Polisi menerobos masuk. Ada anak buah Mike yang kabur, ditembak, dan ditahan. Situasinya kacau balau. Mike juga ditahan oleh 2 polisi, lalu diborgol dan dibawa pergi.Pandangan Javier mulai kabur, dia samar-samar mendengar ada yang memanggilnya. Itu suara Cahya dan ...."Javier!" teriak Claire. Dia menangis dan berlutut lantai, lalu memeluk Javier. Air mata Claire mengalir ke wajah Javier yang ternodai darah.Javier melihat Claire yang berlinang air mata. Saat hendak bicara, Javier tiba-tiba kehilangan kesadarannya. Kemudian, Javier diangkat ke ambulans, lalu diantar ke rumah sakit.Claire terus menemani Javier dan menggenggam tangan Javier yang dingin. Dokter memakaikan masker oksigen pada Javier dan melakukan resusitasi. Sesampainya di rumah sakit, orang-orang menyingkir saat dokter berteriak, "Tolong minggir!"Claire diminta menunggu di luar, sedangkan Rina dan Cahya baru sampai. Meskipun Cahya juga terluka, kondisinya tidak separah Javier. Wajah Cahya memucat saat melihat Javier di
Setelah Javier koma selama 4 hari, Steven mengirim pesawat pribadi untuk menjemput Javier ke rumah sakit ibu kota. Sementara itu, Roger tinggal di Pulau Yanno untuk mengurus permasalahan developer dan Mike. Sudah jelas masalah ini membuat Steven berang. Ditambah dengan Cahya yang terluka, Zefri menggunakan segala cara untuk memecat petinggi di Pulau Yanno.Semua bisnis pemandian air panas di Pulau Yanno yang terlibat kekerasan dan penipuan investasi diperiksa. Bahkan, direktur pihak developer terpaksa mengorbankan keuntungan mereka dan berusaha memutuskan hubungan dengan pusat pemandian air panas milik Mike. Direktur tersebut juga menyerahkan informasi mengenai komplotan Mike dan bukti Mike mendapatkan uang dengan cara kotor kepada pihak kepolisian. Namun, direktur itu menyembunyikan identitasnya.Sekalipun Keluarga Fernando dan Chaniago tidak memiliki kekuasaan di Pulau Yanno, ini pertama kalinya mereka bisa mencapai tujuan yang sama demi Javier dan Cahya. Mereka berhasil menjatuhkan
Orang tua tidak suka dengan anak seperti Javier, begitu pula dengan Peter. Namun, Cahya tahu karena dirinya mengenal Javier saat kecil, dia baru bisa memutuskan dirinya ingin menjadi orang seperti apa, kehidupan seperti apa yang ingin dijalaninya, dan jalan hidup apa yang harus dipilihnya agar tidak menyesal.Cahya berucap, "Kalau dulu nggak ada Javier, mungkin nggak ada Cahya yang sekarang."Raut wajah Peter menjadi dingin. Akhirnya, dia pergi dengan ekspresi muram. Zefri menghampiri Cahya, lalu meletakkan tangan di bahu Cahya. Mungkin Zefri tersentuh, makanya dia berkata, "Lakukan apa yang kamu inginkan."Cahya tertegun. Dia mendongak dan berujar, "Ayah ...."Zefri meremas bahu Cahya, lalu menarik tangannya dan naik ke lantai atas.Cahya berjalan keluar dari vila. Hardy yang melipat kedua tangannya di dada sambil bersandar di dinding berkomentar, "Kak, waktu kecil aku mengidolakanmu karena kamu lebih hebat dariku dan bisa mendapatkan pujian dari Kakek."Kemudian, Hardy menghampiri Ca
Tiba-tiba, jempol Javier menyentuh jari Claire dengan lembut. Candice tersenyum, dia menggoyang bahu Claire dan berseru, "Aku sudah bilang aku nggak bohong! Ini berarti Tuan Javier sadar!"Claire berdiri dan duduk di tepi ranjang, lalu memandang Javier. Claire menggenggam tangan Javier dan menempelkannya di wajahnya sendiri, dia tersenyum gembira dan bertanya, "Javier, kamu bisa merasakan keberadaanku, 'kan? Apa kamu bisa mendengarku?"Namun, setelah menunggu begitu lama, Javier tetap tidak merespons ucapan Claire dan tidak bangun. Hanya saja, sudah cukup kalau Javier bisa menunjukkan sedikit respons.Malam harinya, di klub. Hardy memapah Cahya keluar dari ruang privat. Sekarang, Cahya sudah mabuk karena minum terlalu banyak alkohol. Hardy berujar, "Kak, kamu ini bukan hanya mau minum-minum, tapi mau mabuk-mabukan."Hardy memakaikan topi dan kacamata hitam kepada Cahya, lalu merogoh sakunya. Saat menyadari sesuatu, dia berucap, "Dompetku ketinggalan. Kak, kamu tunggu aku di sini. Janga
Kemudian, Freya pun pergi bersama manajer itu. Cahya mengembuskan napas lega, lalu memijat keningnya dan berucap, "Nona Cherry, terima kasih karena sudah membantuku menyelesaikan masalah ini."Cherry mengamati sekeliling dan bertanya, "Apa Tuan Cahya nggak takut dikenali kalau datang ke klub sendirian?""Aku datang dengan adikku," jawab Cahya. Kemudian, Hardy bergegas menghampiri Cahya.Hardy mengeluh, "Kak, bukannya tadi aku menyuruhmu jangan berkeliaran?" Hardy baru menemukan Cahya sekarang. Tatapan Hardy tiba-tiba tertuju kepada Cherry dan dia bertanya, "Kamu siapa?"Cherry tidak menjawab. Cahya yang memperkenalkan, "Namanya Cherry, dia itu Nona dari Keluarga Martini.""Nona dari Keluarga Martini ... oh ... jangan-jangan kamu ...," ucap Hardy sambil menunjuk Cherry. Namun, dia tidak tahu bagaimana menyebutnya. Hardy tidak mengenal Cherry, tetapi dia pernah mendengar tentang Nona dari Keluarga Martini.Cherry tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengingatkan, "Tuan C
Mobil yang berhenti tidak jauh dari sana belum meninggalkan tempat tersebut. Perasaan Cahya campur aduk saat melihat kejadian ini. Kali ini, dia memang terlalu sembrono.Hardy menatap Cahya sembari bertanya, "Kak, kita jadi pulang, nggak?"Cahya mengalihkan pandangannya, lalu memijat kening dan menjawab, "Iya."....Satu minggu kemudian, di Perusahaan Soulna. "Paman Fendra, kenapa kamu nggak beristirahat lagi?" tanya Claire saat melihat Fendra yang sudah masuk kerja. Claire mengkhawatirkan luka Fendra.Fendra mengangkat lengannya, lalu tersenyum dan menjawab, "Lukaku hampir sembuh, jadi nggak masalah. Kamu tenang saja."Claire dan Fendra berjalan keluar dari lift. Fendra menanyakan masalah Claire dan Javier di Pulau Yanno. Bahkan, media juga tahu tentang insiden di Pulau Yanno. Bagaimanapun, kabar ini sangat menghebohkan. Hanya saja, masalah Javier dan Cahya yang hampir kehilangan nyawa tidak diekspos.Keluarga Chaniago dan Fernando memilih untuk tidak mengungkapkan masalah ini dan men
Sementara itu, Claire duduk di sofa sambil melihat majalah pakaian tradisional. Candice keluar setelah mengenakan pakaian tradisional. Claire menggeleng karena warna pakaiannya membuat Candice terlihat tua.Kemudian, Candice mengganti pakaian yang lain lagi. Namun, warnanya terlalu mencolok sehingga tidak cocok dengan Candice. Sesudah mengganti beberapa kali, Claire tetap menggeleng. Claire meminta staf wanita itu membawa beberapa pakaian tradisional yang dipilihnya tadi, lalu menyuruh Candice mencobanya.Setelah Candice memakainya, hasilnya lebih memuaskan daripada yang sebelumnya. Candice mencoba beberapa model lagi. Dia yang kelelahan bersandar di dinding dan mengeluh, "Claire, aku nggak sanggup lagi."Claire merenung sambil mengelus dagunya. Tiba-tiba, dia menunjuk pakaian tradisional yang dipegang staf wanita sembari berkata, "Coba model yang itu.""Masih mau coba lagi?" tanya Candice. Dia benar-benar frustrasi.Claire mengangguk, jadi Candice pun mencobanya. Ketika Candice keluar
Candice dan Claire keluar dari salon. Claire melihat Candice yang menunduk terkesan malas. Claire menepuk punggung Candice dan menyemangatinya, "Berdiri yang tegak, kamu harus percaya diri."Candice yang merasa tidak berdaya bertanya, "Aku cuma interviu, apa perlu begitu serius?"Claire menjawab dengan tegas, "Tentu saja perlu. Coba kamu pikir, banyak guru di akademi musik sangat muda dan cantik. Jadi, kamu harus memperhatikan penampilanmu. Masa kamu pergi interviu dengan penampilan yang nggak rapi?"Candice merasa ucapan Claire masuk akal. Dia mengangguk dan menimpali, "Kamu benar. Kalau begitu, aku akan berdiri tegak." Candice langsung mempraktikkannya.Claire tertawa, lalu menyentil pinggang Candice dan mengingatkan, "Lebih alami sedikit."Candice langsung menghindar dan menutupi pinggangnya. Dia yang merasa tidak rela juga menggelitik Claire. Mereka berdua tertawa dan sama sekali tidak menghiraukan orang-orang yang lewat.Di rumah sakit, Cahya berjalan masuk ke kamar Javier, lalu m