Javier membeku di tempat dengan ekspresi yang perlahan menjadi suram.Keesokan harinya, di vila Javier, Javier berjalan ke ruang tamu, lalu mendapati kakeknya sedang duduk di sofa dan membaca koran. Dia mendekatinya dengan pandangan serius dan bertanya, "Apa kamu pergi mencari ayahnya Claire?"Melihat bahwa cucunya datang untuk ini, Berwin pun menjawab dengan nada marah, "Aku hanya pergi untuk berdiskusi dengannya. Kenapa? Dia bahkan mengadukannya padamu?""Jadi, Kakek yang menyuruh seseorang untuk menyerang Rendy?" tanya Javier. Menyerang? Berwin meletakkan koran itu seraya bertanya, "Apa maksudmu?"Berwin pergi mencari Rendy hanya ingin membuatnya sadar bahwa jika cucunya berhubungan dengan putrinya, akan ada konsekuensi apa yang mungkin terjadi. Selain itu, Berwin akan melakukan segala cara untuk menghilangkan setiap potensi bahaya. Kenapa sekarang malah berubah menjadi dia melakukan penyerangan?"Kemarin, Kakek pergi menemui ayah Claire, lalu dia malah dilarikan ke rumah sakit kare
Setelah mendengar bahwa Claire bersedia percaya padanya, ekspresi dalam mata Javier sontak menjadi makin dalam. Dia perlahan mendekatkan bibirnya ke arah Claire. Namun, wanita itu seolah-olah teringat dengan sesuatu sehingga mengangkat tangan untuk menahan bibir Javier yang akan menciumnya.Javier memicingkan matanya. Apakah tunangannya itu menolak untuk dicium? Claire segera mengalihkan topik dengan bertanya, "Apa kamu terlibat dalam urusan Kayla yang pergi ke pasar ilegal?"Lantaran Claire mengajukan pertanyaan ini, Javier pun mengernyit seraya menggenggam tangannya dan menjawab, "Dia sendiri yang membuatku membuangnya ke pasar ilegal. Kenapa kamu bertanya tentang ini?"Claire menggigit bibirnya seraya berkata, "Jody dan Jessie menjadi korban serangan di internet. Aku mencurigai bahwa Kayla yang melakukannya, jadi aku pergi mencarinya.""Kamu pergi ke pasar ilegal?" tanya Javier dengan ekspresi yang tampak suram. Bisa-bisanya wanita ini pergi ke tempat kacau seperti itu? Bagaimana ka
Dessy yang menerima panggilan telepon dari Perusahaan Skarga sangat kesal. Dia menegur, "Sebaiknya kalian selidiki dengan jelas siapa yang bertanggung jawab atas peralatan itu. Kalau nggak, jangan salahkan kami."Dessy mengakhiri panggilan telepon dan dia sudah memahami situasinya dengan jelas. Sekarang, Angela terluka dan dirawat di rumah sakit. Untungnya kedua anak itu baik-baik saja.Cahya yang berdiri di luar ruangan kantor mendengar pembicaraan tadi. Dia bertanya sembari mengernyit, "Kedua anak itu ada di mana?""Mereka menemani Angela di rumah sakit," jawab Dessy. Setelah itu, Cahya pun segera pergi.Jody dan Jessie sedang menemani Angela di rumah sakit. Sampai sekarang, Jessie masih ketakutan. Dia memandang Jody seraya bertanya, "Kak, Kak Angela pasti baik-baik saja, 'kan?"Jody menghibur Jessie, "Iya. Kak Angela pasti bisa sembuh." Selesai berkata, dia juga mengernyit. Berdasarkan bekas yang terdapat di lokasi, tampak jelas ada yang sengaja mencelakai mereka.Cahya yang membawa
Semua masalah ini berhubungan dengan seseorang, yaitu Claire. Sepertinya masalah-masalah ini ditujukan kepada Claire. Kemudian, Javier menelepon Roger dan berujar, "Cepat kembali."Roger tertegun sejenak, lalu menyahut, "Tapi, Pak Berwin ...."Javier berkata dengan ekspresi muram, "Dia tidak akan tahu. Aku mau kamu menyelidiki sesuatu."Claire baru tahu Jody dan Jessie mengalami kecelakaan saat syuting iklan setelah melihat berita. Dia yang masih berada di Perusahaan Vienna untuk mengawasi desain dekorasi segera bergegas ke rumah sakit. Saat melihat Jody dan Jessie yang berada di kamar pasien bersama Cahya, Claire baru merasa lega."Ibu ...." ujar Jessie yang memeluk Claire. Melihat mata Jessie yang memerah seperti baru menangis, Claire yang merasa sedih berkata, "Jessie, kamu dan Jody takut, ya?""Kak Angela yang menolong aku," ucap Jessie. Kemudian, dia melanjutkan sembari merengut, "Apa Kak Angela bakal kenapa-kenapa gara-gara aku?"Claire terdiam dan memandang Angela yang masih ter
Rosy mengepalkan tangannya yang diletakkan di belakang punggung saat melihat Jody memelototinya. Dia memandang Berwin, seolah-olah ingin meminta Berwin menegur Jody.Ekspresi Berwin terlihat masam, tetapi akhirnya dia tetap tidak marah besar karena Jody melawannya. Hanya dalam waktu singkat, Cahya pun menyadari bahwa Berwin tidak menyukai Claire.Kemudian, Cahya menjelaskan sembari tersenyum, "Aku mengerti Kakek Berwin nggak suka dengan dunia hiburan. Tapi, Jody dan Jessie sudah membuat keputusan seperti ini. Jadi, kamu nggak boleh menganggap mereka membuat keputusan ini karena orang lain. Bukannya anak-anak juga punya pemikiran sendiri?"Rosy agak terkejut melihat Cahya membela Claire. Wanita ini memang benar-benar hebat. Bukan hanya Javier, Claire juga menggoda Cahya. Rosy pun bertanya seraya tersenyum, "Tuan Cahya sangat dekat dengan Nona Claire, ya?"Awalnya, Berwin memang sudah keberatan dengan kemunculan skandal antara Claire dan Cahya. Claire ini tidak tahu batasan padahal sudah
Claire mendongak dan melihat Javier yang sedang cemburu karena diabaikan. Kemudian, dia mengambilkan sepotong daging untuk Javier dan menghiburnya, "Jangan marah, kami tetap sayang sama kamu."Javier terdiam, kata-kata ini terdengar familier. Jessie mengambil nasi, lalu memandang Javier sambil bertanya, "Ayah, hari ini Paman Cahya bilang Nenek juga bekerja di dunia hiburan. Kenapa kami nggak pernah ketemu Nenek?"Suasana di meja makan tiba-tiba menjadi agak aneh setelah Jessie bertanya seperti itu. Claire menunduk, sepertinya Javier tidak ingin mengungkit masalah ibunya. Namun, Claire tidak menyangka Javier tetap menjawab pertanyaan Jessie, "Iya, tapi Nenek sudah tiada."Ketiga anak itu tertegun. Maksudnya Nenek tidak ada di sini atau sudah meninggal? Setelah selesai makan malam, Claire mencuci piring di dapur.Entah apa yang dipikirkan Claire sehingga dia menjatuhkan piring di tangannya. Claire berjongkok untuk membereskan pecahan piring dan jarinya pun berdarah karena tergores ujung
Claire bertanya, "Tapi, kalau kita tiba-tiba menikah, kakekmu ...." Pasti kesal setengah mati.Sebelum Claire menyelesaikan perkataannya, Javier mendorong Claire dan merangkul pinggangnya yang ramping. Javier berkata seraya tersenyum, "Jadi, kita harus segera punya anak lagi. Lebih bagus kalau kita bisa punya kembar 3 supaya Kakek makin sibuk dan tidak sempat mencari kesalahanmu."Tiba-tiba, Javier memeluk Claire dengan erat dan menciumnya dengan penuh gairah.Keesokan harinya, Javier yang sudah bangun memandang wanita di dalam pelukannya yang sedang tertidur lelap. Dia tersenyum, lalu mencubit hidung Claire dan berkata, "Sayang, bangun."Suara Javier sangat seksi saat memanggil Claire "sayang" sehingga Claire tidak merasa kesal saat dibangunkan.Claire menyahut, "Nggak mau, aku masih mau tidur lagi ...."Melihat Claire yang bermanja-manja di pelukannya, Javier pun tidak memaksanya lagi. Javier tersenyum nakal dan berucap, "Kalau begitu, aku temani kamu."Kemudian, Javier menyingkap se
Javier menoleh untuk melirik Claire. Dia tidak bisa menahan senyum saat melihat wanita itu berdiri begitu tegak, seolah-olah sedang mengikuti pelatihan militer.Momen ini kebetulan ditangkap oleh kamera. Siapa pun yang jeli dapat melihat kasih sayang yang melimpah dalam senyuman Javier ini. Usai dipotret beberapa kali, mereka pun memilih foto yang diinginkan. Javier sengaja memilih foto pertama.Setelah meninggalkan kantor pencatatan sipil, Claire yang melihat foto di buku nikah seketika tertawa kesal dan berkata, "Kamu malah pilih foto yang ini. Foto ini membuatku kelihatan jelek sekali tahu!""Nggak jelek, manis banget kok," kata Javier sambil mengusap kepala wanitanya.Claire memang tidak jelek. Kalau tidak, Javier tidak mungkin terpesona pada pandangan pertama. Namun, setelah lama berhubungan dengan Claire, Javier baru sadar bahwa wanita tercantik sekalipun bisa memiliki sisi yang menggemaskan. Misalnya, tingkah konyolnya barusan yang menggemaskan.Claire memanyunkan bibirnya. Menu
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me