dan lancar.Sama seperti mama Roy yang kaya raya. Tantenya itu selalu dilimpahi rezeki yang terus mengalir. Dan sang tantenya itu juga mulai suka bederma. Ia sering memberi sedekah Jum,at di masjid maupun lingkungan dengan berbagi makanan. Hidangan yang biasa diberikan itu seringnya nasi ayam bakar yang pesan di warungnya tante Naira.
Roy teringat tante"Siang ini, kamu jalan atau dijemput duhai Clara? Jika tidak dijemput, biar bersamaku saja. Kali ini aku bersama supir. Dari pada jalan kaki, mendingan naik mobilku. Dijamin sampai depan rumah dengan aman dan nyaman."Setelah mengikuti pelajaran hari ini. Bel tanda selesai belajar dan semua murid dipersilahkan untuk pulang. Roy yang ingin selalu dekat Clara, segera ke arah gadis itu. Tampak Clara sedang duduk di kursi samping sekolah. Jika dalam keadaan menunggu sudah dipastikan pulangnya menunggu jemputan."Bukankah kau tahu, jika aku sekarang sudah jarang jalan kaki lagi. Sejak tersandung, hingga kini aku selalu dijemput."Clara berucap dengan tenang. Roy meminta maaf karena telah banyak lupa. Clara memahami itu. Karena memang sejak benturan itu, Roy terlihat beda. Banyak yang bilang begitu loh. Roy kembali menawarkan keinginannya untuk mengajak Clara pulang bersamanya. Agar kakaknya tidak kerepotan harus ijin dari kantor untuk
Pesona Roy dan Sasa.Sasa memang memiliki sifat yang sedikit angkuh juga. Jika sudah terluka, ia akan berbuat yang menjadi balasan atas lukanya. Sasa tidak menyangka jika Roy akan menduakan dirinya. Padahal selama ini ia rela menolak cowok manapun yang mendekatinya maupun menyatakan cinta padanya.Semua demi kesetiaannya pada Roy. Tapi Roy malah mengejar Clara, disaat ia sedang ingin menyayangi. Bahkan Sasa sempat merasa aneh dengan Roy yang lebih ingin dekat dengan Clara dari pada dirinya. Dan heran jufa mengapa Clara yang kalem dan lembut bisa menerima Roy?"Ah, iya. Seperti apa jua Roy, mau angkuh atau berengsek, tetap saja ia berkharisma. Pesonanya menahlukan lawan. Pastilah Clara bisa takhluk dengan Roy."Sasa bergumam dalam hati. Tapi Sasa masih merasa lebih cantik dan modis dibanding Clara. Ia merasa akan menang dari gadis berambut pirang itu. Sasa memiliki sikap agresif yang akan membuat Roy selalu ingin dengannya. Terlebih saat cream itu su
Kekesalan SasaRoy menyapa Clara, setelah melihat gadis manis ini sedang bercengkerama bersama temannya. Roy segera mendekati mereka. Ia merasa kurang mood saat di kantin tadi. Sepertinya ia ingin bersama Clara kali ini. Meski tadi diajak makan di kantin oleh Sasa."Oh, hai Roy. Rupanya kamu mencariku ya? Hmmm, aku lagi ingin di sini saja sih." Clara membalas sapa Roy dengan suara lembutnya. Hal inilah yang membuat Roy suka dengan Clara. Pandangan Clara tertuju kepada pemuda tampan yang sedang pemulihan dari sakit ini."Ke kantin yuk! Kurang selera nich kalau tak ada kamu!" ajak Roy."Ah, iya. Dari tadi aku juga tidak selera apa pun. Eh, kok sama ya? Aku ingin di sini saja sih," jawab Clara.Tanpa lebih banyak memperhatikan Roy yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada di yltaman sebelah dan masih satu kompleks dengan sekolahan ini. Ia kembali aayik bercengkerama dengan para temannya. Roy yang merasa nyaman di sini jadi tak ingin beranjak.
Saat di kantin.Intan mengingatkan Sasa jadi tidaknya ke kantin. Karena ia sendiri juga sudah merasa haus dan perut keroncongan. Intan palung tidak bisa menahan lapar. Ia sangat hobby makan. Tetapi tubuhnya tidak juga melar. Tetap langsing dan semampai. Hampir mirip dengan Sasa hanya pipinya agak cubby sedikit.Intan tetap langsing karena memang pembawaannya yang tidak mudah gemuk. Ia juga rajin ngegim. Minum suplemen agar tetap menjaga berat badan. Dalam hal penampilan, Intan juga suka dandan yang modis. Hampir mirip dengan Sasa. Mereka teman dan sahabat karib. Juga duduk satu meja dalam dua kursi biasa disebut teman sebangku.Mereka sering bersama, mungkin dari sinilah yang membuat penampilan mereka, satu sama lain hampir sama. Jika di jalan ada yang mengira mereka saudara kembar. Tapi pada kenyataannya mereka beda ayah beda ibu. Kebetulan sama sih memang."Sudah yuk Roy! Kita segera menikmati minuman favorite! Kali ini aku yang bayar deh!" Sasa mulai m
Sambutan dari beberapa teman."Hai Roy? Wah sudah rajin masuk sekarang ya?"Para teman Roy mulai menyambut dengan riang seperti dulu lagi. Sebulan yang lalu Roy sering jarang masuk. Baru dua tiga hari sekolah. Besuknya libur dalam waktu lumayan. Bahkan kadang seminggu. Alasanya karena kepalanya berat. Kadang pusing jika membuka buku. Ia pilih di rumah bersantai ria.Pada seminggu di bulan ini, ia mulai aktif tanpa ijin sama srkali. Kepalanya sudah mau betadaptasi dengan buku dan pelajaran apa saja. Jika kadang pusing atau penat sedikit. Bisa diminimalisir atau dinetralkan dengan duduk santai. Tutup buku sejenak kemudian dibuka lagi, bila sudah netral atau reda."Iya. Sudah ingin belajar lagi nih!"Roy duduk di sebelah temannya yang selama menjadi teman sebangkunya. Temannya ini juga menanyakan keadaan Roy. Dan mendoakan semoga sehat selalu. Kebetulan Roy memiliki teman yang cukup pendiam. Tidak banyak tingkah juga enggak suka brutal. Jarang terliba
Di suatu kedai"Hai Roy! Sudah sehat betulkah?" Sapa Hendra yang sudah beberapa waktu tidak terlihat."Iya, kamu sendiri bagaimana?" Roy balik bertanya. Mereka kini sedang nongkrong, kegiatan yang sudah sebulan lebih tidak mereka lakukan"Sudah baikan. Sudah kerja bahkan aku kini. Oh, iya terimakasih banyak ya. Dulu kamu mbantuin aku sedemikiannya." Hendra teringat segala kebaikan Roy. Teringat saat ia sakit dulu, banyak yang telah Roy berikan."Ah, itu biasa. Sorry, baru segitu aku mbantuinnya," Roy sedikit merendah."Itu banyak Roy."Hendra melihat dan mengingat sekilas keadaan Roy. Bantuan hampir sepuluh juta yang Roy berikan. Semuanya tidak perlu dikembalikan. Jarang ada teman sepeduli itu, apalagi yang dinilai brutal oleh orang lain. Sebaiknya memang jangan memandang sebelah mata terhadap orang lain.Yang Hendra herankan lagi, seorang anak milyader masih menghargai dirinya yang hidupnya sederhana dengan kondisi keluarga yang kura
Rihlah bersama teman kecil."Kita jadi liburan nih."Ibrahim berkata dengan penuh keceriaan. Keinginannya untuk mengajak orang bertamasya akhirnya tercapai. Berbagi rezeki untuk kebahagiaan bersama. Rangga akan doajak juga kelima belas temanya. Setelah empat puluh hari berlalu.Anak itu saat ini tinggal di rumahnya Ibrahim. Sebenarnya tante Naira yang mengadopsi, namun karena saat ini srdang ada keperluan di luar kota. Ia titipkan Rangga pada Ibrahim. Tentu pemuda itu sangat senang sekali. Hampor setiap hari ia membelikan makanan dan buah yang Rangga suka. Juga diberikan kepada teman kecilnya Rangga.Rangga sendiri merasa nyaman tinggal di rumah pemuda ini. Kadang para teman Rangga diajak bermain juga ke rumah sang pemuda ini. Rasanya senang bisa membuat orang lain ceria. Kehadiran Rangga di rumah ini juga atas ijin dari keluarganya. Setelah empat puluh hari kemarin, keluarganya kembali ke kampung halaman.Ibrahim memberikannya banuak b
TrenyuhKeesokkan harinya Clara dan Lira juga tante Naira beraktifitas seperti biasa. Sementara Rangga yang sedang berduka kini bersama para temannya yang belum sekolah. Ada tetangga juga. Serta saudara dan keluarga dari desa ada yang menjenguk.Meski bukan orang tuanya, ia yang selama ini sedikit memiliki nurani untuk mengasihi. Tidak banyak yang bisa dilakukan saudaranya ini. Hanya menjenguk dan menyampaikan duka serta memberi tahu kepada warga yang selama ini berbuat baik. Serta memikirkan kelanjutan hidup untuk Rangga.Mereka yang datang adalah saudara yang selalu kepikiran selama Rangga tidak bersama keluarganya. Mereka hanya kerabat tidak bisa berbuat apa? Terlebih keadaan ekonomi yang belum mendukung untuk menambah anggota keluarga baru yaitu Rangga. Miris rasanya hal ini, hingga salah satu dari mereka bersikeras setelah tujuh hari ini akan membawa Rangga tinggal bersama mereka.Hal ini sempat didengar oleh Ibrahim bahkan disampaikan juga ke