Candice mengejar ayahnya dan berseru, "Ayah!" Namun, Vincent sudah kembali ke kamarnya dan mengunci pintu.Louis memandang Candice yang berdiri di luar. Sementara itu, Candice bergegas masuk, lalu mencengkeram kerah baju Louis dan membentak, "Louis, beraninya kamu mencari tahu tentang masa laluku!"Louis menyahut dengan tenang, "Memangnya kamu punya masa lalu yang memalukan, ya?"Candice tidak menjawab. Louis melepaskan tangan Candice, lalu berdiri dan merapikan bajunya. Louis menatap Candice dan berucap, "Apa kamu merasa masalah waktu itu memang kesalahanmu?"Candice tertegun, dia mengepalkan tangannya dengan erat dan bertanya, "Apa maksudmu?"Louis mendekati Candice dan menjawab, "Aku yakin kamu bukan orang seperti itu."Louis keluar dari ruang kerja dan meninggalkan Candice yang terdiam di tempat. Setelah beberapa saat, Candice merasa sangat lemas.Sementara itu, Claire baru sampai di Grup Angkasa. Resepsionis yang sudah mengetahui identitas Claire menyapa dengan antusias, "Nyonya C
Javier melonggarkan dasinya dan berpesan kepada Roger, "Aku tidak pergi ke perjamuan lagi, bilang saja malam ini aku mau menemani istriku berendam." Roger terbengong-bengong.Saat malam, Claire sangat menyesal telah melontarkan ucapan seperti itu siang tadi. Javier benar-benar mengajak Claire berendam bersama untuk waktu yang lama. Claire bersandar di pelukan Javier dan mencium aroma di tubuh Javier, lalu bertanya, "Kamu yakin nggak jadi pergi ke perjamuan malam ini?"Javier menyibakkan rambut Claire yang basah dan menjawab, "Aku memang tidak ingin pergi. Dibandingkan dengan perjamuan, bukannya menemani istri lebih penting?"Claire tertawa, lalu berdiri dan melilit tubuhnya dengan handuk. Claire mengambil alat pengering rambut dan berjalan ke depan wastafel untuk mengeringkan rambutnya.Sementara itu, Javier berjalan ke belakang Claire dan mengambil alat pengering rambut dari tangan Claire, lalu mengeringkan rambut Claire dengan pelan seraya berkata, "Kelak aku yang akan mengeringkan r
Masalah waktu itu merupakan pukulan besar bagi Candice sehingga dia tidak bisa bangkit. Bukan hanya bernyanyi, dia bahkan tidak mau menyentuh alat musik lagi.Javier tertegun. Sudah jelas di dalam ingatannya sekarang, masalah Candice dan Naomi belum terjadi. Jadi, Javier tidak mengetahuinya. Claire menggenggam tangan Javier dan mendongak, lalu tersenyum dan berkata, "Karena kamu kenal dengan Tuan Aditya, apa kamu bisa membantuku agar aku bisa bertemu dengannya?"Javier menggendong Claire dan mendudukkannya di meja wastafel, lalu mendekati Claire dan bertanya, "Setelah bicara panjang lebar, ternyata kamu ingin bertemu dengannya?"Claire berbicara dengan ekspresi cemberut, "Kamu mau bantu, nggak?"Javier mencium telinga Claire dan menyahut, "Semuanya tergantung pada performa istriku."Malam itu, Claire telah berusaha "melayani" Javier untuk waktu yang lama. Namun, Javier tetap saja tidak merasa puas dan menaklukkan Claire sepenuhnya. Ketika hampir pagi hari, Javier memeluk Claire yang te
Claire melanjutkan, "Tapi, aku hanya ingin tahu, jelas-jelas Nona Chelsea punya pilihan yang lebih bagus, kenapa kamu malah memilih merek Soulna yang masih baru?"Chelsea memandang Claire seraya menjelaskan, "Karena aku suka dengan inspirasi desain Soulna dan 'Soul' itu artinya 'jiwa'. Dulu, aku pernah melihat karya Nona Zora di Perusahaan Luxury. Karyamu berbeda dengan barang-barang yang hanya tampak cantik dari luar."Claire tersenyum dan menimpali, "Aku merasa terhormat karena Nona Chelsea memuji desainku."Chelsea juga tersenyum dan berujar, "Tentu saja, aku juga punya alasan lain."Claire menyipitkan mata, lalu Chelsea melanjutkan ucapannya, "Aku dengar, 3 tahun yang lalu Louis menjadi ambasador untuk promosi iklan merek Soul. Jadi, merek yang diterima Louis seharusnya nggak buruk, 'kan?"Claire dan Chelsea saling bertatapan. Chelsea sama sekali tidak menutupi bahwa alasannya ingin bekerja sama dengan Perusahaan Soulna karena Louis. Sepertinya, Chelsea sengaja agar Claire tahu bah
Cherry dan Candice sedang jalan-jalan di toko barang mewah. Namun, Candice tampak tidak bersemangat. Candice baru merespons setelah Cherry memanggilnya beberapa kali, lalu Cherry bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?"Candice cemberut dan tiba-tiba mengelus perutnya seraya menyahut, "Aku lapar, bagaimana kalau kita makan dulu?"Cherry tertawa dan menimpali, "Bukannya tadi siang kita baru makan?"Candice tertegun sejenak dan menceletuk, "Oh, iya ...."Ponsel Cherry berdering saat dia hendak berbicara lagi. Cherry segera menjawab panggilan telepon saat melihat nama Claire di layar ponselnya, "Aku dan Candice lagi jalan-jalan. Dia ... ponselnya mati ... apa?"Setelah berbincang sejenak, Cherry mengakhiri panggilan telepon dengan raut wajah yang masam. Candice bertanya, "Apa Claire mencarimu karena ada masalah?"Cherry menatap Candice dan meletakkan tangannya di bahu Candice sambil berucap, "Kamu akan menghadapi masalah besar."Candice kebingungan. Kemudian, Cherry dan Candice ke Perusahaan S
"Cuma karena nggak cocok?" Chelsea berjalan ke depan Louis dan berkata dengan mata memerah, "Kita sudah bersama selama enam tahun. Karena kamu suka musik, aku sampai belajar biola untukmu. Aku berusaha keras mendekatimu dan mencoba masuk ke dalam hatimu, tapi gimana denganmu? Kamu cuma mempermainkan aku."Tampak sedikit jejak emosi di mata Louis, lalu dia berkata, "Maafkan aku.""Yang kumau itu bukan permintaan maafmu!" Chelsea memeluknya dan berkata, "Louis, kamu pernah bilang kalau kamu nggak suka wanita sepertiku. Aku bisa berubah menjadi apa pun yang kamu suka. Kamu bilang kamu akan mencoba menerimaku, tapi setelah enam tahun ...."Chelsea gagal mendapatkan hati Louis. Hanya dengan alasan tidak cocok, Louis memutuskan hubungan mereka. Chelsea tidak rela!Louis mendorong Chelsea menjauh, lalu buru-buru menarik kembali tangan yang memegang bahu wanita itu. Dia berujar, "Kamu wanita yang baik, kamu tidak perlu berubah. Anggaplah ini utangku padamu. Aku bisa menebusnya dengan cara lain
Chelsea mengetahui identitas Claire dan ingin membuatnya berhenti memihak Candice. Satu-satunya cara adalah dengan menunjukkan niat baiknya untuk bekerja sama dengan Perusahaan Soulna. Dengan begitu, Claire mungkin tidak akan ikut campur dalam urusannya.Fendra tertawa dan berkata, "Dia pikir kamu akan lebih mementingkan keuntungan."Terlebih lagi, saat ini Perusahaan Soulna masih dalam tahap pengembangan dan belum mencapai tahap internasional yang diharapkan. Jadi, tentu saja perusahaan membutuhkan sumber daya yang lebih baik.Claire dan Fendra berjalan hingga luar paviliun dan melihat sebuah warung kecil di dekat sana. Claire bertanya, "Paman Fendra, kamu mau minum apa?""Apa saja boleh," jawab Fendra.Claire membeli dua kaleng teh lemon di warung itu. Saat keluar, seorang bocah laki-laki yang mengendarai sepeda hampir menabraknya di lorong. Dia sepertinya tidak memperhatikan Claire yang tiba-tiba keluar. Dalam sekejap, sesosok tubuh mendekat dan menarik Claire menjauh. Anak laki-la
Hardy mendecakkan lidah dan berkata, "Siapa yang bilang begitu? Memangnya kita masih di kamp pelatihan?" Sewaktu di kamp pelatihan, Hardy memang sangat gagah berani. Claire hanya tersenyum, tidak mengatakan apa pun lagi.Usai mengambil obat, Bianca hendak kembali. Hardy khawatir ayahnya akan mempersulit ibunya lagi, jadi dia ikut Bianca pulang. Sebelum pergi, Hardy menoleh dan mengingatkan Claire bahwa dia masih berutang makan malam padanya. Claire tentu saja tidak lupa.Namun, sepertinya Hardy belum puas. Sesampainya di depan mobil, dia kembali berkata tanpa malu, "Ditambah kejadian tadi, kamu berutang dua kali makan malam ya!" Claire hanya terdiam mendengarnya.Setelah mobil Hardy melaju pergi, dia mendengar suara deru mobil tidak jauh dari situ. Begitu menoleh, Claire melihat Maybach mewah yang familier terparkir di sana. Claire terkesiap, itu Javier! Dia berjalan menuju mobil itu dan melihat kaca jendela yang perlahan diturunkan. Orang yang duduk di kursi pengemudi memang Javier.J
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me