Mereka lebih terlihat seperti sedang berdebat. Meskipun suara mereka tidak terdengar, gerakan tubuh keduanya cukup intens. Wanita itu mendorong si pria, lalu menamparnya. Kemudian, si pria pun meraih tangannya sambil mengatakan sesuatu. Namun, wanita itu menepis tangannya dan berbalik, seolah-olah sedang mengusap air matanya.Saat ini, wanita itu berbalik ke arah jendela. Claire dapat melihat paras wanita itu dengan jelas. Tangannya yang sedang memegang cangkir teh tak kuasa gemetar. Bukannya dia adalah ibunya Cahya?Claire terdiam sejenak dan tidak dapat memercayai apa yang telah dilihatnya. Ibunya Cahya sedang bersama seorang pria yang bukan suaminya. Siapa pria itu? Keduanya tidak terlihat seperti sedang berkencan, tetapi pria itu malah memeluknya barusan. Selain itu, Ester jelas telah menangis. Hanya bisa dikatakan bahwa hubungan mereka tidak sederhana.Melihat Claire yang sedang memikirkan sesuatu, Gina pun bertanya, "Ada apa?"Claire segera mengalihkan pandangannya, lalu menjawab
Gina pun mengerti.Akhirnya si lelaki menyadari Claire yang berada di sampingnya. “Dia ….”“Dia itu cucu angkatku, Claire.” Kemudian, Gina menatap Claire dan memperkenalkan, “Claire, dia namanya Pak Andreas, kamu panggil Paman Andreas saja. Dia adalah adik tingkatanku.”Claire mengangguk ke sisinya. “Salam kenal, Paman Andreas.”Andreas juga mengangguk.Setelah itu, Andreas berbincang-bincang dengan Gina. Claire pun menunggu di samping mobil. Dia melihat ke sisi mereka berdua. Setelah dilihat-lihat, sepertinya Pak Andreas bukan warga Negara Makronesia. Dari cara bicara hingga berpakaiannya, kelihatannya dia adalah seorang tokoh yang memiliki tingkat sosial tinggi.Apa hubungannya dia dengan Bu Gina?Gina memalingkan kepalanya melirik ke sisi Claire, lalu berkata, “Claire, kamu pulang dulu saja. Tidak usah tunggu aku.”Claire tersenyum sembari mengangguk, lalu bersama Izza memasuki mobil.Di Kediaman Chaniago.Ester melewati kamar Cahya. Dia terkejut ketika mendengar pembicaraan Cahya d
Cherry duduk, lalu memesan secangkir kopi latte. “Karen cari kamu?”Claire mengiakan, “Dia masih di ibu kota. Sepertinya dia lagi bersembunyi. Bisa jadi dia dipergoki ketika mencariku.”Cherry pun tersenyum. “Aku rasa dia lagi cari aku.”“Cari kamu?” Claire terdiam sejenak.Cherry mengambil cangkir yang disajikan pelayan, lalu menyesapnya. “Ayahku memblokir nomor teleponnya. Sekarang Keluarga Martini sudah putus hubungan dengan dia. Itulah kenapa dia terpaksa mencari tahu keberadaanku.”“Jadi, kamu sengaja nggak mau ketemu sama dia?” Claire kepikiran sesuatu.Waktu itu Karen menggunakan video untuk mengancam Keluarga Martini. Sekarang tanpa video itu, tentu saja Keluarga Martini tidak bisa diancam lagi. Mereka juga tidak perlu membiayai Karen lagi.Keberadaan Karen adalah aib bagi Keluarga Martini. Apalagi Karen pernah berbuat seperti itu kepada Cherry, tentu saja Keluarga Martini merasa sangat marah.Sekarang Karen tidak memiliki ancaman di tangan lagi, ditambah lagi dia sudah dicampa
Cherry merenung beberapa saat, lalu mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, maaf sudah merepotkanmu.”Claire membawa Cherry kembali ke vila. Pengurus rumah, Herman, sedang merapikan tanaman di rumah. Ketika melihat kepulangan Claire, dia tertegun sejenak, lalu berdiri untuk menyapa, “Nyonya.”Claire mengangguk, lalu berkata pada Herman, “Dia adalah putri dari Keluarga Martini, Cherry. Sementara ini dia akan tinggal di sini.”Herman mengangguk dengan tersenyum. “Baik, kalau begitu, aku bereskan kamar tamu dulu.”Cherry dan Claire berjalan memasuki vila. Dia berjalan ke sisi Claire, lalu bertanya, “Kamu dan Tuan Javier nggak tinggal di sini? Jadi, kalian tinggal di mana?”“Vila Blue Canyon.”Cherry menyindirnya, “Bagus, ya. Kalian melewati dunia milik berdua dan meninggalkan anak-anak di rumah.”Claire merangkul pundak Cherry. “Nanti kalau kamu punya anak sebelum menikah, kamu pun akan merasakan nggak leluasa bawa anak ketika pacaran.”Cherry melambaikan tangannya. “Sepertinya aku nggak akan
Javier mencubit dagu Claire. “Apa kamu lagi mencemaskan Jessie?”Claire tersadar dari bengongnya. Ingatan Javier sudah pulih, itu berarti dia tahu masalah setelah dia kehilangan ingatannya. Tangan Claire menggenggam tangan si lelaki. “Sekarang Jessie juga sudah gadis. Aku ingin … Izza ajari dia teknik seni bela diri.”Javier mengusap kepala Claire. “Boleh, ada baiknya Jessie menguasai teknik melindungi diri sendiri.”“Oh ya.” Claire kepikiran sesuatu. “Temanku lagi tinggal di vilamu.”“Teman yang kamu maksud itu putri dari Keluarga Martini?” Javier menyipitkan matanya.Claire mengangguk. Dia tahu Paman Herman pasti akan memberitahunya. “Kamu nggak keberatan, ‘kan?”Jari tangan Javier mengusap sisa makanan di ujung bibir Claire. Dia lalu menurunkan nada bicaranya. “Berhubung dia itu temanmu, tentu saja aku tidak keberatan.”Keesokan harinya.Cherry pergi ke Perusahaan Soulna untuk mencari Claire. Menyadari wajah letih Cherry, dia pun bertanya, “Kamu nggak bisa tidur?”Cherry mengusap k
Susan gemetar. “Kamu ….”Pada saat ini, Karen berjalan kemari. “Kamu istrinya Tuan Javier? Masalah ini adalah masalah pribadi kami dengan Shelly. Apa kamu nggak merasa kamu terlalu ikut campur dalam masalah ini?”Claire pun tersenyum. “Nona Karen saja boleh datang ke perusahaanku, kenapa aku nggak boleh ikut campur dalam masalah ini? Sepertinya Nona Karen tahu siapa dalang dalam permasalahan waktu itu, ‘kan?”Raut wajah Karen berubah kaget. Dia melihat Claire dengan tatapan tidak percaya. Tak disangka, Cherry bahkan menceritakan masalah waktu itu kepadanya.Awalnya Karen mengira Claire masih tidak mengetahui masalah waktu itu. Oleh sebab itu, dia sengaja membawa anggota keluarga si lelaki ke sini supaya Claire percaya bahwa Cherry adalah seorang “pembunuh”. Tak disangka ….Hanya saja, memangnya kenapa jika Cherry mengetahui masalah itu? Video sudah hilang, lelaki itu juga sudah meninggal. Meskipun mereka mencurigai dirinya, mereka juga tidak memiliki bukti apa-apa untuk menyalahkannya.
Karen merasa kaget. Hanya tampak raut wajah tidak berekspresi Cherry. “Kamu ekspos saja. Aku sudah nggak masalah. Kalau kamu ingin ancam aku, ya silakan saja.”Kemudian, Cherry membalikkan tubuhnya. “Belum pasti Keluarga Martini akan peduli dengan ancamanmu.”Seusai berbicara, Cherry langsung berjalan pergi.Claire membalikkan kepalanya melihat mereka sekilas. Dia sedang menyuruh Fendra untuk mengantar mereka untuk pergi.Karen berkata dengan geram, “Kamu tunggu saja!”…Saat berjalan ke koridor, Cherry menopang kedua tangan di atas pegangan sembari memandang ke luar jendela.Claire berjalan ke sisinya. “Kalau sampai masalah ini diekspos, pasti akan berdampak besar terhadap Keluarga Martini.”Claire ingat Cherry pernah mengatakan bahwa ayahnya hendak mundur dari jabatannya, kemudian jabatan ayahnya akan digantikan oleh pamannya.Sementara itu, rekaman di tangan Karen memang bisa menjadi ancaman bagi Keluarga Martini. Tanpa rekaman itu, tentu saja Keluarga Martini tidak akan mempermasal
Roger tertegun sejenak.Mungkin Roger sudah terbiasa untuk memanggil Claire dengan sebutan “Nona Claire”, dia pun melupakan masalah itu. Hanya saja, sebelumnya Javier juga tidak peduli dengan masalah panggilan, kenapa dia tiba-tiba mempermasalahkannya? “Oh ya, Tuan Javier, apa kamu masih ingat dengan Karen?”Bagaimanapun juga, ingatan Javier baru pulih, entah dia masih mengingat wanita itu atau tidak.Raut wajah Javier langsung berubah muram. Dia terlihat tidak begitu fokus. “Maksudmu simpanan si Mario?”Roger menggaruk kepalanya. “Wanita itu lagi bersembunyi di ibu kota. Sebelumnya kamu pernah membantu No … Nyonya Claire mendapatkan video di dalam ponselnya. Sekarang dia malah muncul lagi, entah apa yang akan dia lakukan.”Javier terdiam sejenak. Sepertinya memang ada masalah seperti itu. Waktu itu, Claire memohonnya demi membantu Cherry.Nada bicara Javier berubah datar. “Kamu jalankan perintahnya dulu.”Roger mengangguk, lalu meninggalkan ruangan kantor.Malam semakin gelap. Lampu
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka
Yogi mengangguk. “Aku akan melakukannya.”Setelah berpamitan dengan Shawn, mereka bertiga memasuki bandara.Pada saat bersamaan, di bandara Kota Jimbar.Mike dan Emilia mengantar Hiro di depan pintu. Mike menyerahkan koper kepadanya. “Kalau ada waktu, sering main ke sini.”Hiro mengambil kopernya sembari mengangguk. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya, berjalan ke dalam bandara.Emilia yang sedang menggendong kucing menggigit bibirnya. Dia menundukkan kepalanya menatap Kiumi. “Kelak mungkin kamu tidak akan bertemu Paman lagi.”Mike melirik Emilia sekilas. “Astaga, masih tidak merelakannya?”“Kiumi yang nggak merelakannya.”“Aku rasa kamu yang tidak merelakannya.” Mike membalikkan tubuhnya dengan tersenyum, kemudian berjalan ke depan mobil. Emilia mengikuti di belakang. Mike membuka pintu. “Kamu ini masih kecil. Kamu selesaikan sekolahmu, lalu usahakan untuk kuliah di ibu kota.”Emilia duduk di bangku samping pengemudi. Ketika mendengar kuliah di ibu kota, dia langsung memalingkan kepala
Seperti kata pepatah, setiap kerugian pasti akan disertai dengan keuntungan. Lagi pula, dari dermaga itu, Keluarga Amkasa hanya akan mendapat pemasukan dari biaya singgah kapal dagang Organisasi Naga.Sekarang, setelah kaki putra Sorox patah akibat dipukul oleh Anton, Keluarga Amkasa sama sekali tidak menunjukkan respons apa pun, itu berarti mereka telah sepenuhnya menyinggung Sorox.Jangan harap mereka bisa berbisnis seperti biasa di masa depan. Bahkan, Organisasi Naga mungkin akan menjadi musuh Keluarga Amkasa. Meskipun mereka tidak lagi menggunakan dermaga Keluarga Amkasa, mereka tetap bisa membuka jalur baru dengan cara mereka sendiri.Pada akhirnya, Keluarga Amkasa justru mempersempit jalan mereka sendiri hanya demi mempertahankan keuntungan kecil ini.Yogi membalikkan kepalanya untuk melihat Dessy. “Ayo, kita pergi.”“Yogi, sebenarnya apa maksudmu? Sebenarnya kamu mau bantu atau tidak!” jerit Febri.Tanpa menoleh, Yogi berkata, “Tunggu kabar saja.”Kemudian, Yogi meninggalkan tem
Pada saat ini, pengurus rumah bergegas ke dalam rumah. “Tuan, ada yang melapor, katanya mereka melihat Tuan Yogi di dalam kota.”Benny spontan berdiri. “Apa benar?”Apa Yogi telah kembali?“Iya, dia lagi berada di Kediaman Keluarga Tanoto.”Ketika mendengar Yogi pergi ke Kediaman Keluarga Tanoto, Benny langsung menggebrak meja. “Begitu pulang, malah langsung ke Kediaman Keluarga Tanoto, sepertinya dia benar-benar tidak menganggap dirinya sebagai bagian dari Keluarga Amkasa!”Sekarang Febri sangat panik. Dia hanya berharap putranya bisa kembali. “Suamiku, berhubung dia sudah kembali, biarkan dia pergi tebus Anton. Bukannya Yogi itu anak sulungmu? Sekarang nyawa Anton sangat penting!”Kening Benny berkerut. Tangannya dikepal erat.Tidak lama kemudian, Yogi dan Dessy berada di halaman luar. Begitu Benny melihat kepulangannya, Benny pun terbengong sejenak. Ekspresinya seketika berubah muram. “Bukannya kamu tidak bersedia untuk pulang?”Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Yogi. “Kalau
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah