Hendri bahkan bias merasakan gelang berwarna muda itu lebih cocok dengan pelanggan wanita itu. Kulit wanita itu agak gelap. Jika dia mengenakan gelang berwarna merah muda, dia pun akan kelihatan tidak berkelas dan kulitnya akan kelihatan semakin gelap lagi. Namun, jika dipadukan dengan gelang berwarna muda, gelang itu tidak akan terasa kontras di kulitnya, malah akan kelihatan lebih elegan.Claire mengusap dagunya sembari merenung. Dia sungguh tidak menyangka Hendri jago juga.Sekitar dua jam kemudian, akhirnya Hendri selesai melayani para pelanggan. Dia pun kembali ke departemen administrasi. Tatapan para wanita pun tertuju pada dirinya.Entah kenapa Hendri memiliki firasat buruk. Seketika tampak mereka sedang mengelilinginya, lalu meminta bimbingan darinya. “Kamu pintar sekali. Lain kali kamu bantuin aku pilih perhiasan juga, ya.”“Aku paling nggak suka memilih. Seleraku juga nggak bagus. Kamu bantu aku, ya.”“Lain kali kamu bantu aku padukan sesuai dengan warna kulitku, ya. Aku bena
Claire tersenyum. “Paman Fendra memang hebat, ya. Nggak sia-sia Paman berkecimpung di kalangan kelas atas.”Fendra juga tersenyum. “Namanya kita bekerja di bidang perhiasan. Sudah seharusnya memiliki selera yang bagus. Dunia fesyen erat berkaitan dengan dunia perhiasan. Seandainya kita tidak memiliki selera yang bagus, kemudian semua orang mengejar hal yang sama, dunia fesyen pun sudah musnah sejak dulu.”Widya yang duduk itu merasa sangat gugup. Dia sedang menunggu perhiasan hasil pilihan Hendri. Kemudian, Hendri memilih sebuah anting-anting model rumbai untuknya.Claire menatapnya. “Kenapa kamu memilih model ini?”Widya juga penasaran.Hendri berpikir sejenak. “Wajahnya tidak terlalu kurus. Anting model rumbai panjang ini akan membuat wajahnya kelihatan lebih tirus.”Widya memegang wajah yang agak empuk itu. “Apa wajahku kelihatan gendut sekali?”Hendry refleks mengangguk.Claire langsung menepuk kepalanya. “Gendut apaan? Model wajah Widya itu bulat. Kalau dia itu pelanggan, dia past
Di Perusahaan Angkasa.Roger berdiri sembari membuka tabletnya untuk melaporkan pekerjaan. Javier mengangkat cangkir kopinya, tetapi dia tidak meminumnya sama sekali. Tangannya yang satu lagi mengetuk-ngetuk meja, kelihatan sangat tidak fokus.Roger mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan bingung, “Tuan Javier?”Javier memandang ke luar jendela. “Belakangan ini sepertinya bisnis Soulna semakin bagus saja.”Roger tersenyum. “Bukankah bagus jika bisnis Nyonya laris?”Javier mengerutkan keningnya. “Apa ada pegawai lelaki yang baru bekerja di perusahaannya?”Kali ini, Roger tertegun. Ternyata fokus Tuan Javier ada di sini?Javier meletakkan cangkir kopi di atas meja. Raut wajahnya kelihatan sangat sinis. “Dengar-dengar dia sangat fokus dalam mendidik lelaki itu?”Roger membalas, “Tuan, bukankah wajar kalau Nyonya mendidik anak baru?”Javier mengangkat kepala untuk menatapnya. Raut wajah Javier saat ini kelihatan sangat tidak bagus. “Dia sibuk mendidik anak baru hingga tidak punya waktu
Melihat Javier memasuki ruangan, Widya segera keluar. Tak lupa juga dia menutup pintu dengan rapat.Javier berhenti di sisi Claire dengan menopang kedua tangannya di atas meja. Tubuhnya dicondongkan ke depan untuk mendekati Claire. “Semenjak perusahaan rekrut anak baru, sepertinya kamu tidak ingat suamimu lagi. Apa hatimu telah berubah?”Mendengar nada bicara serius Javier, Claire tak sanggup menahan tawanya. “Sayangku, kamu lagi cemburu, ya?”Javier menyipitkan matanya.Claire juga mencondongkan tubuhnya, lalu mengecup bibir Javier. Senyumannya semakin cerah lagi. “Baiklah, nanti kita ke mal bareng saja. Setelah belanja pakaian buat dia, aku masih harus cariin tempat tinggal buat dia.”Kening Javier tampak berkerut. Raut wajahnya semakin muram lagi. “Kamu begitu peduli sama dia?”Claire langsung mengangguk. Menyadari ekspresi masam Javier, Claire langsung menarik dasinya. “Aku bawa kamu ketemu sama dia?”Javier menarik dasinya. “Tidak mau.”Saat Javier hendak menegakkan tubuhnya, Clai
Jika tidak salah ingat, sepertinya orang-orang mengatakan Javier bukanlah orang yang gampang didekati. Demi tidak menimbulkan masalah untuk kakaknya, Hendri memilih untuk tidak bicara. Tak disangka, Javier malah berinisiatif untuk membuka obrolan.Hendri menggaruk kepalanya. “Aku cuman tidak ingin seperti dulu lagi.”Javier mengiakan. Tatapannya masih melihat ke depan. “Bagus jika kamu bisa berubah.”Mobil berhenti di luar mal terbesar di dalam kota. Mereka berdua menuruni mobil. Hendri berjalan di samping Javier. Baru saja memasuki mal, para pengurus mal langsung menyambutnya. “Tuan Javier.”Javier membawa Hendri ke hadapan mereka. “Carikan beberapa pakaian yang cocok untuknya. Bungkus semua yang dia suka.”Saat Javier mengantar Hendri kembali ke perusahaan, Claire pun terbengong. Bukan hanya Claire saja, bahkan pegawai di departemen administrasi juga terbengong melongo.Pakaian formal yang dikenakan Hendri dipilih langsung oleh Javier. Lelaki berambut petak dengan berpakaian jas ini
Javier bertanya, “Ada apa?”“Ergh … ternyata Hendri itu adiknya Bu Claire?”Mereka semua memang tahu ada hubungan saudara di antara Claire dengan Hendri. Hanya saja, mereka sungguh tidak menyangka Hendri benar-benar adalah adiknya. Hendri sendiri juga tidak pernah mengakuinya.Tetiba beberapa pegawai wanita mendekat. “Bu Claire, apa kamu masih punya adik yang lain?”“Adik atau abang juga nggak apa-apa.”Claire terdiam. Sepertinya Claire benar-benar mesti merekrut beberapa lelaki ganteng ke perusahaan. Jika tidak, para wanita ini kerjaannya hanya memikirkan lelaki saja.Di Negara Hyugana.Candice sedang berjalan di lapangan bundar. Ketika melihat patung dan merpati di sana, dia pun mengeluarkan kameranya.Seorang gadis berambut pirang dengan wajah kebulean berjalan ke sisi Candice, lalu menarik-narik ujung pakaiannya.Saat Candice menunduk, si gadis menyerahkan sebuket bunga mawar kepadanya. Candice merasa syok. Kemudian, si gadis menunjuk ke belakangnya.Candice mengikuti arah yang dit
Candice mencemberutkan bibirnya, lalu berbisik, “Pokoknya aku kangen sama kamu. Kamu malah nanya lagi.”Louis mengecup kening Candice, lalu menggandeng tangannya. “Ayo pulang! Aku datang untuk membawa pulang kucing peliharaanku yang kesasar.”Salah satu tangan Candice memeluk bunga mawar. Kemudian, tangannya yang satu lagi digenggam oleh Louis. Dia mengikuti langkah Louis, lalu berkata, “Kata siapa aku kesasar?”Louis pun tersenyum. “Kamu sudah keluar 1 bulan lebih, tapi masih belum pulang-pulang. Bukannya kamu lagi kesasar?”Candice mendengus dingin. “Aku ingin main sebebasnya sebelum kita resmi menikah.”Langkah kaki Louis seketika berhenti. Dia memiringkan tubuhnya untuk melihat Candice dengan tersenyum. “Sepertinya benar apa katamu. Setelah menikah nanti, jangan harap kamu bisa mencampakkanku lagi.”Candice mencemberutkan bibirnya.Tetiba Claire mengulurkan tangannya. “Gendong aku ke hotel?”Louis sungguh syok. Dia melihat wisatawan di sekeliling, lalu mengangkat-angkat alisnya. “A
Candice bertanya, “Jadi, tadi pagi kamu teleponan sama teman sekolahmu?”Louis mengangkat-angkat alisnya. “Jadi?”Candice membuka menu makanan, lalu bertanya, “Cowok atau cewek?”Louis menatapnya sembari tersenyum. “Tentu saja cowok. Kamu kira cewek?”Tatapan Candice masih tertuju pada menu makanan. Dia tidak berbicara sama sekali.Setelah mereka selesai memesan makanan, dua teman sekolah Louis pun datang. Mereka berdua memang adalah laki-laki.“Hai, Louis, lama tidak berjumpa. Tak disangka kamu masih ingat sama kami.” Lelaki yang mengenakan kacamata bingkai emas dan jas rapi sedang menyapa dengan ramah. Dari cara berpakaiannya, dia kelihatan bagai seorang lelaki sukses saja. Sementara, lelaki yang satu lagi berpakaian dengan sangat modis, bagai pemusik hip hop saja. Rambut panjangnya pun dikepang.Saat mereka berdua bertemu dengan Louis, mereka pun saling berpelukan.Louis berkata dengan tersenyum, “Sejak tamat, kalian langsung ke luar negeri. Sejak itu, kita pun tidak pernah bertemu
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli
Kekasih Jane tersenyum menyeringai. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata kepada kedua temannya, “Sudah dengar belum? Wanita ini hadiah dari kesayanganku buat kalian.”Jane menimpali, “Kalian harus main dengan seru, ya.”Sekarang hati kedua pria itu semakin menggebu-gebu. Mereka mendekati Dacia dengan motif jahat.Dacia berusaha untuk meronta, tetapi dia diikat dengan sangat ketat. Dacia menggertakkan giginya, lalu berusaha menenangkan dirinya untuk memikirkan cara.Saat mereka berdua hendak menyentuh Dacia, tiba-tiba Dacia tertawa. Jika dia ketakutan dan menangis, bisa jadi mereka berdua akan semakin bersemangat lagi. Suara tawa Dacia membuat mereka kebingungan.Jane memelototinya. “Kamu sudah jatuh ke tangan kami. Kamu malah tertawa?”“Apa kalian sentuh ponselku?”Kedua pria saling bertukar pandang, lalu melihat ke sisi Jane. Jane membalas dengan arogan, “Memangnya kenapa kalau aku sentuh ponselmu?”“Jangan-jangan kamu matikan ponselku?”“Sebenarnya kamu mau ngomong apa, sih!” Dac
Pada zaman sekarang ini, jarang ada orang yang tidak tergoda dengan kekayaan dan kekuasaan.Pada saat ini, Jane berdiri tidak jauh di sana. Ketika melihat hubungan Carly dan Dacia semakin dekat, dia pun merasa sangat tidak puas.Jelas-jelas sebelumnya Carly selalu menuruti apa kata Jane. Dia merasa tidak peduli apa yang dia perbuat, Carly tidak akan memutuskan hubungannya dengan Jane. Semua ini pasti gara-gara Dacia.Jane tidak akan membuat Dacia hidup tenang. Siang harinya, Dacia meninggalkan akademi. Tiba-tiba Jane memanggilnya, lalu berjalan menghampirinya dengan buru-buru, “Dacia, sudah terjadi sesuatu dengan Carly!”Kening Dacia berkerut. “Terjadi sesuatu?”Jane berkata dengan buru-buru, “Tadi aku pergi cari dia. Aku melihat dia sedang diganggu sama beberapa orang lelaki. Sekarang mereka ada di parkiran.”Dacia memang merasa curiga, tetapi berhubung masalah ini bersangkutan dengan keselamatan Carly, dia pun mengikuti langkah Jane ke area parkiran.Namun setibanya di area parkiran
Apalagi Perusahaan Teknologi Yarnis adalah perusahaan yang baru didirikan Jules. Dengan adanya dukungan dari pihak kerajaan, Perusahaan Teknologi Yarnis juga tidak perlu mencari mitra kerja sama lagi. Calon mitra kerja sama akan berbondong-bondong mencari mereka.Filbert merasa bingung. “Jadi ….”Jules meletakkan gelas teh. “Sekarang aku tidak buru-buru dalam mencari mitra kerja sama. Kita cukup fokus dalam mencari teknisi saja. Sisanya diundur dulu.”Filbert terbengong, tetapi dia terpaksa mengangguk. “Oke.”Pada saat ini, televisi, koran, majalah, dan media sosial sedang menyiarkan kabar Silvia sibuk mempersiapkan acara penobatannya.Para murid di akademi perfilman juga sedang membahas masalah kerajaan. Saat Dacia melewati koridor, beberapa murid pun sedang melihatnya sembari berbisik-bisik. “Sepertinya dia punya sedikit hubungan dengan keluarga kerajaan. Aku juga dengar kabar, Raja Willie mempersiapkan dua set surat wasiat sebelum dia meninggal. Seharusnya salah satunya milik dia.”
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p