Seusai berbicara, Chelsea menatap Claire. “Jadi, waktu itu tim sutradara mengundang mereka ke lokasi syuting. Setelah selesai berunding dengan sutradara, Pak Johan mengundang kami untuk menyaksikan sebuah pertunjukan musik. Setelah itu, sutradara traktir makan. Waktu kami makan, Pak Johan duduk di sampingku. Aku dan Louis juga nggak sering berinteraksi. Kami berinteraksi cuma saat dia menjelaskan sedikit pengetahuan mengenai alat musik.”Seusai menjelaskan, tetiba Chelsea tersenyum. “Setelah Louis memilih Candice, aku tahu hubungan kami sudah nggak mungkin lagi. Waktu itu, dia memang pernah menemaniku untuk menghadiri sebuah acara makan, tapi itu juga karena aku minta bantuan dia. Lagi pula, sekarang mereka sudah mendaftarkan pernikahan mereka, aku juga nggak bersedia untuk jadi simpanan.”Akhirnya Claire mengetahui apa yang terjadi. Sebenarnya wajar jika mereka saling bertatap muka ketika bekerja. Hanya saja ….Foto-foto yang dipotong sebagian itu tidak seperti foto yang sengaja disun
Candice tidak tahu apakah Louis pantas dipercaya atau tidak. Mungkin bukan Candice tidak percaya dengan Louis, melainkan … Candice terlalu peduli padanya.Louis membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Kebetulan Claire berjalan ke depan pintu, lalu bersandar di balik pintu. “Ke mana?”Ketika mendengar suara itu, Candice langsung duduk. “Claire ….”Claire melirik Candice sekilas, lalu berjalan ke hadapan Louis. Dia pun tersenyum. “Kamu ingin cari perhitungan sama Chelsea?”Louis menekan-nekan keningnya. “Aku hanya ingin bertanya saja ….”“Foto-foto itu bukan kerjaan dia.” Claire melewati sisi Louis, lalu berjalan ke hadapan Candice.Louis merasa syok, begitu pula dengan Candice.Claire melihat Candice yang menangis itu sembari tersenyum. “Dasar bodoh! Apa kamu nggak lihat Louis mau minta penjelasan sama Chelsea? Kalau aku nggak datang, masalah ini pasti sudah heboh.”Candice semakin bingung. “Claire, apa kamu tahu sesuatu?”Louis berjalan menghampirinya. “Foto apa?”Claire menyerahka
Javier menunduk sedang membaca dokumen. “Masuk.”Claire mendorong pintu. Javier mengangkat cangkir kopi, lalu mencicipinya. Tatapannya tak berhenti tertuju pada dokumen. Dia mengira orang yang masuk ke dalam ruangan adalah Roger. “Ada urusan apa?”Claire berjalan melewati meja kerja, lalu menggenggam pergelangan tangan Javier.Ketika Javier melihat kedatangan Claire, dia langsung merangkul pinggang Claire, lalu memangkunya. Dia bertanya sambil menyentil hidung wanitanya, “Kamu ingin menyerangku?”Claire melingkari leher Javier. “Kamu sendiri yang terlalu serius sampai nggak nyadar aku ke dalam.” Claire mendekatinya. “Kenapa? Kamu kira yang masuk itu Roger?”Javier pun tersenyum. “Kalau yang masuk itu Roger, aku pasti akan tendang dia sampai ke kutub utara.”Claire mengusap wajah Javier. Javier langsung menahan tangan Claire, lalu mengecup jemari indahnya. “Claire, apa kamu datang untuk memberi kehangatan?”Claire langsung berdiri, lalu memeluk Javier dari belakang. “Mimpi! Aku ingin mi
Dalam sesaat, Candice tidak bisa bersuara. Dia selalu menganggap George sebagai teman terbaiknya lantaran George sangat memahaminya. Dia bahkan tidak tahu bahwa George bersedia untuk memahaminya karena George memiliki perasaan terhadapnya.“Tapi … kenapa dia nggak pernah beri tahu aku?” Candice sungguh tidak habis pikir.Claire mengangkat cangkir tehnya. Tatapannya tertuju pada teh di dalam cangkir. “Terkadang ketika ucapan itu dilontarkan, kemungkinan kalian nggak bisa berteman lagi.”Sambil berbicara, Claire pun menatap Candice. “Apa kamu yakin kamu nggak akan terkejut kalau George tiba-tiba mengutarakan perasaannya? Apa kamu nggak bakal jauhi dia?”Saat ini, Candice tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia tidak pernah memikirkan masalah ini sebelumnya. Seandainya George mengutarakan perasaan terhadapnya, apa yang akan dia lakukan?Claire memegang punggung tangan Candice. “Aku tahu kamu hanya menganggap George sebagai teman baikmu. Tapi cuma kamu yang bisa menyelesaikan masalah ini.”
Candice spontan menurunkan tangannya. “George, tapi aku hanya menganggapmu sebagai teman terbaikku. Aku nggak pernah kepikiran ….”George menahan pundak Candice. George yang sekarang terasa sangat asing bagi Candice. “Kamu ….”“Candice, kamu pernah bilang kamu tidak akan menikah dengan Louis. Semua itu hanyalah perjodohan keluarga kalian saja ….” George menempelkan telapak tangannya di wajah dingin Candice. “Tapi sikapmu terhadapnya sewaktu di rumah sakit waktu itu menyadarkanku mungkin aku akan kehilanganmu.”Candice mendorong George. Raut wajahnya kelihatan serius. “George, apa benar kamu yang kirim foto-foto itu?”George tidak menyangkal dan tidak mengakuinya. “Gimana kalau iya?”Pundak Candice sedikit gemetar, begitu pula dengan bibirnya. “Kenapa kamu berbuat seperti ini …. Aku percaya banget sama kamu. Saat Claire bilang sama aku, aku bahkan nggak percaya sama sekali. Aku kira dia salah paham.”Tangan yang menggenggam pundak Candice semakin erat lagi. Dia membungkukkan tubuhnya un
Louis dapat merasakan tubuh Candice sedang gemetar. Dia langsung berlari ke hadapan Candice, lalu setengah berjongkok di hadapannya. Dia menggenggam tangan dingin Candice, lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”Claire juga menatapnya.Candice langsung menangis dengan keras. “Maaf … maaf … aku bukan sengaja.” Candice sungguh merasa takut dan tidak tenang. Kali ini, dia tidak bisa memendam perasaannya lagi.Louis langsung memasukkan kepala Candice ke dalam pelukannya. Candice masih tak berhenti gemetar dan terus meminta maaf dengan menangis.Sepertinya Claire menyadari sesuatu. Pada saat ini, dokter berjalan keluar dari ruangan UGD, lalu bertanya, “Di mana anggota keluarga George?”Candice menahan tangisnya, lalu mendorong Louis. Dia berjalan maju dengan tubuh gemetar. “Aku … aku temannya.”Dokter berjalan ke sisinya. “Apa kamu kenal dengan anggota keluarganya?”Candice tidak sanggup untuk berbicara. Claire langsung berjalan ke hadapan dokter, lalu membalas, “Aku akan bantu untuk hubungi ang
Claire berjalan ke luar ruang pasien. Saat dia masuk ke dalam ruangan, Candice masih memandang ke luar jendela. Dia berjalan ke sisi ranjang, lalu duduk di bangku. “Candice, tujuh hari lagi akan diadakan upacara pemakaman George.”Ketika mengungkit masalah George, Candice baru mulai merespons. Jari tangannya tampak gemetar.Claire menggenggam tangan Candice, lalu berkata, “Aku tahu, kamu menyalahkan dirimu. Aku juga menyalahkan diriku. Waktu itu, aku seharusnya menemanimu ke sana. George bisa meninggal juga demi menyelamatkan nyawamu. Kamu nggak bisa melupakan rasa sakit di hatimu ini. Jadi, kamu merasa bersalah sama dia.”Tetiba Candice bersuara, “Semua ini salahku …. Aku sudah mencelakainya. Orang yang seharusnya mati itu aku ….”“Candice, nggak ada yang benar maupun salah dalam masalah ini. Apa dia menyelamatkanmu supaya kamu hidup dalam rasa bersalah?”Air mata Candice mulai menetes. Dia menggeleng. “Tapi aku ….”“Sudahlah, jangan bicara lagi.” Claire menyeka air matanya. “Sebenarn
Ketika Annisa mengatakan ucapan itu, Claire seolah-olah membayangkan George masih hidup. Terkadang di saat sedang berduka, mereka yang tidak bisa menerima kenyataan, akan memilih untuk menghindar. Itulah sebabnya Annisa bisa berkhayal serasa mendiang masih di muka bumi ini.Claire tidak menyela setiap omongan Annisa. Dia seolah-olah sedang mengobrol santai dengan Claire saja. Namun seiring berjalannya waktu, Annisa pun menangis sembari tersenyum. Nada bicaranya juga terdengar terisak-isak.Saat ini, Candice berjalan mendekat dengan memeluk sebuah kotak usang.Claire menatap ke sisinya. Candice berhenti di hadapan Annisa, lalu memaksakan wajah pucatnya untuk menunjukkan senyuman. Dia menyerahkan kotak usang itu kepada Annisa. “Tante, di dalamnya ada buku perpustakaan sekolah yang dipinjamkan George untuk aku dulu. Setiap kali aku selalu menindasnya, aku nggak pernah balikin buku pinjamannya. Itulah sebabnya buku George sering dipanggil wali kelas sampai dilarang ke perpustakaan lagi.”K