Anita ditemukan jatuh dari atas apartemen. Gabriana dan Rendy bergegas pergi ke kantor polisi untuk melakukan catatan.Awalnya masalah Hendri dipenjara telah menjadi pukulan besar bagi Gabriana. Sekarang Anita malah bunuh diri. Gabriana tidak sanggup menerima pukulan ini dan jatuh pingsan di tempat.Javier menemani Claire ke rumah sakit. Kebetulan Rendy dan Lucy juga sedang di rumah sakit.Saat Lucy melihat kedatangan Claire, dia emosi langsung mencengkeram kerah pakaian Claire sambil menangis. “Semua ini salahmu. Gara-gara kamu, ibuku bunuh diri! Semua salahmu!”Tatapan Javier menjadi dingin. Dia mendorong Lucy, lalu mengadang di hadapan Claire. “Jangan dorong semua kesalahan ke diri Claire.”“Jelas-jelas semua ini salah dia. Gara-gara dia, adikku dipenjara. Sekarang, gara-gara dia juga, ibuku malah lompat diri. Kamu memang pembawa sial!”“Lucy, jangan ribut lagi!” Riandy menarik Lucy ke belakang. Dia lalu berkata pada Javier dengan tersenyum, “Tuan Javier, maaf sekali, putriku tidak
Keesokan harinya, di Pusat Laboratorium Forensik.George menyerahkan hasil autopsi jasad kepada Claire, lalu berkata, “Ini adalah hasil pemeriksaan jenazah. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kematian bukan disebabkan oleh jatuh dari gedung, tapi didorong seseorang dari lantai atas setelah korban meninggal. Dari cedera di tubuh dan kerusakan pada pakaian, kami menyimpulkan bahwa korban ditarik oleh seseorang setelah meninggal.”Mendorong jenazah yang setelah dibunuh termasuk pembunuhan berencana. Claire membaca hasil autopsi dan ekspresinya berubah muram ketika membaca ada cedera fatal di bagian kepala.“Apa ada jejak pelaku yang tertinggal di tubuh jenazah?” tanya Claire.George mengangguk. “Ada kulit yang tergores di bawah kuku korban. Sekarang kami sedang melakukan pemeriksaan DNA-nya.”Menyadari Claire terdiam ketika membaca hasil autopsi, George melihat jamnya. “Sudah saatnya aku menyerahkan laporan ini kepada pihak kepolisian.”Claire menyerahkan laporan jenazah kepada George, lalu t
Ketika melihat keberadaan polisi, raut wajah Imelda terlihat memucat. Dia menunduk tidak berani melihat kedua polisi yang melewatinya, seolah-olah khawatir mereka akan menyadari kejanggalan.“Ayah, apa Nenek baik-baik saja?” Kayla masih tidak menyadari keanehan dari ibunya. Dia pun berjalan maju untuk bertanya.Nada bicara Rendy sangatlah tidak bagus. “Masuk dan temani nenekmu sana.”Kayla pun menuruti apa kata Rendy, segera memasuki kamar pasien.Rendy melihat Imelda, lalu bertanya, “Sudah terjadi masalah sebesar ini, kamu malah tidak pulang. Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan di luar sana?”Imelda memendam rasa gugupnya, lalu menjawab dengan berlagak tenang, “Sekarang aku mulai bekerja. Lagi pula … kalian juga tidak meneleponku.”Semalam memang tidak ada yang menghubungi Imelda. Apalagi wajahnya masih bengkak semalam, mana berani Imelda menampakkan diri?Rendy juga tidak mencurigainya. “Masuklah! Temani Ibu.”Imelda memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dia berjalan ke dalam kamar
Reporter mengerumuni gedung Grup Angkasa. Di bawah perlindungan sekuriti, Javier membawa Claire menuruni mobil masuk ke dalam gedung.Meskipun para reporter tidak diperbolehkan untuk mendekat, mereka terus memotret dan juga bertanya, “Nona Claire, apa gosip yang beredar itu benar? Apa benar kamu telah melakukan tindak pembunuhan?”“Nona Claire, dengar-dengar kamu sangatlah dingin terhadap anggota keluargamu. Demi merebut harta, kamu bahkan tega mencelakai anggota keluargamu. Apa benar?”“Nona Claire, mohon jawab pertanyaan kami ….”Javier merangkul pundak Claire. Saat dia hendak mengatakan sesuatu terhadap sekuriti, tiba-tiba ada yang menjerit, “Matilah!”Seorang lelaki yang mengenakan masker menerobos dari kerumunan. Dia hendak menusukkan pisau ke tubuh Claire.Untung saja respons Javier cukup gesit, dia langsung mengangkat tangannya untuk mengadang tusukan itu. Pada akhirnya, pisau itu menusuk lengannya.“Javier!” jerit Claire sambil memegang lengan Javier.Bahkan, semua reporter di
Javier mengerutkan keningnya sambil tersenyum. “Kamu tahu sendiri apakah tubuhku lemah atau tidak.”Claire kembali mengerutkan keningnya. Dulu jika Javier berbicara seperti ini, dia pasti akan langsung memarahi Javier tidak tahu malu. Namun sekarang ….“Berhubung kamu sudah menyelamatkanku, kelak aku … akan berusaha untuk memperlakukanmu dengan baik.” Claire terlihat tersipu malu ketika mengucapkan kalimat ini.“Sebaik apa?” Javier mendekat, lalu berbicara dengan suara rendah. Melihat wajah cantik dan menawan itu, tenggorokan Javier terasa kering. Claire mengambil inisiatif untuk mencium bibirnya.Javier sungguh terkejut. Saat ini, hatinya seketika menjadi luluh. Dia sungguh menikmatinya dan menyukai ciuman yang diberikan Claire.“Hadiah.” Setelah Claire meninggalkan bibir Javier, dia segera membalikkan tubuhnya untuk membereskan kotak obat.Daun telinga Claire telah memerah.Awalnya Javier ingin melepaskan Claire. Hanya saja, wajah tersipu malu Claire membuat Javier tidak bisa menaha
“Beberapa tahun kemudian, si wanita meninggal akibat sakit dan hanya meninggalkan perusahaan itu. Si lelaki menjaga anaknya sambil mengelola perusahan dengan susah payah. Keluarganya tidak pernah sekali pun turun tangan untuk membantunya.”Claire menunduk sambil tersenyum sinis. “Kemudian, si anak perempuan beranjak dewasa. Si lelaki ingin mewarisi perusahaan kepada anak perempuannya. Tapi ibu dari lelaki itu malah meminta si lelaki menyerahkan perusahaan yang dirintis ibu si anak perempuan itu kepada keponakan si lelaki. Mereka merasa anak perempuan tidak berhak untuk mewarisi bisnis keluarga.”Tentu saja Gabriana tahu Claire sedang memarahi mereka. Raut wajahnya spontan berubah muram.Reporter di bawah pentas juga mengerti. Mereka semua merasa sikap keluarga Claire sungguh keterlaluan.Kata siapa anak perempuan tidak berhak mendapatkan harta warisan keluarga? Sudah zaman apa ini? Kenapa pemikirannya masih begitu konservatif? Mana mungkin perusahaan diwariskan kepada seorang keponakan
“Iya, Pak Polisi, mana mungkin ibuku membunuh? Pasti ada yang keliru!” Kayla tidak tahu apa yang telah terjadi.“Pak Polisi tidak keliru.” Tatapan Claire tertuju pada diri mereka sekeluarga. Dia lalu berbicara, “Dokter George telah melakukan tes DNA terhadap sisa kulit yang terdapat di dalam kuku Anita. Hasil DNA itu sesuai dengan DNA Anita.”Anita spontan memucat.Kuku ….Jangan-jangan ketika Anita menjambak rambutnya, dia tak sengaja menggores kulit kepalanya?George mengangguk dengan tersenyum. Dia mengeluarkan hasil tes DNA dari dalam amplop, lalu memperlihatkannya ke anggota Keluarga Adhitama.Rendy mengambil laporan tes DNA, lalu membalikkan kepalanya membelalaki Imelda. “Ternyata kamu?”“Bukan, bukan aku …. Aku tidak melakukannya! Aku tidak membunuh! Bukan aku! Lagi pula, untuk apa aku membunuh Anita? Aku tidak punya alasan untuk membunuhnya!” jelas Imelda dengan gugup.“Tentu saja kamu tidak punya alasan untuk membunuhnya.” Claire berjalan menuruni panggung. “Tapi kalau Tante A
Rendy mengambil amplop dari atas lantai. Di dalamnya terdapat puluhan lembar foto vulgar. Wajah di dalam setiap foto terlihat sangat familier. Sementara itu, di atas laporan tes DNA tercantumkan bahwa mereka tidak memiliki hubungan darah.Kayla jatuh duduk di lantai. Ternyata dirinya bukan putri Rendy ….Claire berkata tanpa berekspresi, “Bu Imelda pernah hidup di dunia mafia dan melakukan pekerjaan yang istimewa. Setiap harinya dia sibuk untuk melayani banyak tamu. Mengenai bagaimana dia bisa mengandung dan siapa ayah dari anak itu, seharusnya dia sendiri juga nggak tahu.”“Tidak! Bukan, Kayla itu anakmu! Rendy, kamu mesti percaya sama aku ….”“Dasar wanita jalang!” Claire melemparkan foto ke wajah Imelda, lalu memarahinya, “Beraninya kamu membohongi kami semua selama puluhan tahun!”Imelda terlihat putus asa. Dia kepikiran sesuatu, lalu memalingkan ke sisi Kayla. “Kayla, dengar penjelasan Ibu ….”“Jangan panggil namaku! Kamu menjijikkan sekali! Kenapa kamu melahirkanku? Kenapa? Aku b
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me