Seusai berbicara, Dimas memalingkan kepalanya menatap Claire. “Aku tahu masalah dia dengan Pak Andreas, termasuk dia adalah anak didik Bu Lidora.”Claire tidak berbicara.Mungkin Jolin mematuhi perintah Lidora. Dia menjadi seorang pembunuh, lalu mengkhianati Dimas. Dia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Lidora, tanpa memedulikan nasibnya sendiri.Dari semua masalah yang terjadi, Jolin memang tergolong jahat. Dia menyusun rencana penculikan Jules, termasuk kecelakaan yang hampir memakan nyawa Jerry di saat acara Natal waktu itu. Namun semua yang dilakukan Jolin hanyalah perintah dari majikannya saja.Hanya saja, apakah Jolin itu memang adalah orang yang berhati jahat? Sepertinya bukan. Dia hanyalah alat di tangan Lidora. Seandainya Jolin berhati jahat, dia pasti tidak akan menolak perasaan Dimas. Dia bahkan akan memanfaatkan Dimas untuk menaikkan kedudukannya.Jolin menebar janji manis demi mendapatkan hati para lelaki. Namun, dia malah menolak ketulusan hati Dimas. Bukannya Jolin s
Candice segera menjelaskan, “Aku nggak bermaksud lain. Aku merasa Kak Cahya sudah nggak muda lagi, akhirnya dia jadi ayah juga.”“Jadi, gimana dengan kamu?” Claire meletakkan tangannya di atas pundak Candice. “Kapan Louis juga jadi ayah?”Candice menepis tangannya. “Menjengkelkan sekali.”Suara tawa Claire dan Cherry semakin keras lagi.Pada saat ini, Cahya dan Louis berjalan ke dalam. “Suara kalian sampai ke bawah..”Candice mengadu, “Mereka lagi tertawain aku.”Cahya mengangkat-angkat pundaknya. Dia duduk di samping Cherry. Sementara, Louis berlagak melihat ke sisi lain.Candice meremas kerah pakaian Louis. “Kamu lagi lihat apa?” Dia berkata dengan mengentakkan kakinya. “Kamu nggak bantuin aku?”Claire tersenyum. “Candice, jangan adu domba hubungan kita, ya. Gimanapun, aku itu kakak iparmu.”Candice menatap Claire. “Aku juga adik iparmu.” Namun setelah dipikir-pikir, Candice pun berkata, “Coba kamu lihat, dia lagi cari keuntungan, nih. Masa aku jadi adiknya.”Claire terdiam. “Sudahla
Sebelumnya Claire tidak ingin membawa pulang catatan itu. Dia merasa catatan itu sangatlah penting bagi Owl. Dia tahu hingga saat ini, Owl masih memendam perasaan terhadap ibunya.Claire kepikiran sesuatu. “Gimana dengan Izza? Apa dia telah menemukan anggota keluarganya?”River menjawab, “Owl telah menemukan kabar orang tuanya. Izza juga sudah mencari mereka, tapi aku juga tidak tahu apakah mereka sudah saling kenal atau tidak.”Seusai berbicara, River menatap Claire. “Ada yang ingin aku beri tahu.”Claire merasa agak syok. “Masalah apa?”“Kakekmu masih hidup.” Seusai River berbicara, tampak Claire merasa kaget hingga menutup mulutnya. Sebenarnya Claire juga merasa kakeknya belum meninggal. Sebab, mereka tidak bisa menemukan jasadnya. Mana mungkin kakeknya akan meninggal?“Jadi, Kakek … dia ….” Suara Claire terdengar gemetar.Raut wajah River tampak serius. “Dia memang masih belum meninggal, tetapi kakekmu mengalami luka berat akibat kecelakaan waktu itu. Sekarang dia hanya bisa berbar
“Kamu juga sudah lihat sendiri, ‘kan?” Candice melipat tangannya di depan dada. “Waktu itu dia bilang karena merasa bersalah, nggak bakal ketemuan sama wanita itu lagi. Semuanya cuma omongannya saja. Hehe.”Claire mengerutkan keningnya. “Ini kejadian kapan?”“Akhir tahun. Sebelum aku dan dia daftarin pernikahan kami.” Candice langsung berdiri. “Claire, dia rahasiain masalah ini dari aku. Dia nggak beri tahu aku. Foto-foto ini aku dapat dari orang lain.”Kedua mata Candice tampak memerah. Dia kelihatan sangat putus asa. “Aku juga nggak larang mereka bersama. Aku bisa mundur, kok. Kenapa dia mesti bohongi aku?”Claire memeluk Candice, berusaha untuk menenangkannya. “Kamu jangan nangis. Candice, aku akan bantu kamu untuk selidiki masalah ini sampai tuntas.” Seusai berbicara, dia menyeka air mata di wajah Candice. “Kalau Kak Louis memang berengsek, aku pasti nggak akan izinin kalian menikah. Kamu kirim foto-foto ini kepadaku.”Candice mengangguk.Setelah Candice pergi, Claire menyuruh rese
Seusai berbicara, Chelsea menatap Claire. “Jadi, waktu itu tim sutradara mengundang mereka ke lokasi syuting. Setelah selesai berunding dengan sutradara, Pak Johan mengundang kami untuk menyaksikan sebuah pertunjukan musik. Setelah itu, sutradara traktir makan. Waktu kami makan, Pak Johan duduk di sampingku. Aku dan Louis juga nggak sering berinteraksi. Kami berinteraksi cuma saat dia menjelaskan sedikit pengetahuan mengenai alat musik.”Seusai menjelaskan, tetiba Chelsea tersenyum. “Setelah Louis memilih Candice, aku tahu hubungan kami sudah nggak mungkin lagi. Waktu itu, dia memang pernah menemaniku untuk menghadiri sebuah acara makan, tapi itu juga karena aku minta bantuan dia. Lagi pula, sekarang mereka sudah mendaftarkan pernikahan mereka, aku juga nggak bersedia untuk jadi simpanan.”Akhirnya Claire mengetahui apa yang terjadi. Sebenarnya wajar jika mereka saling bertatap muka ketika bekerja. Hanya saja ….Foto-foto yang dipotong sebagian itu tidak seperti foto yang sengaja disun
Candice tidak tahu apakah Louis pantas dipercaya atau tidak. Mungkin bukan Candice tidak percaya dengan Louis, melainkan … Candice terlalu peduli padanya.Louis membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Kebetulan Claire berjalan ke depan pintu, lalu bersandar di balik pintu. “Ke mana?”Ketika mendengar suara itu, Candice langsung duduk. “Claire ….”Claire melirik Candice sekilas, lalu berjalan ke hadapan Louis. Dia pun tersenyum. “Kamu ingin cari perhitungan sama Chelsea?”Louis menekan-nekan keningnya. “Aku hanya ingin bertanya saja ….”“Foto-foto itu bukan kerjaan dia.” Claire melewati sisi Louis, lalu berjalan ke hadapan Candice.Louis merasa syok, begitu pula dengan Candice.Claire melihat Candice yang menangis itu sembari tersenyum. “Dasar bodoh! Apa kamu nggak lihat Louis mau minta penjelasan sama Chelsea? Kalau aku nggak datang, masalah ini pasti sudah heboh.”Candice semakin bingung. “Claire, apa kamu tahu sesuatu?”Louis berjalan menghampirinya. “Foto apa?”Claire menyerahka
Javier menunduk sedang membaca dokumen. “Masuk.”Claire mendorong pintu. Javier mengangkat cangkir kopi, lalu mencicipinya. Tatapannya tak berhenti tertuju pada dokumen. Dia mengira orang yang masuk ke dalam ruangan adalah Roger. “Ada urusan apa?”Claire berjalan melewati meja kerja, lalu menggenggam pergelangan tangan Javier.Ketika Javier melihat kedatangan Claire, dia langsung merangkul pinggang Claire, lalu memangkunya. Dia bertanya sambil menyentil hidung wanitanya, “Kamu ingin menyerangku?”Claire melingkari leher Javier. “Kamu sendiri yang terlalu serius sampai nggak nyadar aku ke dalam.” Claire mendekatinya. “Kenapa? Kamu kira yang masuk itu Roger?”Javier pun tersenyum. “Kalau yang masuk itu Roger, aku pasti akan tendang dia sampai ke kutub utara.”Claire mengusap wajah Javier. Javier langsung menahan tangan Claire, lalu mengecup jemari indahnya. “Claire, apa kamu datang untuk memberi kehangatan?”Claire langsung berdiri, lalu memeluk Javier dari belakang. “Mimpi! Aku ingin mi
Dalam sesaat, Candice tidak bisa bersuara. Dia selalu menganggap George sebagai teman terbaiknya lantaran George sangat memahaminya. Dia bahkan tidak tahu bahwa George bersedia untuk memahaminya karena George memiliki perasaan terhadapnya.“Tapi … kenapa dia nggak pernah beri tahu aku?” Candice sungguh tidak habis pikir.Claire mengangkat cangkir tehnya. Tatapannya tertuju pada teh di dalam cangkir. “Terkadang ketika ucapan itu dilontarkan, kemungkinan kalian nggak bisa berteman lagi.”Sambil berbicara, Claire pun menatap Candice. “Apa kamu yakin kamu nggak akan terkejut kalau George tiba-tiba mengutarakan perasaannya? Apa kamu nggak bakal jauhi dia?”Saat ini, Candice tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia tidak pernah memikirkan masalah ini sebelumnya. Seandainya George mengutarakan perasaan terhadapnya, apa yang akan dia lakukan?Claire memegang punggung tangan Candice. “Aku tahu kamu hanya menganggap George sebagai teman baikmu. Tapi cuma kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini.”
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me