Cahya memalingkan kepalanya. Saat ini, Javier dan Claire sudah tidak kelihatan batang hidungnya lagi. Dia pun tersenyum. “Dari mana ada yang lain?”Cherry spontan tersenyum.Cahya menunduk untuk mengecup Cherry. Cherry menjulurkan tangan untuk memeluknya. Gambaran kedua orang tampak indah di bawah pancaran cahaya lampu putih.Saat ini, di area parkiran.Javier menindih Claire di atas kap mobil sembari menciumnya dengan ganas. Telapak tangan Javier meraba dari bibir hingga ke lehernya.Claire menopang wajah Javier. Dia sedang berusaha mengembalikan akal sehatnya. “Berhenti! Kita bukan lagi di rumah!”Javier tersenyum. Dia menggenggam tangan Claire, lalu mengecup jari tangannya. “Kalau begitu, ayo pulang.”Setelah pulang ke Vila Blue Canyon, kedua orang mulai berciuman di depan rak sepatu. Javier tak bisa menahan hasratnya lagi. Dia memeluk Claire, lalu menggendong Claire ke atas meja.Javier melepaskan dasinya sembari melayangkan pandangan ganas ke wanitanya. “Kamu tidak bisa kabur lagi
“Apa kamu baik-baik saja?” Saat Widya hendak berdiri, orang itu mengulurkan tangannya. Widya pun tertegun, lalu spontan mengangkat kepalanya.Widya memandang lelaki tampan di hadapannya. Saking tampannya, dia pun terbengong di tempat.Sejak kapan kedatangan cowok ganteng di perusahaan?Hendri menatapnya dengan bingung. “Hei, apa … kamu baik-baik saja?”“Oh … maaf.” Widya segera berdiri, lalu menepuk-nepuk roknya. Senyumannya semakin cerah lagi. “Aku baik-baik saja.”Hendri mengangguk, lalu melintasi sisinya.Widya kepikiran sesuatu. Namun, si lelaki sudah berjalan ke departemen administrasi. Dia pun terbengong. Jangan-jangan dia kenal dekat dengan Bu Claire?Claire mendengar suara ketuk pintu. Dia meletakkan kontrak, lalu berkata, “Masuk.” Dia menatap lelaki yang berjalan ke dalam ruangan dengan bingung. “Kamu?”Si lelaki menatapnya. “Ini aku, Hendri.”Claire berdiri, lalu mengamati Hendri selama beberapa saat. “Hendri?” Dia berjalan ke hadapan Hendri. “Kamu operasi plastik?”Hendri me
Beberapa pegawai wanita tersenyum.Claire menatap mereka, lalu tersenyum sembari mengangkat-angkat alisnya. “Bekerjalah dengan baik. Aku akan rekrut lebih banyak cowok ganteng lagi.”“Bu Claire, kami cinta banget sama kamu!”Claire memalingkan kepala untuk menatap Widya. “Kamu ajari dia selama beberapa waktu ini.”Widya terbengong, lalu melirik Hendri sekilas. Kemudian, dia baru mengangguk.Claire membalikkan tubuhnya, menepuk pundak Hendri. “Kerjalah dengan baik.”Setelah Claire pergi, Widya menatap Hendri dengan tersenyum. “Aku bawa kamu ke meja kerjamu dulu, ya. Kemudian, aku bawa kamu keliling perusahaan.”Hendri mengangguk.…Sore harinya, Claire dan River sedang makan bersama di restoran. Sembari makan, mereka juga melakukan panggilan video dengan Wilson.Wilson sedang duduk di kursi roda. Ubannya semakin banyak saja. Wajahnya juga kelihatan semakin tua saja. Saat ini, setengah tubuhnya sudah lumpuh. Dia tidak bisa hidup sendiri, mesti dilayani orang lain.Kedua mata Claire tampa
Steven mengangguk. Dia kepikiran sesuatu. “Tapi, aku hanya berharap semoga Jody tidak seperti kakekmu yang tidak berperasaan itu. Bocah itu sudah lama di bawah didikan kakekmu. Karakternya bahkan semakin mirip dengan kakekmu.”Javier pun tersenyum. “Meski Kakek sadis, bukannya dia sangat nurut sama ucapan Nenek.”Setelah dipikir-pikir, sepertinya tidak ada yang salah dengan ucapan Javier.“Oh ya, Ayah.” Tetiba Javier kepikiran sesuatu. “Aku lupa memasukkan ketiga anak ke dalam kartu keluarga.”“Terlalu banyak yang terjadi pada 3 tahun lalu. Kamu malah sempat lupa ingatan.” Steven mendengus dingin. “Kalau kamu tidak mengungkitnya, aku kira kamu sudah melupakannya.”Javier sungguh tidak berdaya.Steven mengusap dagunya sembari merenung. “Nama Jessie tidak usah diganti. Namanya cukup bagus. Hanya saja, sepertinya ada yang kurang dengan nama Jerry dan Jody.”Waktu itu, Claire juga tidak terlalu memedulikan masalah nama. Boleh dikatakan bahwa dia hanya asal pilih saja.“Kamu itu kakeknya me
Claire menggeleng. “Nggak.”Mereka berdua berjalan pergi. Kebetulan Widya sedang di dalam sana. Fendra dan Claire berjalan ke dalam kerumunan, lalu menepuk pundaknya.Claire memalingkan kepalanya, lalu berkata dengan tersenyum, “Bu Claire, coba kamu lihat pelanggan hari ini banyak sekali!”Saat Claire hendak bertanya apa yang terjadi, tampak Hendri sedang mengenakan kalung di leher seorang pelanggan. Kemudian, dia memperkenalkan aksesori yang cocok untuk mereka. Wanita muda mana yang tidak suka dengan dilayani lelaki tampan, apalagi yang jago memilihkan aksesori untuk pelanggan, bahkan bantu mengenakannya?Kali ini Claire tertegun di tempat.Fendra bertanya pada Widya, “Sejak kapan kedatangan anak baru?”“Baru saja direkrut sama Bu Claire,” jawab Widya.Claire tersadar dari bengongnya. Dia pun berkata pada Fendra, “Perubahannya drastis sekali, ‘kan? Bocah itu si Hendri.”Fendra sungguh tidak berani memercayainya. Dia mengamati dengan saksama, lalu membalas, “Serius?”Hendri sedang meng
Hendri bahkan bias merasakan gelang berwarna muda itu lebih cocok dengan pelanggan wanita itu. Kulit wanita itu agak gelap. Jika dia mengenakan gelang berwarna merah muda, dia pun akan kelihatan tidak berkelas dan kulitnya akan kelihatan semakin gelap lagi. Namun, jika dipadukan dengan gelang berwarna muda, gelang itu tidak akan terasa kontras di kulitnya, malah akan kelihatan lebih elegan.Claire mengusap dagunya sembari merenung. Dia sungguh tidak menyangka Hendri jago juga.Sekitar dua jam kemudian, akhirnya Hendri selesai melayani para pelanggan. Dia pun kembali ke departemen administrasi. Tatapan para wanita pun tertuju pada dirinya.Entah kenapa Hendri memiliki firasat buruk. Seketika tampak mereka sedang mengelilinginya, lalu meminta bimbingan darinya. “Kamu pintar sekali. Lain kali kamu bantuin aku pilih perhiasan juga, ya.”“Aku paling nggak suka memilih. Seleraku juga nggak bagus. Kamu bantu aku, ya.”“Lain kali kamu bantu aku padukan sesuai dengan warna kulitku, ya. Aku bena
Claire tersenyum. “Paman Fendra memang hebat, ya. Nggak sia-sia Paman berkecimpung di kalangan kelas atas.”Fendra juga tersenyum. “Namanya kita bekerja di bidang perhiasan. Sudah seharusnya memiliki selera yang bagus. Dunia fesyen erat berkaitan dengan dunia perhiasan. Seandainya kita tidak memiliki selera yang bagus, kemudian semua orang mengejar hal yang sama, dunia fesyen pun sudah musnah sejak dulu.”Widya yang duduk itu merasa sangat gugup. Dia sedang menunggu perhiasan hasil pilihan Hendri. Kemudian, Hendri memilih sebuah anting-anting model rumbai untuknya.Claire menatapnya. “Kenapa kamu memilih model ini?”Widya juga penasaran.Hendri berpikir sejenak. “Wajahnya tidak terlalu kurus. Anting model rumbai panjang ini akan membuat wajahnya kelihatan lebih tirus.”Widya memegang wajah yang agak empuk itu. “Apa wajahku kelihatan gendut sekali?”Hendry refleks mengangguk.Claire langsung menepuk kepalanya. “Gendut apaan? Model wajah Widya itu bulat. Kalau dia itu pelanggan, dia past
Di Perusahaan Angkasa.Roger berdiri sembari membuka tabletnya untuk melaporkan pekerjaan. Javier mengangkat cangkir kopinya, tetapi dia tidak meminumnya sama sekali. Tangannya yang satu lagi mengetuk-ngetuk meja, kelihatan sangat tidak fokus.Roger mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan bingung, “Tuan Javier?”Javier memandang ke luar jendela. “Belakangan ini sepertinya bisnis Soulna semakin bagus saja.”Roger tersenyum. “Bukankah bagus jika bisnis Nyonya laris?”Javier mengerutkan keningnya. “Apa ada pegawai lelaki yang baru bekerja di perusahaannya?”Kali ini, Roger tertegun. Ternyata fokus Tuan Javier ada di sini?Javier meletakkan cangkir kopi di atas meja. Raut wajahnya kelihatan sangat sinis. “Dengar-dengar dia sangat fokus dalam mendidik lelaki itu?”Roger membalas, “Tuan, bukankah wajar kalau Nyonya mendidik anak baru?”Javier mengangkat kepala untuk menatapnya. Raut wajah Javier saat ini kelihatan sangat tidak bagus. “Dia sibuk mendidik anak baru hingga tidak punya waktu
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli
Kekasih Jane tersenyum menyeringai. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata kepada kedua temannya, “Sudah dengar belum? Wanita ini hadiah dari kesayanganku buat kalian.”Jane menimpali, “Kalian harus main dengan seru, ya.”Sekarang hati kedua pria itu semakin menggebu-gebu. Mereka mendekati Dacia dengan motif jahat.Dacia berusaha untuk meronta, tetapi dia diikat dengan sangat ketat. Dacia menggertakkan giginya, lalu berusaha menenangkan dirinya untuk memikirkan cara.Saat mereka berdua hendak menyentuh Dacia, tiba-tiba Dacia tertawa. Jika dia ketakutan dan menangis, bisa jadi mereka berdua akan semakin bersemangat lagi. Suara tawa Dacia membuat mereka kebingungan.Jane memelototinya. “Kamu sudah jatuh ke tangan kami. Kamu malah tertawa?”“Apa kalian sentuh ponselku?”Kedua pria saling bertukar pandang, lalu melihat ke sisi Jane. Jane membalas dengan arogan, “Memangnya kenapa kalau aku sentuh ponselmu?”“Jangan-jangan kamu matikan ponselku?”“Sebenarnya kamu mau ngomong apa, sih!” Dac
Pada zaman sekarang ini, jarang ada orang yang tidak tergoda dengan kekayaan dan kekuasaan.Pada saat ini, Jane berdiri tidak jauh di sana. Ketika melihat hubungan Carly dan Dacia semakin dekat, dia pun merasa sangat tidak puas.Jelas-jelas sebelumnya Carly selalu menuruti apa kata Jane. Dia merasa tidak peduli apa yang dia perbuat, Carly tidak akan memutuskan hubungannya dengan Jane. Semua ini pasti gara-gara Dacia.Jane tidak akan membuat Dacia hidup tenang. Siang harinya, Dacia meninggalkan akademi. Tiba-tiba Jane memanggilnya, lalu berjalan menghampirinya dengan buru-buru, “Dacia, sudah terjadi sesuatu dengan Carly!”Kening Dacia berkerut. “Terjadi sesuatu?”Jane berkata dengan buru-buru, “Tadi aku pergi cari dia. Aku melihat dia sedang diganggu sama beberapa orang lelaki. Sekarang mereka ada di parkiran.”Dacia memang merasa curiga, tetapi berhubung masalah ini bersangkutan dengan keselamatan Carly, dia pun mengikuti langkah Jane ke area parkiran.Namun setibanya di area parkiran
Apalagi Perusahaan Teknologi Yarnis adalah perusahaan yang baru didirikan Jules. Dengan adanya dukungan dari pihak kerajaan, Perusahaan Teknologi Yarnis juga tidak perlu mencari mitra kerja sama lagi. Calon mitra kerja sama akan berbondong-bondong mencari mereka.Filbert merasa bingung. “Jadi ….”Jules meletakkan gelas teh. “Sekarang aku tidak buru-buru dalam mencari mitra kerja sama. Kita cukup fokus dalam mencari teknisi saja. Sisanya diundur dulu.”Filbert terbengong, tetapi dia terpaksa mengangguk. “Oke.”Pada saat ini, televisi, koran, majalah, dan media sosial sedang menyiarkan kabar Silvia sibuk mempersiapkan acara penobatannya.Para murid di akademi perfilman juga sedang membahas masalah kerajaan. Saat Dacia melewati koridor, beberapa murid pun sedang melihatnya sembari berbisik-bisik. “Sepertinya dia punya sedikit hubungan dengan keluarga kerajaan. Aku juga dengar kabar, Raja Willie mempersiapkan dua set surat wasiat sebelum dia meninggal. Seharusnya salah satunya milik dia.”
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p