Sesuai dugaan, setelah Riandy memiliki uang itu, dia masih pergi berjudi. Semalam dia memenangkan uang 400 jutaan. Kemudian, dia langsung mentraktir semua teman yang dikenalinya dan menghabiskan uang ratusan juta.Claire menyipitkan matanya. Seandainya Riandy bersedia menggunakan itu untuk memulai bisnis baru, mungkin Claire akan diam-diam menyuntikkan dana untuknya. Jika Riandy ingin memperbaiki kesalahannya, Claire bisa memberinya kesempatan. Bagaimanapun, pamannya ini tidak pernah menjebak dirinya dan juga ayahnya.Sayangnya, sepertinya kebiasaan buruk Riandy tidak bisa diubah. Claire juga tidak berdaya. Dia pun mengirim pesan kepada pengawal.…Setelah Gabriana mengetahui masalah ini, dia pun pergi ke rumah kontrakan Riandy dengan emosi tinggi.“Bagus! Kamu bilang kamu tidak punya uang. Sekarang kamu masih berani berjudi lagi. Kamu bahkan traktir banyak orang, ‘kan?”Riandy duduk di sofa sembari merokok. Semalam dia mabuk berat lagi. Baru saja dia mulai tersadar dari mabuknya, dia
Gabriana hampir saja sesak napas. “Mana mungkin? Apa kita bahkan tidak sanggup mengeluarkan uang beberapa ratus ribu?”Melihat Hendri menunduk dan tidak berbicara, raut wajah Gabriana pun berubah. “Hendri, kamu … pakai uang itu?”Lantaran masih tidak mendapatkan jawaban, amarah Gabriana langsung meledak. “Kenapa kamu menghambur-hamburkan uang? Untuk apa kamu menggunakan uang itu?”Uang itu adalah hasil dari penjualan resor pemandian air panas mereka. Sebelumnya masih tersisa beberapa ratus juta lagi. Sewaktu mereka berkunjung ke ibu kota untuk mendapatkan harta warisan Rendy, mereka juga menginap di hotel termurah. Biasanya, kartu debit akan disimpan oleh Hendri. Gabriana takut dia akan menghilangkan kartu itu.Gabriana sangat memercayai cucunya. Dia yakin cucunya akan menuruti ucapannya tidak akan berani menghamburkan uang itu. Namun sekarang, uang ratusan juta lenyap dalam seketika. Mana mungkin Gabriana tidak marah?Hendri berkata dengan kesal, “Bukankah kamu bilang uang itu untuk a
Javier sedang berdiri di dalam kegelapan tanpa secercah cahaya. Dia tidak bisa melihat apa pun.Psikiater melihat jam yang digantung di tangannya, lalu mengambil selembar kertas yang diserahkan oleh Roger. “Apa kamu melihat lokasi kecelakaan?”Lokasi kecelakaan?Keringat dingin seketika bercucuran di ujung kening Javier.Psikiater kembali memberi petunjuk, “Mobil yang dinaiki istrimu mengalami kecelakaan. Kamu pergi ke lokasi kecelakaan.”Tubuh Javier yang berdiri di dalam kegelapan merasa tegang. Dia samar-samar merasa ada cahaya api di kejauhan. Dia berusaha untuk melangkah ke sana. Terdengar suara-suara yang di telinganya.“Claire, Claire, aku tahu aku salah ….”“Kita jangan bercerai. Jangan tinggalkan aku sendiri ….”Javier dapat melihat ada seorang lelaki sedang berlutut di depan mobil dengan menangis histeris.Napas Javier terhenti sejenak. Kepalanya terasa sakit lantaran terdengar suara tajam yang menutupi semua suara di sekeliling.“Javier.”Javier mengangkat kepalanya dengan s
Jangan benci Javier!“Javier!”Suara si wanita menarik Javier kembali ke kenyataan. Dia melihat wanita di hadapannya dengan jelas. Wanita itu bukanlah Claire yang membencinya, melainkan Claire yang mengkhawatirkan dan mencintainya.Claire memegang kedua pipi Javier, lalu mendekatinya. “Javier, apa kamu baik-baik saja? Jangan kagetin aku!”Javier langsung memasukkan Claire ke dalam pelukannya. Tangan yang memeluk pundak Claire sangatlah erat. Setelah merasakan suhu tubuh si wanita, rasa takut di hati Javier pun semakin berkurang.Roger membawa mobil kembali ke vila. Sepanjang perjalanan, Javier bersandar di pundak Claire dengan capek.Claire memalingkan kepala melihat lelakinya. Saat menuruni gedung tadi, Roger memberitahunya bahwa Javier terlihat syok dengan petunjuk yang diberikan psikiater tadi.Sepertinya alam bawah sadar Javier berusaha menolak dan menghindari kecelakaan itu ….Apa Javier tidak bisa menerima masalah kematian anaknya?Waktu itu, Claire memberi tahu masalah anak kepa
Tak lama kemudian, akhirnya Javier benar-benar tertidur.Keesokan harinya.Di Perusahaan Soulna.Claire menerima dokumen yang dikirimkan oleh pengawal. Yolana yang dimaksud Hendri adalah Yolanda Kesuma. Dia adalah seorang pelayan di sebuah klub.Claire menyerahkan dokumen ke sisi Izza. “Coba kamu pergi ke klub itu untuk selidiki latar belakang Yolanda.”Izza mengangguk, lalu membawa dokumen keluar ruangan. Tak lama kemudian, Fendra pun masuk. “Claire, Bu Gabriana telepon ke kantor.”Claire tertegun sejenak, lalu mengangkat kepalanya. “Demi masalah uang lagi?”Fendra mengangguk. “Dia masuk rumah sakit. Biaya pengobatannya masih belum dibayar. Dia mulai menggunakan identitas nenekmu untuk meminta uang dari resepsionis.”Claire tidak berbicara lagi.Mentang-mentang Gabriana itu tua, dia mengira semua orang wajib menuruti ucapannya?Claire pun tersenyum. “Kalau dia telepon lagi, suruh resepsionis beri tahu dia, Perusahaan Soulna nggak berkewajiban untuk bayar biaya pribadinya, apalagi meng
Sore harinya.Yolana mengenakan pakaian mewah berjalan meninggalkan apartemen. Entah siapa yang sedang dia telepon saat ini. Suaranya terdengar sangat manja.Sebuah mobil sedan hitam sedang berhenti di depan saja. Dua orang pengawal berpakaian hitam berjalan menuruni mobil. “Permisi, apa benar dengan Nona Yolana?”Yolana terbengong. Dia langsung meningkatkan kewaspadaannya. “Kalian ….”“Nyonya kami ingin menemuimu.”Pengawal membukakan pintu mobil. Yolana merasa ada yang aneh, langsung membalikkan tubuhnya hendak berlari. Entah sejak kapan Izza muncul di belakangnya. Dia langsung menjambak rambut Yolana mendorongnya ke dalam mobil.Yolana merasa ketakutan. Dia mengangkat kepalanya, lalu tampak wanita yang duduk di samping itu. Dia terlihat sangat anggun dan cantik.Izza dan yang lain ikut masuk ke mobil. Pengawal pun mulai menjalankan mobil.Saat ini Yolana merasa merinding. “Aku, aku, aku … aku nggak pernah menyinggung kalian. Kalian mau bawa aku ke mana?”Claire memalingkan kepalanya
Baru saja memasuki kamar pasien, tampak Riandy juga sedang berada di dalam. Saat ini Riandy sedang duduk di kursi dengan pundaknya ditahan oleh pengawal di belakangnya. Dia tidak dapat melarikan diri.Saat Gabriana melihat wanita asing dibawa masuk ke dalam kamar dan berlutut, dia pun terbengong. “Dia ….”Izza berbicara tanpa berekspresi, “Dia adalah Yolana. Kamu suruh dia jelaskan kepadamu.”Yolana?Tatapan Gabriana baru beralih ke diri wanita itu. Yolana merangkak ke sisi ranjang sembari menangis. “Nek, maaf, aku tahu aku salah. Nggak seharusnya aku menipu Hendri. Mohon suruh mereka lepasin aku.”Gabriana kepikiran cucunya, Hendri, telah menggunakan uang itu untuk wanita ini. Amarahnya seketika langsung meluap. Dia pun mendorong Yolana. “Kamu masih berani datang untuk meminta bantuanku? Di mana uang cucuku?”Yolana didorong hingga jatuh duduk di lantai. Pundaknya pun agak gemetar. Air mata menetes ke pipinya. Seketika dia tidak tahu bagaimana dia menjelaskan bahwa uang itu sudah diha
Claire tidak menyangkal. “Iya.” Dia tersenyum ringan. “Termasuk uang dua miliar yang kamu terima. Semua itu dariku. Sepertinya kamu juga nggak beri tahu Nenek mengenai masalah dua miliar itu?”Gabriana melihat ke sisi Riandy.Riandy tidak berbicara. Itu berarti dia mengakuinya.“Kamu nggak mengakui ibumu dan anakmu lagi. Aku juga nggak ikut campur dalam urusanmu lagi. Aku nggak peduli gimana kamu menggunakan uang itu.” Claire melipat kedua lengannya, lalu berkata dengan tatapan datar, “Tentu saja, kalau kamu bersedia menggunakan uang itu dalam hal yang benar, mungkin aku akan beri kamu satu kesempatan lagi. Sayangnya, kamu masih nggak berubah. Nggak ada gunanya untuk beri kamu uang sebanyak apa pun.”Tangan yang diletakkan di atas paha digenggam dengan erat. Riandy merasa sangat malu saat ini.Gabriana melihat Claire. “Claire, kalau kamu masih hidup, bisa tidak kamu bantu paman dan adik sepupu ….”“Nek, sepertinya kamu sudah berpikir kebanyakan?” Claire langsung memotong ucapannya, “Ak
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me