Naomi, putri Aditya, masih dalam kondisi koma. Aditya tidak tahu apakah sang putri bisa sadar kembali, tetapi dia tidak pernah berhenti berharap.Aditya juga melihat Javier, lalu dia menghampiri pria itu dan berkata, "Javier, kamu juga datang rupanya."Javier tersenyum dan menyapa Aditya. Kemudian, dia merangkul bahu Claire sambil berujar, "Mari kuperkenalkan. Ini istriku, Claire.""Halo, Tuan Aditya," sapa Claire dengan sopan.Aditya menjawab tak kalah sopan, "Aku sudah lama mendengar tentangmu dan Javier. Kalian memang pasangan yang cocok."Claire mengulum senyum dan berkata, "Terima kasih, Tuan Aditya."Pembawa acara memberikan kata sambutan di panggung, diikuti pidato dari pihak penyelenggara. Tampilan LED di panggung menunjukkan situasi memilukan di wilayah terpencil yang menjadi penerima sumbangan. Pihak penyelenggara juga mengundang anak-anak dari daerah pegunungan itu untuk menyampaikan beberapa patah kata di atas panggung.Tak lama, acara penggalangan dana resmi dimulai. Perw
Mendadak, Claire menangkap sesuatu di matanya. Dia lantas menyodorkan hadiah tadi ke dekapan Javier sambil berkata, "Pegangkan hadiah ini. Aku mau pergi sebentar."Claire mendekati tempat Aditya sedang berbicara dengan seseorang di luar koridor. Dia tidak langsung menghampirinya, tetapi menunggu lawan bicara Aditya pergi sebelum mendekat dan menyapanya.Aditya menoleh dan berujar, "Oh? Nyonya Claire? Kenapa kamu nggak menemani Javier?""Aku sudah bilang padanya kalau aku mau menemuimu," kata Claire sambil tersenyum tipis.Aditya berkata dengan nada kaget, "Menemuiku? Apa ada yang ingin kamu bicarakan denganku?"Claire mengangguk dan menjelaskan, "Sebenarnya, aku juga alumni Universitas Ottora. Aku adalah teman seangkatan Naomi. Aku sudah lama mendengar tentang masalah Naomi."Aditya tertegun sejenak dan sorot matanya berubah sedikit kelam. "Begitu ya ...," gumamnya."Walaupun aku nggak terlalu dekat dengan Naomi, aku tahu kalau dia itu mahasiswa yang rajin dan ceria," tambah Claire.Ad
Pasien koma juga perlu mendapat siraman sinar matahari dari waktu ke waktu. Hanya saja, tidak boleh terlalu lama.Claire memandang Naomi yang sedang koma di tempat tidur dan mendengarkan perawat berkata dengan nada iba, "Nona Naomi berakhir seperti ini di usia yang begitu muda. Dia sudah nggak sadarkan diri selama belasan tahun. Dokter bahkan pernah menyarankan Tuan Aditya untuk menyerah."Hati Claire terasa campur aduk. Jika bukan mendengar dari mulut Louis, dia benar-benar tidak akan mengenal Naomi. Dia bertanya, "Selain Tuan Aditya, apa nggak ada orang lain yang datang mengunjungi Naomi selama ini?"Perawat itu berpikir sejenak sebelum menjawab, "Awalnya, banyak teman sekelasnya yang datang menjenguk. Tapi, lambat laun mereka berhenti datang."Tak lama kemudian, Claire meninggalkan rumah sakit. Dia masuk ke mobil dan menelepon Candice. Saat ini, Candice kebetulan sedang di tempat biliar bersama Cherry. Saat Claire dan Izza datang, mereka hanya duduk berdua di meja.Claire menyilangk
Claire terdiam dan merenungkan apa yang telah terjadi. Sementara itu, Cherry meletakkan tangan di atas meja sembari berkata, "Mungkinkah si korban yang bersandiwara sendiri?"Candice sontak menatapnya sambil berkata, "Naomi nggak mungkin bermain-main dengan nyawanya sendiri, 'kan?"Mendengar hal ini, Cherry pun mengelus dagunya seraya berkata, "Kalau begitu, Naomi mungkin menjadi korban orang lain, tapi ini sungguh aneh. Setelah mencelakai Naomi, kenapa orang itu malah menjadikanmu sebagai kambing hitam?"Candice sendiri juga kebingungan akan hal ini. Claire yang sedang menyilangkan tangannya berkata, "Itu karena hanya ada hanya satu kuota yang ditawarkan oleh Akademi Musik Royal. Entah itu akan jatuh ke tangan Candice atau Naomi."Kedua wanita itu adalah pesaing tangguh dan luar biasa dalam Klub Musik Tradisional. Namun, apabila Naomi ingin menggunakan trik licik untuk merebut kesempatan dari Candice, dia tidak perlu mengorbankan nyawanya sendiri.Naomi menjadi korban dan Candice yang
Claire tampak memicingkan matanya dan senyumannya perlahan memudar. Tak lama kemudian, dia bertanya, "Apa kamu sungguh mengira bahwa dengan menyuruh Candice membatalkan pertunangan dengan Keluarga Kenata, Louis akan kembali ke sisimu?"Terlihat ada perubahan yang samar dari ekspresi Chelsea, tetapi wanita itu segera mengendalikan diri dengan baik dan segera menjawab, "Nona Claire nggak perlu memusingkan hal itu. Aku pernah menjalin hubungan dengan Louis selama enam tahun. Dulunya, aku bisa membuat Louis jatuh hati, ke depannya juga pasti bisa."Usai mengatakan itu, Chelsea pun berdiri dan berjalan mendekati Claire. Wanita itu menepuk bahu Claire sembari berkata, "Semoga kerja sama kita berjalan dengan lancar."Setelah itu, Chelsea berjalan ke arah pintu. Akan tetapi, dia malah mendengar suara lembut di belakangnya. "Kamu benar-benar nggak memahami Louis. Tentunya, kamu juga nggak memahamiku." Chelsea tertegun sejenak, tetapi dia tidak mengatakan apa pun dan langsung pergi.Di Akademi M
Javier berhasil membuat istrinya tersenyum. Perkataan seperti ini hanya akan dilontarkannya setelah kehilangan ingatan. Claire pun bertanya dengan penasaran, "Apa itu buzzer?"Jerry buru-buru menjelaskan, "Mereka adalah orang-orang yang suka berbicara kasar di internet, seperti orang yang dulu suka menghina Ibu dan Kakak di internet. Mereka disebut buzzer."Claire tampak mengangguk. Segera setelah itu, Javier memegang tangan Claire dengan lembut sembari bertanya, "Apa kamu setuju untuk membiarkan dia menjadi duta merek?"Claire mengangkat bahu sambil menjawab, "Kalau nggak? Dia sangat bersemangat untuk membujukku, bahkan sudah mencoba tiga kali. Kalau aku menolaknya lagi, itu akan membuat Soulna terlihat seperti meremehkan artis top."Mendengar hal ini, tatapan Javier sontak menjadi tajam. Dia berkata dengan kesal, "Sekarang Soulna adalah bagian dari Grup Angkasa. Seandainya Grup Angkasa meremehkan dia, memangnya apa yang berani dia lakukan?"Claire benar-benar khawatir bahwa Javier ak
Louis mengancingkan mantelnya, lalu berdiri sambil berkata, "Aku akan mentraktirmu kali ini. Selain itu, hubungan antara kita berdua sudah berakhir sejak lama. Apa pun alasanmu untuk menjadi duta merek Soulna, aku hanya ingin memberitahumu bahwa tidak ada yang bisa memengaruhiku."Louis bahkan tidak menunggu makanannya disajikan. Dia langsung pergi ke kasir, membayar tagihannya, dan meninggalkan restoran tanpa menoleh lagi. Dia meninggalkan Chelsea yang duduk di meja dengan tangan sedikit gemetar. Tidak ada yang bisa memengaruhi Louis? Hmph, dia tidak percaya.Keesokan harinya, syuting iklan dari perhiasan "Couple" dijadwalkan hari ini dengan tema "pernikahan". Tim syuting iklan menetapkan lokasi syuting di gereja dan pantai. Lantaran ini adalah iklan "Couple", Chelsea harus berpasangan dengan aktor lain, yaitu Nelson Oswaldo.Tim sutradara berdiri di dalam tenda untuk membahas naskah iklan dengan Nelson. Aktor pria itu diperkenalkan oleh pihak produksi. Dia bukan aktor papan atas, mel
"Mungkin karena Bu Claire datang kemari. Chelsea itu menjadi duta merek dari perhiasan Soulna milik Bu Claire. Bosnya ada di sini, bagaimana mungkin dia berani nggak menghormatinya?"Claire hanya meminum air dalam diam. Dia telah membuat keputusan yang benar untuk datang ke lokasi syuting. Apabila tidak datang, dia sama sekali tak akan menyangka bahwa Chelsea berani bermain trik seperti ini.Chelsea adalah seorang model terkenal yang menjadi duta merek perhiasan Soulna. Sementara itu, perusahaan sampul majalah yang membuat iklan juga berkolaborasi dengan Perusahaan Soulna. Tim sutradara bahkan dipinjam dari perusahaan sampul majalah tersebut.Soulna telah menghabiskan uang untuk iklan ini. Perusahaan yang berkolaborasi bersedia memberikan sampul, pasti karena mereka sangat menghargai pengaruh Chelsea.Meskipun Chelsea tidak bekerja sama dengan baik dalam syuting hari ini, tim sutradara juga tidak berani mengkritiknya. Namun, kemungkinan besar mereka tidak akan menerima tawaran untuk sy
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me