Di dalam mimpinya, Javier sudah bangun. Claire pun tiba-tiba merasa lebih tenang. Dia meraih tangan Javier dan makin tenggelam dalam mimpi yang ada suaminya.Saat ini, matahari sudah perlahan terbit. Cahaya terang yang menyilaukan, memaksa Claire untuk membuka matanya. Ketika melihat ranjang kosong di hadapannya, wanita itu langsung bangkit. "Javier?" seru Claire. Namun, tidak ada yang merespons di kamar pasien. Dia bergegas ke lorong, lalu tiba-tiba menghentikan seorang perawat yang lewat. Kemudian, dia segera bertanya, "Apa kamu melihat pasien di kamar ini?""Bukannya dia ...." Begitu menoleh ke dalam, perawat itu sontak terkejut dan bertanya, "Di mana orangnya?"Si perawat bergegas kembali ke stasiun perawat untuk melaporkan hal ini. Ketika melihat kamar pasien yang kosong, Claire benar-benar panik. Lantaran teringat dengan sesuatu, dia pun berlari ke arah lift.Saat ini, sudah memasuki puncak musim gugur. Angin pagi yang berembus terasa sangat sejuk. Daun-daun yang berguguran tamp
Di dalam kamar pasien, Claire sedang bersandar di dinding dan menatap Javier yang menemani kedua anaknya membaca buku.Tiba-tiba, Jessie pun mengungkit tentang kunjungan Cahya beberapa hari yang lalu. Namun, Javier hanya merespons dengan tersenyum samar. Ketika Jessie mengungkit tentang Cahya, ekspresi dan sikap pria itu kembali seperti sebelumnya. Melalui ini, Claire tahu jelas bahwa ingatan suaminya telah pulih.Berhubung Jessie dan Jerry harus sekolah, Steven pun datang untuk menjemput mereka, lalu mengingatkan Javier untuk beristirahat dengan baik. Kedua anak itu berpamitan dengan Javier dan langsung pergi bersama Steven.Claire juga hendak pergi, tetapi Javier tiba-tiba memanggilnya. Alhasil, wanita itu pun menghentikan langkah di depan pintu.Saat ini, Claire merasakan ada sosok yang mendekat dari belakang. Dia tidak berbalik dan hanya menarik kembali tangannya yang diletakkan di gagang pintu. Tak lama kemudian, Javier memeluknya dari belakang, lalu menempatkan dagunya di bahu Cl
Claire turun dari mobil dan berdiri di halaman. Taman yang ada di luar vila telah ditumbuhi rumput liar. Pintu masuk vila ini dilengkapi dengan pengaturan sidik jari. Setelah Claire membuka kunci sidik jari, dia pun berjalan masuk ke ruang tamu. Semua furnitur ditutupi dengan kain anti debu. Sementara itu, dinding dan lampu gantungnya terlihat seperti baru.Javier meneleponnya saat ini. Setelah mengangkatnya, Claire pun bertanya, "Apakah Tuan Javier begitu santai?""Kamu di mana?" tanya Javier.Claire membuka jendela geser sambil menjawab, "Coba tebak."Sementara itu, Javier tersenyum dan berjalan memasuki halaman. Segera setelah itu, dia bertanya, "Kamu benaran ingin aku menebaknya?"Claire berdiri di halaman belakang sekarang. Dia memandang ke laut di kejauhan sambil berkata, "Kamu begitu cerdas, jadi pasti bisa menebaknya."Javier pun mengiakan dengan samar. Tak lama kemudian, Claire mendengar suara langkah kaki di ujung telepon yang sangat jelas. Dia pun tertegun sejenak. Kini, ses
Karen hanya tersenyum. Setelah meninggalkan Mario, kehidupan Karen mengalami perubahan drastis. Perbedaannya sungguh besar hingga dia sendiri pun sulit menerimanya.Namun, Karen juga tidak rela menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja. Lantaran tidak bisa muncul di depan Mario, Karen pun bersembunyi dari orang-orang. Saat ini, hanya tempat seperti Klub Garzia yang bersedia menerimanya.Karen tahu tentang perceraian antara Mario dan istrinya. Tidak disangka bahwa mantan istri Mario ternyata tinggal di kompleks apartemen yang sama dengannya. Mungkinkah setelah bercerai, Mario tidak membagikan hartanya kepada wanita itu? Apakah dia meninggalkan rumah tanpa mendapatkan apa pun? Dasar pria berengsek!Jika skandal antara dirinya dan Mario tidak terekspos, juga apabila Mario belum mengetahui kata sandi ponselnya, bagaimana mungkin Karen akan bergantung hidup para pria-pria tua di Klub Garzia?Foto-foto itu adalah jalan buntu yang membuatnya sepenuhnya menyinggung Mario. Sementara itu, bagaim
Tunggu, itu artinya ... di toko perhiasan Soulna sebelumnya, Claire yang membuat janji terlebih dahulu sebenarnya sudah tahu siapa dirinya. Karen juga tiba-tiba mengingat pengiriman dari Claire dan juga kejadian asistennya yang mendadak pergi ke toilet. Semua ini sungguh mencurigakan. Setelah dipikir-dipikir sekarang, Karen akhirnya mengerti. Ternyata mereka adalah satu geng!....Di Vila Blue Canyon.Javier hendak pergi ke kantor. Sembari memasang kancing lengan bajunya dengan satu tangan, dia membiarkan Claire bantu mengikatkan dasinya di area pintu masuk. Tiba-tiba, Claire menggerutu dengan tidak puas, "Kamu lagi-lagi sengaja merusak bajuku. Kamu ingin aku pulang tanpa busana, ya?"Javier memeluk pinggangnya dan menunduk untuk melihat Claire yang mengenakan kemeja miliknya. Segera setelah itu, dia bergumam di telinga Claire, "Bukannya kamu sudah pakai bajuku?"Claire segera mendorong tubuh pria itu yang terlalu dekat, lalu mengeluh, "Aku serius. Hari ini, aku perlu keluar rumah."M
Mereka lebih terlihat seperti sedang berdebat. Meskipun suara mereka tidak terdengar, gerakan tubuh keduanya cukup intens. Wanita itu mendorong si pria, lalu menamparnya. Kemudian, si pria pun meraih tangannya sambil mengatakan sesuatu. Namun, wanita itu menepis tangannya dan berbalik, seolah-olah sedang mengusap air matanya.Saat ini, wanita itu berbalik ke arah jendela. Claire dapat melihat paras wanita itu dengan jelas. Tangannya yang sedang memegang cangkir teh tak kuasa gemetar. Bukannya dia adalah ibunya Cahya?Claire terdiam sejenak dan tidak dapat memercayai apa yang telah dilihatnya. Ibunya Cahya sedang bersama seorang pria yang bukan suaminya. Siapa pria itu? Keduanya tidak terlihat seperti sedang berkencan, tetapi pria itu malah memeluknya barusan. Selain itu, Ester jelas telah menangis. Hanya bisa dikatakan bahwa hubungan mereka tidak sederhana.Melihat Claire yang sedang memikirkan sesuatu, Gina pun bertanya, "Ada apa?"Claire segera mengalihkan pandangannya, lalu menjawab
Gina pun mengerti.Akhirnya si lelaki menyadari Claire yang berada di sampingnya. “Dia ….”“Dia itu cucu angkatku, Claire.” Kemudian, Gina menatap Claire dan memperkenalkan, “Claire, dia namanya Pak Andreas, kamu panggil Paman Andreas saja. Dia adalah adik tingkatanku.”Claire mengangguk ke sisinya. “Salam kenal, Paman Andreas.”Andreas juga mengangguk.Setelah itu, Andreas berbincang-bincang dengan Gina. Claire pun menunggu di samping mobil. Dia melihat ke sisi mereka berdua. Setelah dilihat-lihat, sepertinya Pak Andreas bukan warga Negara Makronesia. Dari cara bicara hingga berpakaiannya, kelihatannya dia adalah seorang tokoh yang memiliki tingkat sosial tinggi.Apa hubungannya dia dengan Bu Gina?Gina memalingkan kepalanya melirik ke sisi Claire, lalu berkata, “Claire, kamu pulang dulu saja. Tidak usah tunggu aku.”Claire tersenyum sembari mengangguk, lalu bersama Izza memasuki mobil.Di Kediaman Chaniago.Ester melewati kamar Cahya. Dia terkejut ketika mendengar pembicaraan Cahya d
Cherry duduk, lalu memesan secangkir kopi latte. “Karen cari kamu?”Claire mengiakan, “Dia masih di ibu kota. Sepertinya dia lagi bersembunyi. Bisa jadi dia dipergoki ketika mencariku.”Cherry pun tersenyum. “Aku rasa dia lagi cari aku.”“Cari kamu?” Claire terdiam sejenak.Cherry mengambil cangkir yang disajikan pelayan, lalu menyesapnya. “Ayahku memblokir nomor teleponnya. Sekarang Keluarga Martini sudah putus hubungan dengan dia. Itulah kenapa dia terpaksa mencari tahu keberadaanku.”“Jadi, kamu sengaja nggak mau ketemu sama dia?” Claire kepikiran sesuatu.Waktu itu Karen menggunakan video untuk mengancam Keluarga Martini. Sekarang tanpa video itu, tentu saja Keluarga Martini tidak bisa diancam lagi. Mereka juga tidak perlu membiayai Karen lagi.Keberadaan Karen adalah aib bagi Keluarga Martini. Apalagi Karen pernah berbuat seperti itu kepada Cherry, tentu saja Keluarga Martini merasa sangat marah.Sekarang Karen tidak memiliki ancaman di tangan lagi, ditambah lagi dia sudah dicampa