Aditya mengangkat gelas anggur. “Javier, tak disangka kamu datang meramaikan juga.”Javier pun tersenyum. Dia mengambil segelas anggur dari atas nampan pelayan. “Mana mungkin aku tidak hadir dalam acara pembukaan proyek Paman Aditya?”Claire juga mengambil segelas anggur. “Selamat, Pak Aditya.”Aditya tersenyum sembari bersulang. “Terima kasih.”Pada saat ini, Andreas datang bersama seorang pendamping wanita muda. Wanita di sampingnya berusia sekitar 20-an tahun. Parasnya tidak tergolong menonjol, tetapi wanita itu sungguh berwibawa.Javier bersulang kepada mereka. “Pasangan baru, ya, Pak Andreas.”Andreas berkata dengan tersenyum, “Aku lelaki tua yang masih melajang ini tidak bisa dibandingkan dengan kalian yang sudah berkeluarga. Sepertinya akan malu jika aku datang tanpa pendamping wanita?”Aditya tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Andreas. “Kalau Pak Andreas bersedia untuk berkeluarga, bisa jadi kamu sudah punya banyak anak cucu.”“Sejak kecil aku hidup di luar nege
Sekarang sudah memasuki musim dingin. Bunga mawar di halaman luar dirawat tukang kebun dengan baik.Claire memberi liburan untuk dirinya sendiri, membiarkan Widya untuk membantunya mengelola perusahaan. Hari ini, Claire meluangkan waktunya untuk pergi mengunjungi Emiko.Emiko baru berusia setengah tahun saja. Rambutnya mulai tumbuh. Kedua matanya tampak berkilauan bagai bintang di langit saja. Senyumannya juga sangat manis.“Setelah Emiko gede nanti, dia pasti akan menjadi wanita cantik.” Fendra memeluk Emiko yang berada di dalam pelukannya. Dia sangat menyayangi anak ini. Meskipun Emiko bukanlah darah dagingnya, setelah berhubungan selama beberapa bulan ini, Fendra pun sudah menganggap Emiko sebagai putri kandungnya sendiri.Claire pun berkata dengan tersenyum, “Setelah Emiko berumur 2-3 tahun, aku bisa beliin terusan cantik buat dia. Aku akan mendandaninya dengan sangat cantik.”Dulu saat melahirkan ketiga anak kembar itu, Claire tidak sempat mendandani Jessie. Kepikiran hal ini, Cla
Claire mengusap hidungnya. “Candice, apa kamu bodoh? Kamu dan Louis punya perjanjian pernikahan. Kamu malah berani minum sama George dan nggak pulang semalaman? Kamu cari mati, ya?”“Hari itu suasana hatiku buruk sekali.” Candice menopang kepalanya melihat ke depan. “Sewaktu dia menemani mantannya pergi ke acara, kenapa dia nggak kepikiran dia punya perjanjian pernikahan sama aku?”Claire menyipitkan matanya.Tetiba Candice tersenyum. “Perjanjian pernikahan itu cuma omong kosong! Kalau bukan karena perjanjian pernikahan itu, bisa jadi dia bakal balikan sama mantannya.”Claire menopang dagunya. “Kalau Louis ingin balikan sama Chelsea, masalah pernikahan kalian pasti sudah batal dari dulu. Dia bisa menemani Chelsea ke acara mungkin karena ada alasan lain. Apa dia nggak jelasin ke kamu?”Candice tidak berbicara.Cherry menatapnya. “Belum sempat Louis menjelaskan, dia pun duluan mengajakku untuk minum bersama di Klub Garzia. Kemudian, baru ada cerita selanjutnya.”Candice berusaha menenang
Candice ingin bernapas. Namun, dirinya ditindih hingga tidak bisa bergerak. Hingga Candice tidak meronta lagi, Louis baru melepaskannya.Louis mengusap wajahnya, lalu mendekati bibirnya. Jari Louis mengusap rambut yang menempel di bibir Candice. “Kalaupun kamu suka sama dia, aku juga tidak akan memberimu kesempatan, apalagi membatalkan pernikahan. Semuanya tidak mungkin. Candice, aku ingin diri dan hatimu hanya milik aku seorang diri.”Air mata tak berhenti bergejolak di dalam matanya. Hatinya terasa sangat penat saat ini.Louis mencium air mata di wajah Candice, kemudian beralih ke bagian lehernya. Louis berusaha mempertahankan akal sehatnya. Pada akhirnya, dia menggendong Candice, lalu berjalan ke dalam ruang kantor.Rasa sakit mendadak membuat Candice kesulitan untuk bernapas. Sepertinya Louis ingin menggigit bibir Candice hingga terluka. Louis memalingkan wajah Candice ke belakang, lalu menciumnya. Bayangan manusia tumpah tindih bergerak di atas kaca jendela.Hingga sore hari, Cand
Sama halnya seperti hari ini. Chelsea datang untuk berterima kasih. Dia tinggal di kantornya tidak lebih dari sepuluh menit. Jadi, tidak mungkin ada hubungan apa-apa di antara Louis dengan Chelsea.Setelah kepikiran ucapan Cahya tadi, dia pun kepikiran dengan reaksi Candice hari ini. Dia memang tidak kelihatan tidak peduli ….Louis menepuk-nepuk dahinya. Kepalanya terasa sakit. “Aku tidak bermaksud ingin kembali dengan Chelsea. Malam itu hanyalah acara penutupan syuting film barunya saja. Awalnya dia ingin mencari orang lain untuk menemaninya, tapi orang itu ada urusan mendadak. Itulah sebabnya dia bisa mencariku.”Louis bisa menyetujuinya juga karena Louis telah bersalah padanya. Dia ingin menggunakan bantuan ini untuk menebus kesalahannya.Cahya menepuk-nepuk pundaknya. “Aku tahu kamu merasa bersalah sama dia. Tapi kamu seharusnya menjelaskan masalah ini kepada Candice. Dia juga bukan tidak tahu masalah di antara kalian. Jadi, kalian pun tidak akan salah paham.”Keesokan harinya.Aka
Tentu saja Johan menyadarinya. Tidak ada perubahan ekspresi apa-apa di wajahnya. Dia pun bertanya pada Candice dengan tersenyum, “Sepertinya kalian masih belum berhasil mengumpulkan murid yang ingin bergabung dalam klub?”Candice tersenyum canggung. Olivia adalah mantan murid Johan. Dia pun berkata dengan tersenyum, “Pak Guru, Candice sudah sangat berusaha untuk merekrut anggota. Bukankah masih ada waktu tiga hari? Hari ini kami rekrut beberapa, besok dan lusa kami rekrut lagi beberapa anggota. Anggota kami memang nggak banyak, tapi cukup kok untuk pertunjukan.”Johan mengangguk dengan puas. “Tidak masalah, aku percaya dengan kemampuan kalian. Perkembangan musik tradisional memang harus mengandalkan generasi seperti kalian.”Olivia dan Johan mengobrol sejenak di samping. Hanya tersisa Candice dan Louis di tempat.Candice tidak tahu apakah dirinya seharusnya tinggal di tempat atau pergi. Saat dia merasa galau, tetiba Louis menyuruh Candice untuk menjulurkan tangannya.Candice merasa bi
Louis menunduk untuk melihat Candice. “Tapi masalah aku dengan Chelsea sudah masa lalu. Kalau kamu tidak suka, kelak aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi.”Candice tidak kepikiran Louis akan begitu memikirkan perasaannya. Dalam sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia bahkan merasa hatinya terlalu sempit dan tidak masuk akal.“Candice.” Louis memegang wajahnya, lalu mendekatinya. “Aku dan dia memang sudah berpacaran selama enam tahun, tapi tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita. Aku hanya pernah menyentuhmu saja.”Wajah Candice seketika memanas. Dia mendorong dada Louis, lalu menundukkan kepalanya. “Jangan bahas lagi.”Namun, Louis masih melanjutkan, “Semalam adalah pertama kalinya …. Kalau aku sudah menyakitimu, aku akan lebih hati-hati lain kali …. Uhm ….”Candice menutup mulutnya. Wajahnya semakin merah saja. “Aku sudah bilang jangan bahas lagi.”Louis menggenggam tangan Candice. Pikirannya seketika menjadi hampa. Louis membungkukkan tubuhnya untuk menciumnya. Hanya
Cherry menjawab dengan wajah datar, “Aku nggak kenal sama kamu.”“Sahabatku, Jude, sudah meninggal. Sekarang kamu malah melupakanku?” Si lelaki meletakkan tangannya di atas pundak Cherry. Dia mencondongkan tubuhnya ke sisi Cherry. “Sudah bertahun-tahun tidak berjumpa, kamu semakin cantik saja.”Tangan si lelaki mulai menjulur ke bawah.Tetiba Claire berdiri, lalu menahan pergelangan tangannya. Kemudian, Claire menendang betis si lelaki hingga dia jatuh ke lantai.“Tadi kamu baru saja disiram minuman. Sekarang kamu malah berani pegang-pegang temanku di hadapan banyak orang. Apa kamu tahu perbuatanmu termasuk pelecehan?”Suara Claire menarik perhatian orang-orang. Raut wajah si lelaki sangatlah buruk. Dia berdiri, lalu tersenyum. “Dasar wanita jalang! Kepo sekali!”Si lelaki mengayunkan tinjunya untuk menyerang Claire. Claire mengelak, lalu menjatuhkannya ke lantai.Tamu di dalam restoran langsung berdiri. Ada yang maju untuk memotret dan ada juga yang bersorak tepuk tangan.Candice mena
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka