Jerremy memalingkan kepala untuk menatapnya. “Ada apa?Apa kamu tidak ingin ada yang melihatku? Jangan-jangan aku sejelek itu?”Sudah lama Jerremy datang ke Negara Hyugana. Dacia tidak pernah memperkenalkan Jerremy kepada teman-temannya. Bahkan saat Jerremy menjemput Dacia di akademi, Dacia pun selalu diam-diam.Apa Dacia merasa Jerremy terlalu jelek? Dia pun merasa malu?Dacia tertegun sejenak. “Apa kamu pernah bilang kamu itu jelek?”“Kamu memang tidak pernah bilang, tapi bisa jadi kamu berpikir seperti itu. Siapa juga yang tahu.” Jerremy bersandar di bangku dengan tidak senang. “Kamu selalu kumpul bareng teman-temanmu, lalu meninggalkan aku sendirian di rumah. Kamu juga tidak perkenalkan aku kepada teman-temanmu. Kalian para wanita, padahal kalian sudah menikah, kenapa kalian seperti masih lajang saja?”Dacia langsung tertawa dan menggenggam tangan Jerremy. “Bukannya aku nggak mau kenalin. Kamu juga nggak jelek.”Jerremy menurunkan tangannya, kemudian melihat ke luar jendela. “Jadi,
Carly dan Jane merasa kaget. “Kamu sudah menikah?”Dacia hanya tersenyum.Carly dan Jane duduk. Sepertinya mereka sangat kaget dengan kabar pernikahan Dacia. “Astaga! Kami saja nggak tahu kalau kamu sudah menikah. Masalah kapan?”Dacia melihat ke sisi Jerremy.Jerremy mengangkat gelas air, lalu menyesap dengan perlahan. “Masalah tahun ini.”“Pantas saja kami nggak tahu,” tanya Carly dengan tersenyum. “Jangan-jangan kalian diam-diam menikahnya?”Dacia merasa canggung. “Bukan ….”Tiba-tiba Jane bertanya pada Jerremy. “Tuan, apa kamu berasal dari Negara Makronesia? Kamu bekerja di bidang apa?”Jerremy menjawab dengan datar, “Bisnis kecil-kecilan saja.”Dacia pun terdiam.Emm, saking kecilnya bisnis Keluarga Fernando, sampai menyebar di seluruh dunia?“Kamu merintis karier sendiri, ya?”“Emm ….” Jerremy menjawab dengan agak canggung.Jane menopang dagunya. “Wah, dengar-dengar pria yang merintis kariernya sendiri sangat keren. Pantas saja Dacia menyukaimu.”Carly mendorong-dorong Jane, meng
Pelayan menjawab dengan terus terang, “Tuan itu hanya melunasi makanannya saja. Tadi dia bilang dia tidak kenal sama kalian.”Ucapan itu sungguh membuatnya merasa malu.Di dalam mobil.Dacia sungguh tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia pun tertawa. “Aku kira kamu akan bayar semuanya.”Bagaimanapun, tadi mereka langsung duduk dan memesan makanan. Bukannya tujuan mereka adalah untuk makan gratis? Alhasil, Jerremy tidak membayar tagihan pesanan mereka.Tidak terlihat perubahan ekspresi wajah Jerremy. “Kenapa aku mesti bayar makanan mereka? Apa uangku kebanyakan?”Dacia menatapnya. “Terima kasih.”Sebenarnya Dacia tahu Jerremy sedang melampiaskan amarahnya. Tiba-tiba Jerremy bertanya, “Jadi, ini alasannya kenapa kamu tidak kenalkan aku kepada teman sekolahmu?”Dacia menurunkan kelopak matanya. “Aku hanya merasa nggak perlu saja.”Jerremy menghentikan mobil di samping jalan, lalu membalikkan tubuh untuk menatapnya. “Apa maksudmu tidak perlu?”“Karena mereka bukan lingkungan pertemananku.” D
Jerremy merendahkan suaranya, lalu membalikkan tubuh Dacia. “Mana mungkin aku tidak tergoda … dengan penampilanmu yang seperti ini?”Dacia memeluk Jerremy, lalu tersenyum. “Di mana prinsipmu?”Jerremy menggigit dasi Dacia sembari tersenyum. “Pada saat seperti ini, tentu saja aku akan memilih untuk melepaskan prinsipku.”Di balai seni bela diri, ibu kota.“Bos, sudah berapa hari ini? Kenapa wanita itu malah tidak pernah datang lagi? Apa dia lagi bohong? Kerja sama apaan. Kurasa dia cuma lagi permainkan kita saja?” Devin yang sedang membereskan peralatan berkata dengan tidak puas. Orang-orang lainnya juga melihat ke sisi Yogi yang sedang membaca buku laporan di kasir.Yogi menutup bukunya, lalu mengangkat kelopak matanya untuk melihat kalender. Apa benar Ariel sedang berbohong?Padahal Ariel yang meminta kerja sama, sekarang malah tidak terlihat batang hidungnya lagi. Bisa jadi dia sedang menyesal?Tatapan Yogi tertuju pada kontrak itu. Baru saja Yogi mengambil kontrak itu, terdengar sua
Sebenarnya asalkan Ariel bersedia, Jodhiva akan segera mencarikan lokasi yang cocok untuk membuka balai seni bela diri. Kenapa dia bersikeras memilih balai itu? Apa karena Yogi?Tidak! Jodhiva mesti ke sana.Pada saat ini, di balai seni bela diri.Setelah membereskan ruangan selama setengah hari, akhirnya ruangan kerja Ariel mirip dengan ruangan kerja. Saat dia berjalan keluar ruangan, kebetulan Yogi juga sedang berjalan keluar ruangannya.Yogi mengabaikan Ariel, langsung membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi.“Hei, kita itu mitra kerja sama, kenapa sikapmu seperti itu?” Ariel merasa bingung. Kenapa pria itu begitu pendendam? Bukannya dia sudah setuju akan bekerja sama?Langkah kaki Yogi berhenti. Dia membalikkan tubuhnya untuk menatap Ariel. “Memangnya selain mitra kerja sama, hubungan kita sangat bagus?”Ariel melipat kedua lengan di depan dada. “Benar juga. Kita itu saingan.”Bekerja sama dengan saingan juga hanya demi mencapai keuntungan saja.Yogi pun tersenyum. “Saingan? Kam
Bukan hanya begitu saja, serangan Jodhiva tidak pernah dijumpai Ariel sebelumnya. Ariel pun merasa kaget. Jangan-jangan saat bertanding di Pulau Persia dulu, dia tidak benar-benar mengerahkan kekuatannya?Saat ini, ketika menghadapi Yogi, Jodhiva melakukan serangan yang sangat kuat. Dia bahkan mendatangkan tekanan kepada Yogi.Yogi tidak berani bersikap lengah. Setelah berduel selama beberapa saat, dia bahkan tidak berani meremehkan Jodhiva lagi.Sebelumnya Yogi memang pernah menyelidiki Jodhiva, dia adalah penerus dari Hunter. Kemampuan yang paling dikuasai Jodhiva adalah melakukan serangan. Setiap serangannya dapat membidik kelemahan lawan dengan tepat.Orang-orang di bawah arena menyaksikannya dengan perasaan tegang sekaligus antusias. Pertandingan kali ini benar-benar pertandingan antara para ahli!Sepanjang pertandingan, Ariel tidak berani mengedipkan matanya sama sekali. Dia merasa dirinya telah dikelabui oleh Jodhiva.Benar! Jika Ariel bertanding dengan Jodhiva yang sekarang, di
Devin terbengong, lalu menyimpan botol obat. “Apa Tuan Muda Jody sehebat itu?”“Dia adalah penerus Hunter. Tidak aneh kalau dia memiliki kekuatan sehebat ini.” Yogi kelihatan sangat tenang. Dia juga tidak merasa kesal lantaran telah dikalahkan oleh Jodhiva.Yogi tahu masih banyak orang hebat di luar sana. Dia juga merasa pantas untuk kalah dalam pertandingan kali ini.Devin mencemberutkan bibirnya. “Tapi aku merasa dia lagi sengaja. Sepertinya dia punya dendam sama kamu.”Yogi pun tersenyum. Semua ini bukanlah dendam ….Di sisi lain, di Vila Galatta.Ariel duduk di depan meja makan sembari menatap pria yang sedang memasak di dapur. Hari ini Jodhiva mengenakan pakaian rajut berwarna abu-abu dengan celana panjang longgar berwarna krim. Dia yang berpakaian santai juga kelihatan sangat tampan.Mungkin karena Jodhiva memiliki wajah yang sangat tampan dan juga sopan, itulah sebabnya Ariel bisa tertipu!Sepiring iga goreng tepung telah disajikan di atas meja. Pada saat ini, perut Ariel malah
Saat Ariel menyuruh anak-anak untuk latihan sendiri, dia pun duduk di samping sembari menatap ponselnya. Dia sedang berpikir apakah ucapannya terlalu kasar semalam.Pada saat ini, tiba-tiba seorang anak perempuan menangis. Ada seorang anak laki-laki bersikap kasar terhadap anak perempuan itu di saat sedang latihan. Si anak perempuan kesakitan dan tidak berhenti menangis.Ariel mengeluarkan tisu untuk menyeka air matanya. “Sudahlah, aku akan suruh dia untuk minta maaf, ya? Coba kamu lihat, kalau kamu menangis lagi, kamu nggak cantik lagi.”Si anak perempuan terisak-isak. Tidak lama kemudian, dia pun tidak menangis lagi.Ariel melihat anak laki-laki itu. Tatapannya tertuju pada nama di atas dadanya, Sulivan Chaniago.Sulivan memalingkan kepalanya. “Manja sekali.”Ariel menarik napas dalam-dalam. Dia berjalan ke depan Sulivan, lalu membungkukkan tubuhnya untuk menatap Sulivan. “Sebagai seorang anak laki-laki, bukannya sudah seharusnya kamu minta maaf?”“Aku juga tidak bersalah. Salah send
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip