Ariel mengangkat-angkat alisnya. Senyuman di wajahnya semakin lebar lagi. “Kalau begitu, bos kalian itu orang hebat?”Dari sikap arogan si pria, dapat diketahui bahwa pemilik balai seni bela diri ini bukanlah tokoh sederhana. “Kalau begitu, aku malah mesti ketemu sama dia.”Saat hendak berjalan pergi, tiba-tiba Ariel merasakan aura membunuh yang cukup kental. Dia menghentikan langkahnya, lalu memalingkan kepalanya menatap beberapa orang yang sedang berdiri di seberang paviliun.Mereka semua mengenakan pakaian yang berbeda dengan anggota seni bela diri. Sebelumnya Ariel juga tidak pernah melihat mereka.Ketika melihat seragam hitam yang mereka kenakan, entah kenapa Ariel merasa tidak asing dengan mereka.“Devin, jangan bersikap tidak sopan terhadap tamu.” Pada saat ini, sesosok bayangan tubuh berjalan menuruni tangga. Dia mengenakan kemeja berkerah tegak dari bahan katun linen yang sederhana dan rapi, dilapisi rompi kulit domba buatan tangan yang sangat mewah.Rambutnya dipotong pendek
Yogi menatap Ariel. “Kejadian waktu itu memang akibat dari perbuatan Riko sendiri. Tentu saja aku tidak akan ikut campur. Tapi ….” Yogi berjalan, lalu berhenti di hadapannya. “Bagaimana dengan masalah di antara kita?”Ariel mengangkat kelopak matanya. “Apa yang ingin kamu lakukan?”Yogi membungkukkan tubuhnya untuk mendekati Ariel. Senyumannya semakin lebar lagi. “Aku penasaran dengan kemajuan teknik seni bela dirimu. Gimana kalau kita berduel?”…Setelah Jessie meninggalkan balai seni bela diri, dia masih saja mencemaskan keselamatan Ariel. Jadi, dia segera menghubungi Jodhiva dan memberi tahu masalah Ariel di balai seni bela diri.Usai mendengar, Jodhiva pun tertegun di tempat. “Kamu bilang pemilik balai seni bela diri itu ada konflik dengan Ariel?”“Sepertinya begitu. Semua itu hanya firasatku saja.” Jessie menurunkan kelopak matanya. “Kak, aku sangat mencemaskan Ariel. Meski Ariel hebat, latar belakang pihak lawan juga nggak sederhana. Bagaimana kalau Ariel terluka nantinya?”Jodhi
“Kata siapa aku nggak bisa mengakui kekalahan. Aku akui Tuan Yogi itu lawan tangguh. Hanya saja, bukannya wajar kalau lawan bermain intrik sewaktu bertanding?” jawab Ariel tanpa merasa bersalah sama sekali.Yogi berdiri dengan perlahan. Telapak tangannya mengusap wajahnya. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum. “Aku sungguh tidak menyangka kamu masih licik seperti dulu. Kamu bahkan menggunakan trik seperti ini.”Ariel menggulung lengan pakaiannya ke atas. “Dulu aku memang meremehkan trik seperti ini. Tapi namanya manusia itu selalu berubah. Aku cuma bisa mengatakan bahwa kamu sudah meremehkan musuhmu.”Devin merasa marah hingga tubuhnya gemetar. “Kamu … kamu benar-benar tidak tahu malu.”Ariel tersenyum. “Hanya dengan tidak tahu malu, aku baru bisa menjadi tidak terkalahkan.”Jujur saja, Ariel belajar trik tidak tahu malu dari Jodhiva.“Kamu ….” Yogi menyela omongan Devin, lalu melihat Ariel dengan tertawa. “Benar apa katanya. Aku memang sudah meremehkan musuh. Aku sudah memberinya ke
Yogi mengangguk. “Aku menunggu setiap saat.”Jodhiva membawa Ariel meninggalkan tempat.Setelah keluar dari balai seni bela diri, Ariel melepaskan pelukan Jodhiva, lalu melihatnya. “Apa kamu kenal sama Yogi?”Jodhiva menatap wajah Ariel. “Kamu malah mengungkit masalah pria lain di hadapanku. Apa kamu tidak takut aku akan cemburu?”Ariel tertegun sejenak. “Kenapa kamu asyik cemburu, sih?”Jodhiva menindih Ariel di depan mobil, lalu mencubit dagunya. Dia mendekati Ariel, kemudian bertanya, “Apa hubungan kamu dan dia sangat bagus?”Ariel menjawab tanpa ragu sama sekali, “Nggak tergolong bagus.”Jodhiva sungguh kehabisan akal. Justru karena jawaban Ariel sangat blak-blakan, Jodhiva baru merasa tidak berdaya.Jari tangan Jodhiva mengusap sudut bibir Ariel. Dia menunduk mencium bibir empuk itu. Ariel spontan mendorong dada Jodhiva. “Ada orang lain … uhm!”Telapak tangan Jodhiva menahan belakang kepala Ariel. Dia sedang menguasai bibir delima itu. Jodhiva membuka matanya dengan perlahan. Tata
Jodhiva menahan belakang kepala Ariel, lalu menciumnya. Kali ini, Ariel sungguh merasa gusar hendak menggigitnya. Sepertinya Jodhiva menyadarinya. Dia segera keluar dari bathtub.Ariel langsung mengambil sandal dan melemparnya ke sisi Jodhiva.Jodhiva menghindar. Sandal itu pun melayang ke sisi kakinya. Dia pun tertawa. “Kenapa kamu bahkan kelihatan imut ketika lagi marah?”“Jody, keluar sekarang!”Setelah Jodhiva pergi, Ariel baru berbaring di dalam bathtub. Wajahnya sudah sangat merona. Dia pasti sudah terkena sihir Jodhiva. Jika tidak, mana mungkin tadi … Ariel tidak bisa menahan dirinya?Di ruang baca, Jodhiva sedang membaca dokumen yang dikirim Edwin tadi. Pemilik balai seni bela diri yang bernama Yogi Amkasa tergolong tokoh berpengaruh di Yasia Tenggara.Keluarga Amkasa memulai usahanya di Yasia Tenggara. Setelah ayahnya Yogi, Darren Amkasa, pensiun dari militer, dia pernah berjasa ketika menjadi agen rahasia polisi dalam memberantas obat terlarang sehingga mendapatkan promosi. S
Ariel menyesap teh. “Nggak masalah. Kami ada waktu, kok.”Ketika melihat mereka tidak bermaksud untuk pergi, Devin menjulingkan matanya. “Sebenarnya apa yang ingin kalian lakukan? Bos kami sudah tidak perhitungan lagi sama kalian. Jangan tidak tahu batasan, ya!”Ariel menyilangkan kedua kakinya. “Aku datang buat melakukan transaksi dengan bos kalian. Kamu bilang aku nggak tahu batasan? Kenapa? Apa kalian merasa uang kalian sudah terlalu banyak? Meski kalian meremehkanku, nggak seharusnya kalian meremehkan uang, ‘kan?”Devin bertanya, “Apa maksudmu?”Ariel melambaikan tangannya. “Kamu juga nggak bakal ngerti. Pergi sana! Panggil Yogi untuk jumpai aku!”Saat Devin masih ingin mengatakan sesuatu, terdengar suara pria paruh baya dari lantai atas. “Devin, biarkan Nona Ariel ke atas.”Devin mencemberutkan bibirnya tanda dirinya merasa tidak puas. “Silakan.”Ariel berdiri dengan tersenyum. “Begini, dong.” Dia memalingkan kepala untuk melihat Jessie. “Kamu tunggu aku di sini.”Jessie pun menga
Yogi memalingkan kepala untuk menatap Ariel. “Sejak kapan kamu membela orang lain?’Ariel tertegun sejenak. “Yang aku katakan itu kenyataan.”Yogi tidak berbicara.Ariel menyipitkan matanya. “Jangan-jangan kamu masih dendam?”Kening Yogi berkerut. “Apa?”“Aku tahu, dulu sikapku memang keterlaluan. Aku minta maaf sama kamu. Waktu itu, aku masih muda, masih nggak tahu apa-apa.”Usai berbicara, Ariel pun tersenyum. Tiba-tiba dia mendekati Yogi. “Seni bela diri yang kamu ajari juga adalah teknik yang diajarkan Keluarga Oswaldo. Bukannya balai ini sangat cocok denganku? Aku akan biarkan kamu tetap jadi bos di balai ini. Aku … emm … aku jadi pemegang saham saja. Terkadang aku juga bisa jadi pelatih. Bagaimana menurutmu?”Beberapa saat kemudian, Ariel berjalan keluar ruang kerja. Ariel kelihatan sangat bingung. Dia menoleh dan menjerit, “Kenapa kamu malah mengusirku? Hei! Yogi! Sebenarnya kamu setuju atau nggak. Ngomong!”Padahal Ariel berbaik hati ingin menanam modal di balai seni bela dirin
Belum sempat ucapan selesai dilontarkan, tiba-tiba sebuah mobil menyerbu ke sisi mobilnya. Ariel segera memutar setir mobil dan lekas menginjak pedal rem hingga terdengar suara gesekan ban yang sangat kuat.Jessie memegang sabuk pengaman dengan erat. Dia merasa kaget spontan melindungi perut dan memejamkan matanya.Mobil akhirnya tidak dapat menghindar dan menabrak bagian belakang mobil di depannya.Hal ini kemudian menyebabkan kecelakaan beruntun yang melibatkan beberapa kendaraan.Ariel berusaha untuk menahan rasa sakit, mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Jessie, apa kamu baik-baik saja?”Kemudian, Ariel memalingkan kepalanya melihat ke sisi Jessie. Jessie sedang duduk di bangku samping pengemudi. Berhubung merasa syok, wajahnya kelihatan agak memucat. Dia berkata dengan suara gemetar, “Aku … aku baik-baik saja. Hanya saja, perutku terasa agak sakit.”Ariel melihat ada darah segar mengalir di antara kedua paha Jessie. Dia segera melepaskan sabuk pengaman, lalu berjalan menuruni m
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip