Javier menunduk sedang membaca dokumen. “Masuk.”Claire mendorong pintu. Javier mengangkat cangkir kopi, lalu mencicipinya. Tatapannya tak berhenti tertuju pada dokumen. Dia mengira orang yang masuk ke dalam ruangan adalah Roger. “Ada urusan apa?”Claire berjalan melewati meja kerja, lalu menggenggam pergelangan tangan Javier.Ketika Javier melihat kedatangan Claire, dia langsung merangkul pinggang Claire, lalu memangkunya. Dia bertanya sambil menyentil hidung wanitanya, “Kamu ingin menyerangku?”Claire melingkari leher Javier. “Kamu sendiri yang terlalu serius sampai nggak nyadar aku ke dalam.” Claire mendekatinya. “Kenapa? Kamu kira yang masuk itu Roger?”Javier pun tersenyum. “Kalau yang masuk itu Roger, aku pasti akan tendang dia sampai ke kutub utara.”Claire mengusap wajah Javier. Javier langsung menahan tangan Claire, lalu mengecup jemari indahnya. “Claire, apa kamu datang untuk memberi kehangatan?”Claire langsung berdiri, lalu memeluk Javier dari belakang. “Mimpi! Aku ingin mi
Dalam sesaat, Candice tidak bisa bersuara. Dia selalu menganggap George sebagai teman terbaiknya lantaran George sangat memahaminya. Dia bahkan tidak tahu bahwa George bersedia untuk memahaminya karena George memiliki perasaan terhadapnya.“Tapi … kenapa dia nggak pernah beri tahu aku?” Candice sungguh tidak habis pikir.Claire mengangkat cangkir tehnya. Tatapannya tertuju pada teh di dalam cangkir. “Terkadang ketika ucapan itu dilontarkan, kemungkinan kalian nggak bisa berteman lagi.”Sambil berbicara, Claire pun menatap Candice. “Apa kamu yakin kamu nggak akan terkejut kalau George tiba-tiba mengutarakan perasaannya? Apa kamu nggak bakal jauhi dia?”Saat ini, Candice tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia tidak pernah memikirkan masalah ini sebelumnya. Seandainya George mengutarakan perasaan terhadapnya, apa yang akan dia lakukan?Claire memegang punggung tangan Candice. “Aku tahu kamu hanya menganggap George sebagai teman baikmu. Tapi cuma kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini.”
Candice spontan menurunkan tangannya. “George, tapi aku hanya menganggapmu sebagai teman terbaikku. Aku nggak pernah kepikiran ….”George menahan pundak Candice. George yang sekarang terasa sangat asing bagi Candice. “Kamu ….”“Candice, kamu pernah bilang kamu tidak akan menikah dengan Louis. Semua itu hanyalah perjodohan keluarga kalian saja ….” George menempelkan telapak tangannya di wajah dingin Candice. “Tapi sikapmu terhadapnya sewaktu di rumah sakit waktu itu menyadarkanku mungkin aku akan kehilanganmu.”Candice mendorong George. Raut wajahnya kelihatan serius. “George, apa benar kamu yang kirim foto-foto itu?”George tidak menyangkal dan tidak mengakuinya. “Gimana kalau iya?”Pundak Candice sedikit gemetar, begitu pula dengan bibirnya. “Kenapa kamu berbuat seperti ini …. Aku percaya banget sama kamu. Saat Claire bilang sama aku, aku bahkan nggak percaya sama sekali. Aku kira dia salah paham.”Tangan yang menggenggam pundak Candice semakin erat lagi. Dia membungkukkan tubuhnya un
Louis dapat merasakan tubuh Candice sedang gemetar. Dia langsung berlari ke hadapan Candice, lalu setengah berjongkok di hadapannya. Dia menggenggam tangan dingin Candice, lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”Claire juga menatapnya.Candice langsung menangis dengan keras. “Maaf … maaf … aku bukan sengaja.” Candice sungguh merasa takut dan tidak tenang. Kali ini, dia tidak bisa memendam perasaannya lagi.Louis langsung memasukkan kepala Candice ke dalam pelukannya. Candice masih tak berhenti gemetar dan terus meminta maaf dengan menangis.Sepertinya Claire menyadari sesuatu. Pada saat ini, dokter berjalan keluar dari ruangan UGD, lalu bertanya, “Di mana anggota keluarga George?”Candice menahan tangisnya, lalu mendorong Louis. Dia berjalan maju dengan tubuh gemetar. “Aku … aku temannya.”Dokter berjalan ke sisinya. “Apa kamu kenal dengan anggota keluarganya?”Candice tidak sanggup untuk berbicara. Claire langsung berjalan ke hadapan dokter, lalu membalas, “Aku akan bantu untuk hubungi ang
Claire berjalan ke luar ruang pasien. Saat dia masuk ke dalam ruangan, Candice masih memandang ke luar jendela. Dia berjalan ke sisi ranjang, lalu duduk di bangku. “Candice, tujuh hari lagi akan diadakan upacara pemakaman George.”Ketika mengungkit masalah George, Candice baru mulai merespons. Jari tangannya tampak gemetar.Claire menggenggam tangan Candice, lalu berkata, “Aku tahu, kamu menyalahkan dirimu. Aku juga menyalahkan diriku. Waktu itu, aku seharusnya menemanimu ke sana. George bisa meninggal juga demi menyelamatkan nyawamu. Kamu nggak bisa melupakan rasa sakit di hatimu ini. Jadi, kamu merasa bersalah sama dia.”Tetiba Candice bersuara, “Semua ini salahku …. Aku sudah mencelakainya. Orang yang seharusnya mati itu aku ….”“Candice, nggak ada yang benar maupun salah dalam masalah ini. Apa dia menyelamatkanmu supaya kamu hidup dalam rasa bersalah?”Air mata Candice mulai menetes. Dia menggeleng. “Tapi aku ….”“Sudahlah, jangan bicara lagi.” Claire menyeka air matanya. “Sebenarn
Ketika Annisa mengatakan ucapan itu, Claire seolah-olah membayangkan George masih hidup. Terkadang di saat sedang berduka, mereka yang tidak bisa menerima kenyataan, akan memilih untuk menghindar. Itulah sebabnya Annisa bisa berkhayal serasa mendiang masih di muka bumi ini.Claire tidak menyela setiap omongan Annisa. Dia seolah-olah sedang mengobrol santai dengan Claire saja. Namun seiring berjalannya waktu, Annisa pun menangis sembari tersenyum. Nada bicaranya juga terdengar terisak-isak.Saat ini, Candice berjalan mendekat dengan memeluk sebuah kotak usang.Claire menatap ke sisinya. Candice berhenti di hadapan Annisa, lalu memaksakan wajah pucatnya untuk menunjukkan senyuman. Dia menyerahkan kotak usang itu kepada Annisa. “Tante, di dalamnya ada buku perpustakaan sekolah yang dipinjamkan George untuk aku dulu. Setiap kali aku selalu menindasnya, aku nggak pernah balikin buku pinjamannya. Itulah sebabnya buku George sering dipanggil wali kelas sampai dilarang ke perpustakaan lagi.”K
Cahya memalingkan kepalanya. Saat ini, Javier dan Claire sudah tidak kelihatan batang hidungnya lagi. Dia pun tersenyum. “Dari mana ada yang lain?”Cherry spontan tersenyum.Cahya menunduk untuk mengecup Cherry. Cherry menjulurkan tangan untuk memeluknya. Gambaran kedua orang tampak indah di bawah pancaran cahaya lampu putih.Saat ini, di area parkiran.Javier menindih Claire di atas kap mobil sembari menciumnya dengan ganas. Telapak tangan Javier meraba dari bibir hingga ke lehernya.Claire menopang wajah Javier. Dia sedang berusaha mengembalikan akal sehatnya. “Berhenti! Kita bukan lagi di rumah!”Javier tersenyum. Dia menggenggam tangan Claire, lalu mengecup jari tangannya. “Kalau begitu, ayo pulang.”Setelah pulang ke Vila Blue Canyon, kedua orang mulai berciuman di depan rak sepatu. Javier tak bisa menahan hasratnya lagi. Dia memeluk Claire, lalu menggendong Claire ke atas meja.Javier melepaskan dasinya sembari melayangkan pandangan ganas ke wanitanya. “Kamu tidak bisa kabur lagi
“Apa kamu baik-baik saja?” Saat Widya hendak berdiri, orang itu mengulurkan tangannya. Widya pun tertegun, lalu spontan mengangkat kepalanya.Widya memandang lelaki tampan di hadapannya. Saking tampannya, dia pun terbengong di tempat.Sejak kapan kedatangan cowok ganteng di perusahaan?Hendri menatapnya dengan bingung. “Hei, apa … kamu baik-baik saja?”“Oh … maaf.” Widya segera berdiri, lalu menepuk-nepuk roknya. Senyumannya semakin cerah lagi. “Aku baik-baik saja.”Hendri mengangguk, lalu melintasi sisinya.Widya kepikiran sesuatu. Namun, si lelaki sudah berjalan ke departemen administrasi. Dia pun terbengong. Jangan-jangan dia kenal dekat dengan Bu Claire?Claire mendengar suara ketuk pintu. Dia meletakkan kontrak, lalu berkata, “Masuk.” Dia menatap lelaki yang berjalan ke dalam ruangan dengan bingung. “Kamu?”Si lelaki menatapnya. “Ini aku, Hendri.”Claire berdiri, lalu mengamati Hendri selama beberapa saat. “Hendri?” Dia berjalan ke hadapan Hendri. “Kamu operasi plastik?”Hendri me
Bastian mengusap keningnya. “Jangan-jangan kamu ingin beli gaun pengantin itu? Aku sarankan kamu urungkan niatmu. Nyonya Herla tidak akan menjualnya. Waktu itu, saat Tuan Putri Negara Shawana menikah, dia juga menginginkan gaun pengantin itu, tapi permintaannya ditolak mentah-mentah oleh Nyonya Herla. Pada akhirnya, dia hanya bisa menyewanya dengan harga tinggi. Hanya disewakan untuk sehari saja.”Lagi pula, Herla tidak akan menyewa gaun pengantin ke sembarang orang. Ada banyak selebritas dari negara barat hendak menyewa gaunnya, tapi dia menolak permintaan mereka semua.Jodhiva tersenyum. “Tentu saja disewa. Masalah harga bukan masalah. Aku jamin akan mengembalikannya dengan sempurna.”Bastian menarik napas dalam-dalam. “Demi sepotong gaun pengantin, kamu malah rela menghabiskan banyak uang.”“Tuan Putri itu saja rela, kenapa aku tidak rela menghabiskan uang untuk istriku? Aku pasti akan memberikan yang terbaik untuknya.”Bastian mengangguk. “Baiklah, cowok yang sudah punya istri mema
Ariel mengunyah kacang sembari menyindir, “Pelayanannya bagus juga.”Mereka berdua berjalan di sekitar. Jodhiva menguliti kulit kacang, sedangkan Ariel sedang menyantapnya. Terkadang dia menyuapi kacang ke mulut Jodhiva.Panggangan di depan mata memang tidak bisa dinikmati Ariel. Hanya saja, dia merasa sangat gembira.“Ariel?” Tiba-tiba ada yang memanggil Ariel. Dia memalingkan kepalanya, lalu melihat Alicia sedang berdiri di luar restoran. Sepertinya dia baru berjalan keluar dari sana.Ariel merasa kaget. Dia spontan melirik Jodhiva.Alicia juga tidak menyangka akan bertemu Ariel dan Jodhiva di Area Homa. Dia berjalan ke sisi mereka. “Kenapa kalian bisa datang ke Area Homa?”“Emm, kami datang buat ….”“Foto pengantin.” Jodhiva merangkul pundak Ariel, lalu berjalan ke sisi Alicia. “Bulan depan kami akan mengadakan resepsi pernikahan. Kebetulan kami memilih untuk melakukan pengambilan foto pengantin di Area Homa.”Alicia menurunkan kelopak matanya sembari tersenyum. “Ternyata begitu. Se
Jules tersenyum, lalu merangkul Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak masalah. Lagi pula, anak kita juga akan lahir di musim panas nanti.”Jessie mengusap perut buncitnya dengan tersenyum. “Musim panas, ya? Entah anak kita itu Taurus atau Gemini?”Jules mencium kening Jessie. “Semua itu bukan masalah.”Pada saat ini, di Area Homa.Jodhiva memilih untuk melakukan foto pengantin di kediamannya. Tim fotografer yang mengikuti mereka adalah tim yang biasanya memotret para selebritas. Tingkat profesional mereka sudah tidak perlu diragukan lagi, begitu pula dengan harganya.Lokasi pengambilan gambar dilakukan di banyak tempat. Setiap kali berpindah lokasi, mereka mengganti satu set gaun pengantin. Semua gaun dirancang khusus dari merek terkenal dengan gaya yang berbeda-beda.Dari pagi hingga sore, mereka mengunjungi banyak lokasi dan mengambil hampir seribu foto pernikahan.Setelah kembali ke hotel, Ariel merasa capek dan berbaring di tempat tidur. “Ternyata mengambil foto pernikahan sangat mele
Bukannya ibu hamil harus istirahat dengan baik? Bagaimana kalau sampai tersenggol? Bukannya akan celaka?Yogi berhenti di tempat. “Selamat.”Ariel tersenyum. “Terima kasih.”“Kak!” Riko datang bersama dua orang pengawal. Ada banyak hadiah di tangan dua orang pengawal itu. Semuanya adalah mainan anak-anak.“Kak, setelah aku dengar kabar kamu lagi mengandung, aku langsung pergi ke mal. Aku rasa anakmu pasti cowok. Jadi, aku sudah beli mainan cowok.”Ujung bibir Ariel berkedut. Dia meletakkan gelas airnya. “Kamu itu memang baik sekali.”Riko pun tersenyum lebar. “Tentu saja, aku saja tidak pernah bersikap sebaik ini terhadap ayahku. Tapi, ayahku juga tidak butuh semua ini, semua ini milikmu. Setelah anakmu dilahirkan nanti, jangan lupa beri tahu dia semua mainan ini dibeli olehku.”Ariel mengangguk. “Baik.”Riko menyuruh pengawal untuk meletakkan hadiah. Dessy membungkuk ke sisi Ariel. “Nona, adikmu ini aktif sekali, ya.”Ariel menunjukkan senyuman canggung, lalu membalas dengan suara kec
Ariel mengangguk.“Bagus sekali. Aku mau beri tahu Tuan Tobias!” Dessy mengambil ponselnya untuk menghubungi Tobias.Saat Tobias mengetahui kabar kehamilan putrinya, dia langsung mengesampingkan mahyongnya. Firman mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Apa benar Ariel lagi mengandung?”Tobias tersenyum lebar. Meski dia kalah dalam permainan, dia juga merasa sangat gembira saat ini. “Tentu saja! Dia saja sudah periksa di rumah sakit. Astaga! Akhirnya aku jadi kakek!”Dua teman main mahyong lainnya mengucapkan selamat. “Hebat, Tuan Tobias! Kabar ini adalah kabar gembira. Ingat traktiran.”Tobias melambaikan tangannya. “Tenang saja.”Setelah Ariel kembali ke Vila Galatta, dia langsung pergi ke ruang baca Jodhiva. Saat Jodhiva sedang membaca buku, dia melihat Ariel melempar selembar kertas di atas meja. “Coba kamu lihat!”Gerakan tangan Jodhiva berhenti. Saat membaca tulisan “Laporan Kehamilan”, Jodhiva langsung mengangkat kepalanya.Ariel berkata, “Aku sudah hamil.”Jodhiva meletakka
Usai berbicara, Samuel hendak mengambil ponsel. Levin pun berdiri. “Oke, kalau begitu, aku akan mencobanya. Jangan sampai nanti dibilang, tidak ada yang bisa diandalkan dari Agensi Solar.”Samuel membawa Levin untuk ketemuan dengan Proto di restoran. Saat bertemu, Levin mengikuti persyaratan Samuel untuk mengenakan kacamata.Proto bisa memilih Levin karena melihat dia memiliki sikap sopan santun yang mirip dengan Firman. “Apa Tuan Levin pernah memerani peran antagonis?”Levin menjawab dengan terus terang, “Tidak pernah.”Jari tangan Proto saling bertautan. Dia meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan serius, “Bagus kalau tidak pernah. Aku sudah menonton serial ‘Embun’, Pak Samuel juga pernah bilang kalau aktingmu biasa-biasa saja. Tapi dalam filmku, aku tidak mencari yang jago dalam berakting, aku mengutamakan kepribadian aslimu.”Levin tertegun beberapa detik. "Tapi karakter ini tidak seperti aku. Kamu ingin aku memerankan seorang pria yang munafik, mungkin aku ….”“Semua itu s
Terdengar suara Yelena dari ujung telepon. “Apa Ayah dan Ibu nggak beri tahu kamu?”“Beri tahu apa?”Yelena tersenyum dingin. “Mereka minta uang sama kamu untuk mendaftarkanku ke akademi perfilman. Kebetulan, aku lolos ujian masuk.”Erin langsung berdiri. “Apa? Mereka daftarin kamu ke akademi perfilman? Kenapa kamu nggak beri tahu aku?”“Apa gunanya beri tahu kamu? Kamu selalu menuruti apa kata Ayah dan Ibu. Kalau diminta uang, kamu juga selalu memenuhi permintaan mereka. Uangmu itu seperti nggak ada nomor serinya. Gara-gara kamu, sekarang adik kita sudah tamat, tapi dia selalu saja tiduran di rumah, menunggu dikirim uang sama kamu. Kamu sudah seperti orang tuanya saja yang terus mengasuhnya. Semoga saat kamu tua nanti, dia bisa menjagamu.”“Yelena ….”Tanpa menunggu balasan dari Erin, Yelena langsung mengakhiri panggilan.Keesokan harinya, Yelena mendapatkan peran sebagai adik perempuannya Wilmar. Proto meminta Yelena untuk membaca naskah, lalu memintanya untuk menguasai peran dalam w
Samuel menjelaskan, “Pak Proto memiliki standar yang berbeda dalam memilih pemeran dibandingkan sutradara lain. Dia mencari artis yang benar-benar sesuai dengan kondisi karakter. Baginya, pengalaman pribadi artis yang mirip dengan karakter akan membantu mereka dalam menampilkan perasaan yang paling alami, sebab gadis berusia 20 tahun itu tidak memiliki banyak pengalaman akting.”Dacia merasa terkejut. Ternyata begitu alasannya.Bagaimanapun, dari enam karakter tersangka dalam cerita, ada dua karakter yang paling kompleks, yaitu abang dan adik perempuan dari Keluarga Martha.Adik perempuan dari “Tuan Wilmar” adalah karakter dengan latar belakang yang sangat khusus. Dalam Keluarga Martha, yang lebih mementingkan anak laki-laki dibandingkan perempuan, keberadaan gadis ini semata-mata adalah untuk menyelamatkan abangnya.Dia terpaksa berhenti sekolah di usia muda, bekerja di dunia malam, menghadapi berbagai macam orang dan gaya hidup mewah. Dia adalah karakter yang sangat rendah diri, teta
Ketika mendengar balasan Clara, Dacia spontan tersenyum. Sepertinya Jerremy menjalankan tanggung jawabnya sebagai paman dengan sangat baik.Tidak lama kemudian, Jerremy telah tiba di Vila Kandara. Dia berjalan ke dalam ruang tamu, lalu melihat Clara sedang bermain bersama Jennie di sana. Dacia menyuguhkan makan malam dari dapur, lalu mengangkat kepalanya. “Pulangnya cepat sekali?”Jerremy pun tersenyum. Dia melonggarkan dasinya, lalu berjalan mendekati Dacia. “Ini yang namanya kejutan? Kamu malah bawa putriku kabur dari rumah?”Dacia menyuapi sepotong daging ke mulut Jerremy. “Dicoba?”Jerremy memakannya. “Jam berapa sampainya?”Dacia membalas dengan serius, “Siang hari tadi. Tadi aku temani Jennie, lalu pergi ke Agensi Solar. Kemudian, aku bawa Jennie ke sini.”Tiba-tiba Jennie menangis.Clara menggendong Jennie. “Tante, sepertinya Adik lapar.”Hanya saat kelaparan saja, Jennie baru akan menangis.Dacia berjalan maju untuk menggendong Jennie. “Jennie sudah lapar. Kalau begitu, aku ma