Cahya melihat Cherry sekilas, dia memegang punggung tangan Cherry. “Aku juga tidak akan merahasiakannya terlalu lama. Meski Ibu tidak menyadarinya, aku juga akan mengumumkan masalah kekasihku kepada publik.”Saat Peter hendak mengatakan sesuatu, Zefri pun mendahuluinya. “Berhubung sudah datang, nanti malam kalian makan di rumah saja. Cahya, kalau ada waktu, sering-sering bawa Cherry ke rumah.”Cahya mengangguk.Setelah itu, Cahya membawa Cherry ke kamarnya. Cherry menatap poster yang ditempel di atas dinding. Semuanya adalah foto potraitnya. Di atas rak juga dipajang banyak piala dan piagam. Semuanya adalah penghargaan yang diterima Cahya selama beberapa tahun ini. Selain itu, tampak juga majalah di dalam rak.Cherry asal mengambil satu majalah, lalu membukanya. Isinya adalah berita Cahya terkenal di usia 18 tahunnya. Cherry pun tersenyum. “Nggak mirip kamu, ya.”Cahya berjalan ke belakang Cherry, lalu mengambil majalah di tangannya. “Bagian mana tidak mirip?”Cherry membalikkan tubuhn
Jessie terdiam membisu.Kak Jerry yang satu ini memang genius!Ketika mendengar suara bel, Jody pergi membukakan pintu. Candice dan Cherry datang dengan membeli bumbu sup steamboat. Cherry tidak pernah bertemu Jody sebelumnya. Dia mengira Jody adalah Jerry. Hanya saja, perbedaan mereka jauh sekali. “Jerry, kenapa kamu jadi sehitam ini?”Candice pun tersenyum. “Dia bukan Jerry. Dia itu abangnya Jerry. Coba kamu lihat, tuh, Jerry ada di sana.”Cherry menatap ke sana. Jerry dan Jessie memang sedang di dalam ruangan. Tak disangka, wajah Jerry dan Jody akan semirip ini.“Ibu Candice, Tante Cherry, kalian sudah datang, ya.” Jerry melambaikan tangannya.Setelah pangsit selesai dibungkus, mereka mulai mempersiapkan makan malam hari ini, steamboat.Cherry dan Jessie sedang bermain bersama Emiko. Sementara, Jerry dan Jody membantu ibu mereka di dapur.Candice sedang memasang tusuk satai. Ketika melihat sosok serius Jody, dia pun mendekati Jody. “Jody, apa 3 tahun ini kamu mengikuti pelatihan mil
Claire merasa bingung. Hanya saja, dia juga tidak bertanya, langsung pergi memanggil Fendra.Fendra meletakkan sendok garpunya, lalu berjalan ke depan pintu.Bianca bertanya, “Kita ngobrol sebentar?”Fendra mengangguk.Ketika melihat mereka berdua berjalan ke halaman, Claire merasa semakin penasaran saja. Disusul, Candice dan Cherry juga mendekatinya. Candice langsung bertanya dengan penuh antusias, “Gimana ceritanya Tante Bianca bisa ke sini?”Claire tersenyum. “Memangnya nggak boleh?” Claire mengusap dagunya. “Tapi, apa ada masalah di antara Paman Fendra dengan Tante Bianca?”Sebenarnya Claire dapat menyadari betapa sayangnya Bianca terhadap Emiko. Seharusnya dia akan datang menjaga Emiko di saat senggang. Namun, Claire malah tidak pernah bertemu Bianca lagi.Lagi pula, ketika melihat perbincangan mereka di luar, entah kenapa terasa ada yang aneh dengan suasana di luar sana.Cherry meletakkan tangan di atas pundak Claire. “Aku merasa nggak seharusnya kita ikut campur dalam masalah me
Saat Fendra kembali ke rumah, dia bertemu Claire yang sedang berada di halaman. Dia pun terkejut dan bertanya, “Claire, kenapa kamu keluar?”Claire berjalan ke sisinya. “Paman, apa kamu punya perasaan terhadap Tante Bianca?”Perbincangan mereka berdua telah didengar oleh Claire. Ternyata memang terjadi sesuatu di antara Fendra degan Bianca. Itulah sebabnya mereka begitu menjaga jarak.Fendra tidak berbicara.Claire menghela napas. “Kalau kamu benar-benar tidak suka dengan Tante Bianca, seharusnya kamu menjelaskan sejak awal. Tapi kalau kamu punya perasaan terhadap Tante Bianca, aku rasa seharusnya Paman lebih berani.”Fendra menatap kejauhan, lalu berkata, “Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang aku inginkan. Selama ini aku hanya sibuk bekerja, tidak pernah mempertimbangkan masalah pernikahan. Aku juga ragu bisa membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Bianca adalah seorang wanita yang sangat baik. Dia pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Sementara, aku tidak pernah ber
Baru saja Javier hendak menjelaskan, Jessie pun berlari menuruni tangga dan menyapa, “Kakek Buyut!”Ketika mendengar panggilan “Kakek Buyut” dari mulut Jessie, Steven pun merasa sangat kaget. Dia menatap Javier, lalu tampak Javier mengangguk. “Iya, Ayah. Pak Herbert adalah ayahnya Ibu.”Claire menatap mereka semua. Dia kepikiran dengan ucapan Javier sebelumnya “bisa jadi mereka akan menjadi keluarga”. Ternyata ini maksud Javier.Tak disangka ternyata Herbert adalah ayahnya Prisca. Itu berarti sebenarnya Prisca merupakan bagian dari Keluarga Ozara?Herbert dan Steven duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang. Akhirnya Steven baru mengerti, ternyata ibunya Prisca adalah adiknya Lidora. Prisca bukanlah anak yatim piatu. Hanya saja, tak lama setelah Luna melahirkan Prisca, dia pun dicelakai.Lidora bisa mengadopsi Prisca, seharusnya dia tahu jelas dengan identitas Prisca.Lidora menyukai Loman, tapi dia malah dipaksa untuk menikah dengan ayahnya Loman. Dia pun mengadopsi Prisca, lalu
Seharusnya ada alasan lain kenapa Dimas bisa tinggal di ibu kota. Tiba-tiba Claire kepikiran dengan pertemuannya dengan Jolin sewaktu di restoran. Dia mengatakan dirinya datang untuk menemui teman. “Waktu itu, Jolin janjian sama temannya di restoran. Apa teman yang dia maksud itu kamu?”Dimas memalingkan kepala untuk meliriknya sekilas. “Kenapa?”Claire melipat kedua tangannya. Dia tidak menjawab pertanyaan Dimas, melainkan melanjutkan, “Jolin itu mata-mata Lidora. Jangan-jangan kamu … nggak tahu?”Seusai berbicara, Claire pun tersenyum. “Kamu nggak ikut campur dalam masalah Keluarga Tanzil. Saat dia pinjam mobil kamu, dia juga nggak bilang untuk apa? Tentu saja, bisa jadi kamu berlagak nggak tahu. Atau kamu memang berbaik hati ingin pinjamin mobil pribadimu buat dia. Bisa jadi hubungan kalian memang nggak sederhana.”Biasanya orang-orang hanya akan meminjamkan mobil kepada orang yang bisa dipercaya atau memiliki hubungan sangat bagus. Seandainya hanya memiliki hubungan biasa-biasa saj
Seusai berbicara, Dimas memalingkan kepalanya menatap Claire. “Aku tahu masalah dia dengan Pak Andreas, termasuk dia adalah anak didik Bu Lidora.”Claire tidak berbicara.Mungkin Jolin mematuhi perintah Lidora. Dia menjadi seorang pembunuh, lalu mengkhianati Dimas. Dia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi Lidora, tanpa memedulikan nasibnya sendiri.Dari semua masalah yang terjadi, Jolin memang tergolong jahat. Dia menyusun rencana penculikan Jules, termasuk kecelakaan yang hampir memakan nyawa Jerry di saat acara Natal waktu itu. Namun semua yang dilakukan Jolin hanyalah perintah dari majikannya saja.Hanya saja, apakah Jolin itu memang adalah orang yang berhati jahat? Sepertinya bukan. Dia hanyalah alat di tangan Lidora. Seandainya Jolin berhati jahat, dia pasti tidak akan menolak perasaan Dimas. Dia bahkan akan memanfaatkan Dimas untuk menaikkan kedudukannya.Jolin menebar janji manis demi mendapatkan hati para lelaki. Namun, dia malah menolak ketulusan hati Dimas. Bukannya Jolin s
Candice segera menjelaskan, “Aku nggak bermaksud lain. Aku merasa Kak Cahya sudah nggak muda lagi, akhirnya dia jadi ayah juga.”“Jadi, gimana dengan kamu?” Claire meletakkan tangannya di atas pundak Candice. “Kapan Louis juga jadi ayah?”Candice menepis tangannya. “Menjengkelkan sekali.”Suara tawa Claire dan Cherry semakin keras lagi.Pada saat ini, Cahya dan Louis berjalan ke dalam. “Suara kalian sampai ke bawah..”Candice mengadu, “Mereka lagi tertawain aku.”Cahya mengangkat-angkat pundaknya. Dia duduk di samping Cherry. Sementara, Louis berlagak melihat ke sisi lain.Candice meremas kerah pakaian Louis. “Kamu lagi lihat apa?” Dia berkata dengan mengentakkan kakinya. “Kamu nggak bantuin aku?”Claire tersenyum. “Candice, jangan adu domba hubungan kita, ya. Gimanapun, aku itu kakak iparmu.”Candice menatap Claire. “Aku juga adik iparmu.” Namun setelah dipikir-pikir, Candice pun berkata, “Coba kamu lihat, dia lagi cari keuntungan, nih. Masa aku jadi adiknya.”Claire terdiam. “Sudahla