Orang tua tidak suka dengan anak seperti Javier, begitu pula dengan Peter. Namun, Cahya tahu karena dirinya mengenal Javier saat kecil, dia baru bisa memutuskan dirinya ingin menjadi orang seperti apa, kehidupan seperti apa yang ingin dijalaninya, dan jalan hidup apa yang harus dipilihnya agar tidak menyesal.Cahya berucap, "Kalau dulu nggak ada Javier, mungkin nggak ada Cahya yang sekarang."Raut wajah Peter menjadi dingin. Akhirnya, dia pergi dengan ekspresi muram. Zefri menghampiri Cahya, lalu meletakkan tangan di bahu Cahya. Mungkin Zefri tersentuh, makanya dia berkata, "Lakukan apa yang kamu inginkan."Cahya tertegun. Dia mendongak dan berujar, "Ayah ...."Zefri meremas bahu Cahya, lalu menarik tangannya dan naik ke lantai atas.Cahya berjalan keluar dari vila. Hardy yang melipat kedua tangannya di dada sambil bersandar di dinding berkomentar, "Kak, waktu kecil aku mengidolakanmu karena kamu lebih hebat dariku dan bisa mendapatkan pujian dari Kakek."Kemudian, Hardy menghampiri Ca
Tiba-tiba, jempol Javier menyentuh jari Claire dengan lembut. Candice tersenyum, dia menggoyang bahu Claire dan berseru, "Aku sudah bilang aku nggak bohong! Ini berarti Tuan Javier sadar!"Claire berdiri dan duduk di tepi ranjang, lalu memandang Javier. Claire menggenggam tangan Javier dan menempelkannya di wajahnya sendiri, dia tersenyum gembira dan bertanya, "Javier, kamu bisa merasakan keberadaanku, 'kan? Apa kamu bisa mendengarku?"Namun, setelah menunggu begitu lama, Javier tetap tidak merespons ucapan Claire dan tidak bangun. Hanya saja, sudah cukup kalau Javier bisa menunjukkan sedikit respons.Malam harinya, di klub. Hardy memapah Cahya keluar dari ruang privat. Sekarang, Cahya sudah mabuk karena minum terlalu banyak alkohol. Hardy berujar, "Kak, kamu ini bukan hanya mau minum-minum, tapi mau mabuk-mabukan."Hardy memakaikan topi dan kacamata hitam kepada Cahya, lalu merogoh sakunya. Saat menyadari sesuatu, dia berucap, "Dompetku ketinggalan. Kak, kamu tunggu aku di sini. Janga
Kemudian, Freya pun pergi bersama manajer itu. Cahya mengembuskan napas lega, lalu memijat keningnya dan berucap, "Nona Cherry, terima kasih karena sudah membantuku menyelesaikan masalah ini."Cherry mengamati sekeliling dan bertanya, "Apa Tuan Cahya nggak takut dikenali kalau datang ke klub sendirian?""Aku datang dengan adikku," jawab Cahya. Kemudian, Hardy bergegas menghampiri Cahya.Hardy mengeluh, "Kak, bukannya tadi aku menyuruhmu jangan berkeliaran?" Hardy baru menemukan Cahya sekarang. Tatapan Hardy tiba-tiba tertuju kepada Cherry dan dia bertanya, "Kamu siapa?"Cherry tidak menjawab. Cahya yang memperkenalkan, "Namanya Cherry, dia itu Nona dari Keluarga Martini.""Nona dari Keluarga Martini ... oh ... jangan-jangan kamu ...," ucap Hardy sambil menunjuk Cherry. Namun, dia tidak tahu bagaimana menyebutnya. Hardy tidak mengenal Cherry, tetapi dia pernah mendengar tentang Nona dari Keluarga Martini.Cherry tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengingatkan, "Tuan C
Mobil yang berhenti tidak jauh dari sana belum meninggalkan tempat tersebut. Perasaan Cahya campur aduk saat melihat kejadian ini. Kali ini, dia memang terlalu sembrono.Hardy menatap Cahya sembari bertanya, "Kak, kita jadi pulang, nggak?"Cahya mengalihkan pandangannya, lalu memijat kening dan menjawab, "Iya."....Satu minggu kemudian, di Perusahaan Soulna. "Paman Fendra, kenapa kamu nggak beristirahat lagi?" tanya Claire saat melihat Fendra yang sudah masuk kerja. Claire mengkhawatirkan luka Fendra.Fendra mengangkat lengannya, lalu tersenyum dan menjawab, "Lukaku hampir sembuh, jadi nggak masalah. Kamu tenang saja."Claire dan Fendra berjalan keluar dari lift. Fendra menanyakan masalah Claire dan Javier di Pulau Yanno. Bahkan, media juga tahu tentang insiden di Pulau Yanno. Bagaimanapun, kabar ini sangat menghebohkan. Hanya saja, masalah Javier dan Cahya yang hampir kehilangan nyawa tidak diekspos.Keluarga Chaniago dan Fernando memilih untuk tidak mengungkapkan masalah ini dan men
Sementara itu, Claire duduk di sofa sambil melihat majalah pakaian tradisional. Candice keluar setelah mengenakan pakaian tradisional. Claire menggeleng karena warna pakaiannya membuat Candice terlihat tua.Kemudian, Candice mengganti pakaian yang lain lagi. Namun, warnanya terlalu mencolok sehingga tidak cocok dengan Candice. Sesudah mengganti beberapa kali, Claire tetap menggeleng. Claire meminta staf wanita itu membawa beberapa pakaian tradisional yang dipilihnya tadi, lalu menyuruh Candice mencobanya.Setelah Candice memakainya, hasilnya lebih memuaskan daripada yang sebelumnya. Candice mencoba beberapa model lagi. Dia yang kelelahan bersandar di dinding dan mengeluh, "Claire, aku nggak sanggup lagi."Claire merenung sambil mengelus dagunya. Tiba-tiba, dia menunjuk pakaian tradisional yang dipegang staf wanita sembari berkata, "Coba model yang itu.""Masih mau coba lagi?" tanya Candice. Dia benar-benar frustrasi.Claire mengangguk, jadi Candice pun mencobanya. Ketika Candice keluar
Candice dan Claire keluar dari salon. Claire melihat Candice yang menunduk terkesan malas. Claire menepuk punggung Candice dan menyemangatinya, "Berdiri yang tegak, kamu harus percaya diri."Candice yang merasa tidak berdaya bertanya, "Aku cuma interviu, apa perlu begitu serius?"Claire menjawab dengan tegas, "Tentu saja perlu. Coba kamu pikir, banyak guru di akademi musik sangat muda dan cantik. Jadi, kamu harus memperhatikan penampilanmu. Masa kamu pergi interviu dengan penampilan yang nggak rapi?"Candice merasa ucapan Claire masuk akal. Dia mengangguk dan menimpali, "Kamu benar. Kalau begitu, aku akan berdiri tegak." Candice langsung mempraktikkannya.Claire tertawa, lalu menyentil pinggang Candice dan mengingatkan, "Lebih alami sedikit."Candice langsung menghindar dan menutupi pinggangnya. Dia yang merasa tidak rela juga menggelitik Claire. Mereka berdua tertawa dan sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang lewat.Di rumah sakit, Cahya berjalan masuk ke kamar Javier, lalu m
Ketiga kalinya, Cahya pergi ke Perusahaan Soulna dengan menggunakan alasan menyewa perhiasan untuk menemui Claire. Tujuannya tercapai saat melihat Javier panik. Kemudian, dia mendapat telepon dari adik sepupunya yang mengatakan bahwa Claire digigit ular dan meminta dirinya untuk membawa Profesor Quard ke sana.Ketika tiba di kamp pelatihan, Cahya melihat Javier yang gelisah dan gugup. Saat itu, dia baru yakin bahwa Javier benar-benar mencintai Claire. Meskipun Javier terjangkit virus dan menyembunyikan perceraiannya dengan Claire dari publik, Cahya tahu bahwa perasaan Javier sama sekali tidak berubah.Javier adalah orang yang sangat menjunjung tinggi komitmen. Selama menurutnya benar, dia akan melakukannya walaupun terpaksa. Setelah terjadi sesuatu pada Claire, Javier merasa sangat menyesal.Dalam waktu 3 tahun, Javier sama sekali tidak mendengar kabar apa pun tentang Claire. Dia merasa sangat cemas sehingga diam-diam mengutus orang untuk mencari keberadaan Claire. Di sisi lain, Candi
Tidak ada yang mengenakan pakaian formal. Semua orang berdandan secara khusus dan terlihat glamor. Candice mengenakan kebaya biru yang dirancang secara khusus, dengan gambar bunga kamboja putih yang indah, tampak terjahit rapi di sepanjang bagian bawah rok. Pinggiran bunga di bagian lehernya juga dihiasi dengan mutiara.Candice juga mengepang rambut panjangnya yang biasa terurai. Hal ini pun memperlihatkan paras cantiknya. Selain itu, dia hanya mengenakan sedikit riasan, dengan bentuk alis yang tergambar dengan sempurna. Secara keseluruhan, penampilan Candice sangat anggun, klasik, lembut, dan hangat.Orang-orang yang sedang menunggu di luar sontak menatap ke arahnya. Hal ini membuat Candice merasa agak canggung sehingga dia menunduk dan bertanya, "Clarie, apakah aku terlihat sangat aneh?"Namun, Claire malah menepuk bahunya sambil berkata, "Kamu harus percaya diri."Saat ini, Candice telah mendapatkan nomor antrean dan sedang menunggu gilirannya. Saat melihat orang-orang di depan masu
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me