Candice mencemberutkan bibirnya, lalu berbisik, “Pokoknya aku kangen sama kamu. Kamu malah nanya lagi.”Louis mengecup kening Candice, lalu menggandeng tangannya. “Ayo pulang! Aku datang untuk membawa pulang kucing peliharaanku yang kesasar.”Salah satu tangan Candice memeluk bunga mawar. Kemudian, tangannya yang satu lagi digenggam oleh Louis. Dia mengikuti langkah Louis, lalu berkata, “Kata siapa aku kesasar?”Louis pun tersenyum. “Kamu sudah keluar 1 bulan lebih, tapi masih belum pulang-pulang. Bukannya kamu lagi kesasar?”Candice mendengus dingin. “Aku ingin main sebebasnya sebelum kita resmi menikah.”Langkah kaki Louis seketika berhenti. Dia memiringkan tubuhnya untuk melihat Candice dengan tersenyum. “Sepertinya benar apa katamu. Setelah menikah nanti, jangan harap kamu bisa mencampakkanku lagi.”Candice mencemberutkan bibirnya.Tetiba Claire mengulurkan tangannya. “Gendong aku ke hotel?”Louis sungguh syok. Dia melihat wisatawan di sekeliling, lalu mengangkat-angkat alisnya. “A
Candice bertanya, “Jadi, tadi pagi kamu teleponan sama teman sekolahmu?”Louis mengangkat-angkat alisnya. “Jadi?”Candice membuka menu makanan, lalu bertanya, “Cowok atau cewek?”Louis menatapnya sembari tersenyum. “Tentu saja cowok. Kamu kira cewek?”Tatapan Candice masih tertuju pada menu makanan. Dia tidak berbicara sama sekali.Setelah mereka selesai memesan makanan, dua teman sekolah Louis pun datang. Mereka berdua memang adalah laki-laki.“Hai, Louis, lama tidak berjumpa. Tak disangka kamu masih ingat sama kami.” Lelaki yang mengenakan kacamata bingkai emas dan jas rapi sedang menyapa dengan ramah. Dari cara berpakaiannya, dia kelihatan bagai seorang lelaki sukses saja. Sementara, lelaki yang satu lagi berpakaian dengan sangat modis, bagai pemusik hip hop saja. Rambut panjangnya pun dikepang.Saat mereka berdua bertemu dengan Louis, mereka pun saling berpelukan.Louis berkata dengan tersenyum, “Sejak tamat, kalian langsung ke luar negeri. Sejak itu, kita pun tidak pernah bertemu
Candice mengerutkan keningnya dengan bingung. Sebenarnya ada apa dengan musik tradisional?Louis yang terdiam dari tadi akhirnya bersuara, “Dulu aku tidak suka dengan musik tradisional. Aku merasa musik mereka terlalu kuno, tidak kreatif sama sekali. Musik tradisional pasti tidak akan digemari oleh anak muda. Jadi, aku tidak paham dengan pesona dari musik tradisional. Tapi setelah aku menyaksikan pertunjukan di SMA ibu kota pada malam hari itu, pemikiranku terhadap musik tradisional mulai berubah.”Ketika mengungkit hal ini, Mardi pun tersenyum. “Ah, aku ingat dengan pertunjukan musik malam itu. Jujur saja, performa adik jurusan musik tradisional pada malam hari itu sungguh menakjubkan! Suara cewek itu sangat bagus! Tapi apa nama pertunjukan itu? Aduh, lupa pula.”Mardi tidak ingat dengan nama acara itu. Hanya saja, dia masih ingat dengan suara seorang anak SMA yang merdu itu.Candice merasa orang yang mereka katakan sangatlah familier. Setelah berpikir dengan saksama, sepertinya merek
Si wanita meremuk surat di tangannya sembari menggertakkan giginya. Dia kelihatannya sangat sedih.Louis tidak menerima suratnya. Dia hanya melirik si wanita sekilas, lalu berjalan meninggalkannya.Jacob menepuk-nepuk pundak si wanita. “Maaf, ya, Dik.”Saat mereka masih belum pergi jauh, terdengar suara si wanita dari belakang. “Permisi, memangnya ada apa dengan musik tradisional? Bukannya musik tradisional juga termasuk musik?”Louis menghentikan langkahnya. Jacob dan Mardi melihat ke sisinya. Si wanita menggigit bibir bawahnya. Dia kelihatan sangat sedih. “Aku … aku hanya nggak mengerti. Apa karena aku belajar musik tradisional, jadi aku nggak boleh suka sama orang yang belajar musik modern?”Louis memiringkan tubuhnya, lalu memalingkan kepalanya melihat ke sisi si wanita. Nada bicaranya sangatlah dingin. “Aku tidak suka dengan musik tradisional. Kalaupun aku ingin berpacaran, aku juga tidak akan mencari murid yang belajar musik tradisional.”Wanita itu terbengong.Louis langsung be
Si wanita mengambil kantongan dengan tersenyum. “Baik banget kamu. Tahu saja aku mau makan camilan.”George menyerahkan ponsel kepadanya. Dia mengambil ponselnya, lalu membuka kamera. “Aku mau abadikan dulu.”Si wanita berpose di depan kamera. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu melihat ke sisi mereka berdua. “Ayo bareng.”Claire melipat kedua tangannya mengisyaratkan dirinya menolak ajakannya. Si wanita langsung menarik Claire. “Ayo, padahal kamu cantik sekali, kenapa malah disembunyikan? Sini, George juga.”Mereka bertiga foto bersama di belakang pentas.Jacob berjalan ke sisi Louis, lalu menepuk pundaknya. “Bukannya sudah selesai? Mardi lagi tungguin kita. Ayo kita keluar.”Louis mengangguk, lalu berjalan pergi dengan menenteng kotak peralatan musiknya.Setelah satu demi satu pertunjukan selesai, giliran pertunjukan musik tradisional. Jacob yang bosan itu pun berkata, “Musik tradisional …. Jangan-jangan nanti kita semua bakal ketiduran?”Biasanya mereka tidak akan menonton acara musi
Saat itu Louis melewati ruang bacanya, dia dapat mendengar suara ibunya dari pintu yang tidak tertutup rapat. “Kenapa Candice diskors?”Ester menghela napas. “Aku juga tidak jelas. Pihak sekolah mengatakan … dia mendorong temannya dari tangga demi mendapat kuota di akademi musik.”Liliana merasa sangat kaget. “Mana mungkin Candice melakukan hal seperti itu?”“Aku tahu tidak mungkin. Candice itu keponakanku. Aku juga tidak percaya dia akan seperti itu. Candice merasa sangat terpukul dengan kejadian itu. Aku khawatir ….” Belum sempat Ester menyelesaikan omongannya, Liliana meletakkan cangkir kopi, lalu menarik tangannya. “Jadi, bagaimana respons keluarga temannya itu?”“Ayah temannya itu adalah manajer ternama dari Agensi Majestik. Koneksinya cukup luas. Dia juga pernah menjadi manajernya Prisca. Saat ini, anak perempuan itu lagi dalam keadaan koma. Pihak sekolah juga terus menyalahkan Candice. Keluarga korban juga tidak bersedia untuk memberi pembuktian.”Louis menguping pembicaraan dar
Pertama kalinya Louis “bertemu” dengan Candice adalah di restoran Michelin. Waktu itu dia baru saja putus dengan Chelsea.Louis duduk di kafe sedang menunggu makanan yang dibelinya. Berhubung dia tidak suka dengan keramaian, dia pun mengenakan headset.Louis mengambil majalah dari rak, lalu mulai membacanya. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pertengkaran.“Kayla, apa yang ingin kamu lakukan? Di sini restoran, bukan tempat kamu untuk buat keonaran. Jangan ganggu waktu makan tamu lain.”Berhubung suara yang sangat besar itu telah mengganggu Louis, dia pun merasa tidak senang. Disusul terdengar suara bujukan pelayan, tetapi suara makian si wanita semakin keras lagi. Omongan yang dikatakan juga sangat tidak enak di telinga.Louis membanting majalah di atas meja. Dia berdiri, lalu berjalan ke sisi mereka. Wanita itu mengambil cangkir kopi, lalu menyiramkannya ke wanita di hadapannya.“Ibu!” Seorang anak laki-laki yang mengenakan kacamata hitam melepaskan kacamatanya. Ketika melihat so
Ingatan Louis akan Candice masih berhenti di saat pertunjukan malam di SMA ibu kota. Waktu itu, pertunjukannya di atas pentas menakjubkan semua orang.Louis maju dan mengiakan perbuatan Kayla sewaktu di restoran. Hanya saja, identitas asli Kayla masih belum diketahui para tamu undangan. Louis merasa tidak seharusnya dia merusak acara. Jadi, dia pun berkata, “Kedua belah pihak juga bersalah. Masalah bisa diselesaikan secara pribadi. Tidak perlu diributkan di sini.”Candice menatap Louis. “Apa matamu bermasalah? Kenapa kamu ….” Vincent memotong ucapannya, “Candice, kalau kamu berani bicara lagi, aku akan kuliti kamu!”Kayla berjalan ke sisinya, lalu meminta maaf. Namun, Louis tidak menghiraukan Kayla. Dia hanya menatap Candice yang kesal dan sedih itu. Dia merasa Candice sungguh mirip dengan harimau mainan saja, gampang untuk ditindas.Saat Javier dan Claire menampakkan diri, Candice pun berlari ke sisi Claire dan bermanja-manja padanya. “Claire, akhirnya kamu datang juga. Huhuhu ….”Kem