Pelayan menjawab dengan terus terang, “Tuan itu hanya melunasi makanannya saja. Tadi dia bilang dia tidak kenal sama kalian.”Ucapan itu sungguh membuatnya merasa malu.Di dalam mobil.Dacia sungguh tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia pun tertawa. “Aku kira kamu akan bayar semuanya.”Bagaimanapun, tadi mereka langsung duduk dan memesan makanan. Bukannya tujuan mereka adalah untuk makan gratis? Alhasil, Jerremy tidak membayar tagihan pesanan mereka.Tidak terlihat perubahan ekspresi wajah Jerremy. “Kenapa aku mesti bayar makanan mereka? Apa uangku kebanyakan?”Dacia menatapnya. “Terima kasih.”Sebenarnya Dacia tahu Jerremy sedang melampiaskan amarahnya. Tiba-tiba Jerremy bertanya, “Jadi, ini alasannya kenapa kamu tidak kenalkan aku kepada teman sekolahmu?”Dacia menurunkan kelopak matanya. “Aku hanya merasa nggak perlu saja.”Jerremy menghentikan mobil di samping jalan, lalu membalikkan tubuh untuk menatapnya. “Apa maksudmu tidak perlu?”“Karena mereka bukan lingkungan pertemananku.” D
Jerremy merendahkan suaranya, lalu membalikkan tubuh Dacia. “Mana mungkin aku tidak tergoda … dengan penampilanmu yang seperti ini?”Dacia memeluk Jerremy, lalu tersenyum. “Di mana prinsipmu?”Jerremy menggigit dasi Dacia sembari tersenyum. “Pada saat seperti ini, tentu saja aku akan memilih untuk melepaskan prinsipku.”Di balai seni bela diri, ibu kota.“Bos, sudah berapa hari ini? Kenapa wanita itu malah tidak pernah datang lagi? Apa dia lagi bohong? Kerja sama apaan. Kurasa dia cuma lagi permainkan kita saja?” Devin yang sedang membereskan peralatan berkata dengan tidak puas. Orang-orang lainnya juga melihat ke sisi Yogi yang sedang membaca buku laporan di kasir.Yogi menutup bukunya, lalu mengangkat kelopak matanya untuk melihat kalender. Apa benar Ariel sedang berbohong?Padahal Ariel yang meminta kerja sama, sekarang malah tidak terlihat batang hidungnya lagi. Bisa jadi dia sedang menyesal?Tatapan Yogi tertuju pada kontrak itu. Baru saja Yogi mengambil kontrak itu, terdengar sua
Sebenarnya asalkan Ariel bersedia, Jodhiva akan segera mencarikan lokasi yang cocok untuk membuka balai seni bela diri. Kenapa dia bersikeras memilih balai itu? Apa karena Yogi?Tidak! Jodhiva mesti ke sana.Pada saat ini, di balai seni bela diri.Setelah membereskan ruangan selama setengah hari, akhirnya ruangan kerja Ariel mirip dengan ruangan kerja. Saat dia berjalan keluar ruangan, kebetulan Yogi juga sedang berjalan keluar ruangannya.Yogi mengabaikan Ariel, langsung membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi.“Hei, kita itu mitra kerja sama, kenapa sikapmu seperti itu?” Ariel merasa bingung. Kenapa pria itu begitu pendendam? Bukannya dia sudah setuju akan bekerja sama?Langkah kaki Yogi berhenti. Dia membalikkan tubuhnya untuk menatap Ariel. “Memangnya selain mitra kerja sama, hubungan kita sangat bagus?”Ariel melipat kedua lengan di depan dada. “Benar juga. Kita itu saingan.”Bekerja sama dengan saingan juga hanya demi mencapai keuntungan saja.Yogi pun tersenyum. “Saingan? Kam
Bukan hanya begitu saja, serangan Jodhiva tidak pernah dijumpai Ariel sebelumnya. Ariel pun merasa kaget. Jangan-jangan saat bertanding di Pulau Persia dulu, dia tidak benar-benar mengerahkan kekuatannya?Saat ini, ketika menghadapi Yogi, Jodhiva melakukan serangan yang sangat kuat. Dia bahkan mendatangkan tekanan kepada Yogi.Yogi tidak berani bersikap lengah. Setelah berduel selama beberapa saat, dia bahkan tidak berani meremehkan Jodhiva lagi.Sebelumnya Yogi memang pernah menyelidiki Jodhiva, dia adalah penerus dari Hunter. Kemampuan yang paling dikuasai Jodhiva adalah melakukan serangan. Setiap serangannya dapat membidik kelemahan lawan dengan tepat.Orang-orang di bawah arena menyaksikannya dengan perasaan tegang sekaligus antusias. Pertandingan kali ini benar-benar pertandingan antara para ahli!Sepanjang pertandingan, Ariel tidak berani mengedipkan matanya sama sekali. Dia merasa dirinya telah dikelabui oleh Jodhiva.Benar! Jika Ariel bertanding dengan Jodhiva yang sekarang, di
Devin terbengong, lalu menyimpan botol obat. “Apa Tuan Muda Jody sehebat itu?”“Dia adalah penerus Hunter. Tidak aneh kalau dia memiliki kekuatan sehebat ini.” Yogi kelihatan sangat tenang. Dia juga tidak merasa kesal lantaran telah dikalahkan oleh Jodhiva.Yogi tahu masih banyak orang hebat di luar sana. Dia juga merasa pantas untuk kalah dalam pertandingan kali ini.Devin mencemberutkan bibirnya. “Tapi aku merasa dia lagi sengaja. Sepertinya dia punya dendam sama kamu.”Yogi pun tersenyum. Semua ini bukanlah dendam ….Di sisi lain, di Vila Galatta.Ariel duduk di depan meja makan sembari menatap pria yang sedang memasak di dapur. Hari ini Jodhiva mengenakan pakaian rajut berwarna abu-abu dengan celana panjang longgar berwarna krim. Dia yang berpakaian santai juga kelihatan sangat tampan.Mungkin karena Jodhiva memiliki wajah yang sangat tampan dan juga sopan, itulah sebabnya Ariel bisa tertipu!Sepiring iga goreng tepung telah disajikan di atas meja. Pada saat ini, perut Ariel malah
Saat Ariel menyuruh anak-anak untuk latihan sendiri, dia pun duduk di samping sembari menatap ponselnya. Dia sedang berpikir apakah ucapannya terlalu kasar semalam.Pada saat ini, tiba-tiba seorang anak perempuan menangis. Ada seorang anak laki-laki bersikap kasar terhadap anak perempuan itu di saat sedang latihan. Si anak perempuan kesakitan dan tidak berhenti menangis.Ariel mengeluarkan tisu untuk menyeka air matanya. “Sudahlah, aku akan suruh dia untuk minta maaf, ya? Coba kamu lihat, kalau kamu menangis lagi, kamu nggak cantik lagi.”Si anak perempuan terisak-isak. Tidak lama kemudian, dia pun tidak menangis lagi.Ariel melihat anak laki-laki itu. Tatapannya tertuju pada nama di atas dadanya, Sulivan Chaniago.Sulivan memalingkan kepalanya. “Manja sekali.”Ariel menarik napas dalam-dalam. Dia berjalan ke depan Sulivan, lalu membungkukkan tubuhnya untuk menatap Sulivan. “Sebagai seorang anak laki-laki, bukannya sudah seharusnya kamu minta maaf?”“Aku juga tidak bersalah. Salah send
“Aku nggak tahu bagaimana cara menjalani pernikahan. Aku juga nggak tahu apa yang dinamakan toleransi. Tapi aku tahu aku nggak ingin hidup di bawah keinginan orang lain. Kalau … kalau hidup setelah menikah mesti seperti ini, lebih baik aku nggak usah ….”Jodhiva langsung berjalan ke sisi Ariel, lalu memeluknya. Suara Ariel terdengar terisak-isak. Dia terbengong di dalam pelukan Jodhiva.Jodhiva memeluk Ariel dengan erat. Tidak seharusnya Jodhiva memaksa Ariel ….“Ariel, maaf.”Ariel menggigit bibirnya, lalu membenamkan kepala ke dalam dadanya.Jodhiva mengangkat wajahnya, lalu menciumnya. “Tidak seharusnya aku membatasi kehidupanmu hingga kamu merasa tidak bebas. Aku minta maaf.”Ariel mengangkat kelopak matanya. “Apa kamu takut aku akan selingkuh?”Jodhiva terkejut. “Apa?”Ariel mendengus ringan, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu nggak izinkan aku untuk bekerja bersama Yogi karena kamu takut aku bakal punya hubungan gelap sama dia? Kalau benar ada sesuatu di antara aku dan dia, kami p
Jodhiva berdeham, lalu mengusap kepalanya. “Dia itu kakak iparmu.”Sulivan merasa kaget.Apa?“Pria” itu adalah kakak iparnya?Sepertinya penjelasan Jodhiva masih kurang jelas. Itulah sebabnya Sulivan jadi salah paham.Saat latihan, Sulivan terus menatap Ariel dengan tatapan aneh. Ariel merasa ada yang sedang menatapnya dari belakang. Setelah melihat dengan saksama, ternyata dia sedang ditatap Sulivan.Sulivan melihat Ariel telah menyadarinya. Dia pun segera mengalihkan pandanganya, lalu mulai latihan.Saat sedang istirahat, Sulivan pergi minum air di samping.“Kamu yang namanya Sulivan?”Ketika mendengar suara Ariel, Sulivan spontan merinding, hampir menjatuhkan gelasnya. “Ada urusan apa kamu mencariku?”Ariel terbengong sejenak. Apa anak zaman sekarang cepat dewasa? Dia juga tidak berpikir kebanyakan. Dia membungkukkan tubuh untuk menatap Sulivan. “Aku menyadari teknik dasar seni bela dirimu cukup bagus. Gimana kalau kamu jadi muridku?”Salah satu ujung bibir Sulivan berkedut. Dia mu
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka