“Apa kamu baik-baik saja?” Saat Widya hendak berdiri, orang itu mengulurkan tangannya. Widya pun tertegun, lalu spontan mengangkat kepalanya.Widya memandang lelaki tampan di hadapannya. Saking tampannya, dia pun terbengong di tempat.Sejak kapan kedatangan cowok ganteng di perusahaan?Hendri menatapnya dengan bingung. “Hei, apa … kamu baik-baik saja?”“Oh … maaf.” Widya segera berdiri, lalu menepuk-nepuk roknya. Senyumannya semakin cerah lagi. “Aku baik-baik saja.”Hendri mengangguk, lalu melintasi sisinya.Widya kepikiran sesuatu. Namun, si lelaki sudah berjalan ke departemen administrasi. Dia pun terbengong. Jangan-jangan dia kenal dekat dengan Bu Claire?Claire mendengar suara ketuk pintu. Dia meletakkan kontrak, lalu berkata, “Masuk.” Dia menatap lelaki yang berjalan ke dalam ruangan dengan bingung. “Kamu?”Si lelaki menatapnya. “Ini aku, Hendri.”Claire berdiri, lalu mengamati Hendri selama beberapa saat. “Hendri?” Dia berjalan ke hadapan Hendri. “Kamu operasi plastik?”Hendri me
Beberapa pegawai wanita tersenyum.Claire menatap mereka, lalu tersenyum sembari mengangkat-angkat alisnya. “Bekerjalah dengan baik. Aku akan rekrut lebih banyak cowok ganteng lagi.”“Bu Claire, kami cinta banget sama kamu!”Claire memalingkan kepala untuk menatap Widya. “Kamu ajari dia selama beberapa waktu ini.”Widya terbengong, lalu melirik Hendri sekilas. Kemudian, dia baru mengangguk.Claire membalikkan tubuhnya, menepuk pundak Hendri. “Kerjalah dengan baik.”Setelah Claire pergi, Widya menatap Hendri dengan tersenyum. “Aku bawa kamu ke meja kerjamu dulu, ya. Kemudian, aku bawa kamu keliling perusahaan.”Hendri mengangguk.…Sore harinya, Claire dan River sedang makan bersama di restoran. Sembari makan, mereka juga melakukan panggilan video dengan Wilson.Wilson sedang duduk di kursi roda. Ubannya semakin banyak saja. Wajahnya juga kelihatan semakin tua saja. Saat ini, setengah tubuhnya sudah lumpuh. Dia tidak bisa hidup sendiri, mesti dilayani orang lain.Kedua mata Claire tampa
Steven mengangguk. Dia kepikiran sesuatu. “Tapi, aku hanya berharap semoga Jody tidak seperti kakekmu yang tidak berperasaan itu. Bocah itu sudah lama di bawah didikan kakekmu. Karakternya bahkan semakin mirip dengan kakekmu.”Javier pun tersenyum. “Meski Kakek sadis, bukannya dia sangat nurut sama ucapan Nenek.”Setelah dipikir-pikir, sepertinya tidak ada yang salah dengan ucapan Javier.“Oh ya, Ayah.” Tetiba Javier kepikiran sesuatu. “Aku lupa memasukkan ketiga anak ke dalam kartu keluarga.”“Terlalu banyak yang terjadi pada 3 tahun lalu. Kamu malah sempat lupa ingatan.” Steven mendengus dingin. “Kalau kamu tidak mengungkitnya, aku kira kamu sudah melupakannya.”Javier sungguh tidak berdaya.Steven mengusap dagunya sembari merenung. “Nama Jessie tidak usah diganti. Namanya cukup bagus. Hanya saja, sepertinya ada yang kurang dengan nama Jerry dan Jody.”Waktu itu, Claire juga tidak terlalu memedulikan masalah nama. Boleh dikatakan bahwa dia hanya asal pilih saja.“Kamu itu kakeknya me
Claire menggeleng. “Nggak.”Mereka berdua berjalan pergi. Kebetulan Widya sedang di dalam sana. Fendra dan Claire berjalan ke dalam kerumunan, lalu menepuk pundaknya.Claire memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Bu Claire, coba kamu lihat pelanggan hari ini banyak sekali!”Saat Claire hendak bertanya apa yang terjadi, tampak Hendri sedang mengenakan kalung di leher seorang pelanggan. Kemudian, dia memperkenalkan aksesori yang cocok untuk mereka. Wanita muda mana yang tidak suka dengan dilayani lelaki tampan, apalagi yang jago memilihkan aksesori untuk pelanggan, bahkan bantu mengenakannya?Kali ini Claire tertegun di tempat.Fendra bertanya pada Widya, “Sejak kapan kedatangan anak baru?”“Baru saja direkrut sama Bu Claire,” jawab Widya.Claire tersadar dari bengongnya. Dia pun berkata pada Fendra, “Perubahannya drastis sekali, ‘kan? Bocah itu si Hendri.”Fendra sungguh tidak berani memercayainya. Dia mengamati dengan saksama, lalu membalas, “Serius?”Hendri sedang meng
Hendri bahkan bias merasakan gelang berwarna muda itu lebih cocok dengan pelanggan wanita itu. Kulit wanita itu agak gelap. Jika dia mengenakan gelang berwarna merah muda, dia pun akan kelihatan tidak berkelas dan kulitnya akan kelihatan semakin gelap lagi. Namun, jika dipadukan dengan gelang berwarna muda, gelang itu tidak akan terasa kontras di kulitnya, malah akan kelihatan lebih elegan.Claire mengusap dagunya sembari merenung. Dia sungguh tidak menyangka Hendri jago juga.Sekitar dua jam kemudian, akhirnya Hendri selesai melayani para pelanggan. Dia pun kembali ke departemen administrasi. Tatapan para wanita pun tertuju pada dirinya.Entah kenapa Hendri memiliki firasat buruk. Seketika tampak mereka sedang mengelilinginya, lalu meminta bimbingan darinya. “Kamu pintar sekali. Lain kali kamu bantuin aku pilih perhiasan juga, ya.”“Aku paling nggak suka memilih. Seleraku juga nggak bagus. Kamu bantu aku, ya.”“Lain kali kamu bantu aku padukan sesuai dengan warna kulitku, ya. Aku bena
Claire tersenyum. “Paman Fendra memang hebat, ya. Nggak sia-sia Paman berkecimpung di kalangan kelas atas.”Fendra juga tersenyum. “Namanya kita bekerja di bidang perhiasan. Sudah seharusnya memiliki selera yang bagus. Dunia fesyen erat berkaitan dengan dunia perhiasan. Seandainya kita tidak memiliki selera yang bagus, kemudian semua orang mengejar hal yang sama, dunia fesyen pun sudah musnah sejak dulu.”Widya yang duduk itu merasa sangat gugup. Dia sedang menunggu perhiasan hasil pilihan Hendri. Kemudian, Hendri memilih sebuah anting-anting model rumbai untuknya.Claire menatapnya. “Kenapa kamu memilih model ini?”Widya juga penasaran.Hendri berpikir sejenak. “Wajahnya tidak terlalu kurus. Anting model rumbai panjang ini akan membuat wajahnya kelihatan lebih tirus.”Widya memegang wajah yang agak empuk itu. “Apa wajahku kelihatan gendut sekali?”Hendry refleks mengangguk.Claire langsung menepuk kepalanya. “Gendut apaan? Model wajah Widya itu bulat. Kalau dia itu pelanggan, dia past
Di Perusahaan Angkasa.Roger berdiri sembari membuka tabletnya untuk melaporkan pekerjaan. Javier mengangkat cangkir kopinya, tetapi dia tidak meminumnya sama sekali. Tangannya yang satu lagi mengetuk-ngetuk meja, kelihatan sangat tidak fokus.Roger mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan bingung, “Tuan Javier?”Javier memandang ke luar jendela. “Belakangan ini sepertinya bisnis Soulna semakin bagus saja.”Roger tersenyum. “Bukankah bagus jika bisnis Nyonya laris?”Javier mengerutkan keningnya. “Apa ada pegawai lelaki yang baru bekerja di perusahaannya?”Kali ini, Roger tertegun. Ternyata fokus Tuan Javier ada di sini?Javier meletakkan cangkir kopi di atas meja. Raut wajahnya kelihatan sangat sinis. “Dengar-dengar dia sangat fokus dalam mendidik lelaki itu?”Roger membalas, “Tuan, bukankah wajar kalau Nyonya mendidik anak baru?”Javier mengangkat kepala untuk menatapnya. Raut wajah Javier saat ini kelihatan sangat tidak bagus. “Dia sibuk mendidik anak baru hingga tidak punya waktu
Melihat Javier memasuki ruangan, Widya segera keluar. Tak lupa juga dia menutup pintu dengan rapat.Javier berhenti di sisi Claire dengan menopang kedua tangannya di atas meja. Tubuhnya dicondongkan ke depan untuk mendekati Claire. “Semenjak perusahaan rekrut anak baru, sepertinya kamu tidak ingat suamimu lagi. Apa hatimu telah berubah?”Mendengar nada bicara serius Javier, Claire tak sanggup menahan tawanya. “Sayangku, kamu lagi cemburu, ya?”Javier menyipitkan matanya.Claire juga mencondongkan tubuhnya, lalu mengecup bibir Javier. Senyumannya semakin cerah lagi. “Baiklah, nanti kita ke mal bareng saja. Setelah belanja pakaian buat dia, aku masih harus cariin tempat tinggal buat dia.”Kening Javier tampak berkerut. Raut wajahnya semakin muram lagi. “Kamu begitu peduli sama dia?”Claire langsung mengangguk. Menyadari ekspresi masam Javier, Claire langsung menarik dasinya. “Aku bawa kamu ketemu sama dia?”Javier menarik dasinya. “Tidak mau.”Saat Javier hendak menegakkan tubuhnya, Clai
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me