“Ada apa? Apa aku tidak boleh membahasnya? Masalah itu sudah masalah berapa tahun lalu? Kenapa kamu masih saja mengungkitnya?”Seperti biasanya ayah dan anak mulai bercekcok lagi.Jodhiva merangkul pundak Ariel membawanya meninggalkan ruang tamu. Setelah tiba di halaman, Ariel tidak bisa menahan tawanya lagi. “Mereka berdua lucu sekali, ya. Mereka benar-benar nggak mirip sama kalian.”Jodhiva menyipitkan matanya, lalu memiringkan kepala untuk melihat Ariel. “Tidak mirip dengan kami?”Ariel membalikkan tubuhnya menghadap Jodhiva, lalu berjalan dengan langkah mundur. “Apa kamu juga adu mulut sama Jerry? Nggak, ‘kan? Sepertinya cuma Jessie saja yang mewarisi gen kedua senior.”“Kalau nggak ada mereka, aku merasa Keluarga Fernando pasti sangat sepi. Aku malah merasa lebih ramai Keluarga Oswaldo-ku.”Jerremy dan Jodhiva memang tidak pernah beradu mulut, apalagi Javier dengan Claire. Langkah kaki Jodhiva berhenti. Dia menurunkan kelopak matanya dan tersenyum. “Iya, rumah ini baru terasa ram
Tiba-tiba Ariel tersenyum. “Bagus, aku kira kamu akan melepaskan impianmu setelah hamil.”Jessie juga tersenyum. “Kita juga bukan hidup demi anak. Kelak anakku juga bukan hidup demiku. Kita semua itu individu masing-masing. Apalagi hidup juga sangat pendek. Kalau demi anak, aku terpaksa melepaskan karier yang aku sukai, sepertinya nggak ada artinya untuk hidup di dunia ini.”Ariel pun tertawa. “Tapi Keluarga Fernando sangat kaya. Cukup untuk menghidupi beberapa generasi.”Meskipun Jessie melepaskan kariernya dan tidak melakukan apa pun di rumah, dia juga tidak perlu mengkhawatirkan kesehariannya.Boleh dikatakan bahwa kehidupan Jessie sangat diidamkan banyak orang. Jika tidak, kenapa ada banyak wanita yang berusaha untuk menikah dengan keluarga kaya? Bukannya demi menikmati hidup dengan bergelimang harta?Jessie mengedipkan matanya. “Nggak boleh! Aku nggak boleh hidup sebagai seekor hewan pelihara. Aku malah kasihan sama Kak Jules-ku.”Ujung bibir Ariel berkedut. Si Jessie malah tiba-t
“Beraninya kamu menyiramku?” Si pria merasa murka hendak turun tangan.Namun, baru saja tangan diangkat, tangannya pun ditahan oleh seseorang. Si pria memalingkan kepala dengan kesal. “Siapa suruh kamu ikut campur ….”Hiro meraih pergelangan tangan si pria hingga dia tidak bisa bergerak. “Apa kamu yakin kamu mau turun tangan terhadap seorang wanita di depan umum?”Si pria menyadari orang-orang di sekeliling yang sedang menatapnya. Dia pun menggertakkan giginya, menepis tangan Hiro, lalu meninggalkan tempat.Yura melihat ke sisi Hiro. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Hiro menjawab dengan tenang, “Aku lagi makan bersama mitra kerja samaku. Kebetulan aku melihat kamu ada di sini.”Yura mengambil tasnya. “Terima kasih.”“Tidak usah bersikap sungkan.”Hiro dan Yura sama-sama meninggalkan restoran. Sementara, di dalam ruangan VIP, Nora yang ditinggal itu sedang menemani dua orang pria untuk minum alkohol. Kali ini, Nora tidak sanggup untuk melanjutkan minumnya lagi. Ketika menyadari Hiro masi
Pada acara amal tahunan malam ini, kehadiran banyak selebritas. Nora mengenakan gaun merek mewah yang dibuat khusus untuknya. Ketika berdiri dengan para selebritas papan atas, dia pun berhasil menjadi sorotan semua orang.Sementara itu, pakaian Jessie kelihatan sangat biasa jika dibandingkan dengan Nora. Saat memasuki aula, Nora berjalan ke sisi Jessie. “Eh, putri kesayangan Tuan Javier malah nggak pakai gaun dari merek mewah? Emm, sepertinya setelah hamil, gaun-gaun itu nggak muat lagi di badanmu.”Jessie mengenakan terusan longgar dengan jaket kulit yang kebetulan menutupi bagian perutnya. Meskipun Jessie bukan mengenakan gaun dari merek mewah, harga jaket kulit yang dikenakannya juga senilai sembilan digit.Jessie memalingkan kepalanya menatap ke sisi Nora, lalu membalas dengan datar, “Ini acara amal, bukan kontes kecantikan.”“Sudahlah, kalau nggak muat, kamu bisa jujur, kok. Untuk apa cari alasan?” Nora berhenti di hadapan Jessie sembari melipat kedua tangan di depan dada. “Lagi p
Jessie mengurungkan niatnya untuk mengingatkan Nora. Namun saat ini, selebritas di samping juga tidak sanggup melihat tingkah Nora lagi. “Nora, hari ini adalah acara amal, bukan lagi acara fesyen. Apa cocok kamu berdiri di tengah?”Berdiri di posisi tengah juga mesti melihat kondisi. Apalagi sekarang adalah acara amal. Bahkan, ada banyak senior dan selebritas yang lebih terkenal saja tidak berebut untuk berdiri di posisi tengah. Sekarang Nora malah berdiri di tengah-tengah. Dia sungguh tidak tahu aturan.Nora langsung membantah, “Orang lain saja nggak bicara apa-apa, kenapa kamu malah ribut? Kalau kamu nggak senang, kamu juga bisa berdiri di tengah.”Ucapan itu membuat wajah si selebritas berubah muram.Pihak penyelenggara acara mengerutkan keningnya. Entah apa yang dia katakan terhadap asisten di sampingnya. Kemudian, asisten segera mengutus anggota untuk memvalidasinya.Tidak lama kemudian, pihak penyelenggara acara malam tiba-tiba mengusulkan untuk mengatur posisi berdiri sesuai den
Hiro memapah Jessie untuk duduk. Ketika melihat wajah pucatnya, Hiro segera bertanya, “Jessie, apa kamu baik-baik saja?”Jessie tidak berbicara.Hiro memalingkan kepalanya melihat ke sisi Nora dengan tatapan muram. Sementara itu, Nora melangkah mundur dua langkah dan mulai menyangkal, “Aku … aku nggak dorong dia. Dia jatuh sendiri, nggak ada hubungannya sama aku.”Tiba-tiba Jessie berdiri, lalu berjalan mendekati Nora. Tanpa berbasa-basi, dia langsung menampar wajah Nora.Nora yang dipukul spontan memiringkan wajahnya. Dia terbengong sembari mengusap pipi bengkaknya dengan tidak habis pikir. “Kamu pukul aku ….”Saat Nora hendak membalas pukulan itu, siapa sangka Jessie malah meraih pergelangan tangannya dan menendangnya dengan kuat. Nora kesakitan spontan jatuh berlutut di lantai. “Jessie, apa kamu sudah gila!”Dari tadi Hiro tidak bermaksud untuk melerai.Jessie membungkukkan tubuhnya untuk menatap Nora. “Apa kamu gila? Kalau terjadi sesuatu dengan anak di dalam perutku, apa kamu sang
Berita di internet semakin viral saja. Semua orang memaksa Jessie untuk merespons.Di studio Hiro.Asisten Hiro meminta Nora untuk berterus terang. Namun, Nora duduk di tempat dan tidak bergerak sama sekali. “Atas dasar apa aku mesti jujur? Aku yang dipukul. Jessie duluan yang turun tangan. Bukannya dia yang seharusnya minta maaf sama aku?”Asisten mengusap keningnya. “Nora, ini peringatan dari Pak Hiro buat kamu. Kamu jangan nggak tahu malu.”Nora berdiri. “Aku nggak akan mengalah. Pokoknya Jessie mesti minta maaf sama aku!”Baru saja ucapan selesai dilontarkan, Jules bersama pengacaranya berdiri di depan pintu ruangan. “Seharusnya kamu yang mesti minta maaf terhadap istriku?”Raut wajah Nora berubah dalam seketika. “Kalian … apa maksud kalian?” Nora mundur beberapa langkah, kemudian menunjuk mereka dengan gemetar. “Jangan-jangan kalian masih ingin membela Jessie lagi? Yang dipukul itu aku. Atas dasar apa kalian malah membelanya? Apa nggak ada keadilan di dunia ini!”Jules melonggarka
Hasrat yang tersembunyi di lubuk hati Nora adalah sifat asli manusia yang tidak berani Nora hadapi secara langsung. Hukuman secara terang-terangan ini telah menginjak-injak rasa malu, rasa sombong, dan harga dirinya.Jules menoleh ke arah pengacara. “Menurutmu, bagaimana cara terbaik untuk menangani transaksi di atas ranjang ini?”Pengacara mendorong kacamatanya ke atas, lalu menjawab, “Melakukan kegiatan di atas ranjang demi mendapatkan keuntungan memang melanggar hukum, tapi tidak termasuk tindakan kriminal. Paling-paling dia akan ditahan selama 10-15 hari dan denda sebesar 10 juta.”Jules tersenyum. “Apa ada yang ingin Nona Nora jelaskan?”Nora menggeleng dan menjerit dengan histeris, “Aku melakukannya juga bukan atas kemauan sendiri. Bukan aku … bukan salahku ….”“Sekarang bukti sudah di depan mata. Kamu juga sudah mendapatkan pekerjaan yang kamu inginkan, ‘kan? Padahal semua orang sudah cukup toleransi terhadapmu, kamu malah semakin menjadi-jadi saja. Aku akan membuatmu tahu akiba
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t