Levin mendengus dingin. “Aku rasa kamu takut Jules akan cari gara-gara sama kamu, makanya kamu baru memilih untuk pergi sekarang. Asal kamu tahu semua yang kamu lakukan itu sudah merusak nama baik Jules. Sekarang kamu malah ingin terlepas dari masalah itu saja.”Mutya menggigit bibirnya. Tiba-tiba dia berjalan ke hadapan Jessie, lalu berlutut di hadapan orang banyak. “Aku minta maaf sama kamu. Kalau kamu ingin marah, kamu bisa marah sama aku. Aku juga mengakuinya.”Kening Jessie berkerut. “Kamu seharusnya minta maaf sama suamiku, bukan sama aku.”Mutya sungguh merasa kaget. Dia menunduk dan tidak berbicara sama sekali.Yusa menghela napas. “Pergilah.”Tatapan Mutya seketika tertuju pada diri Yusa. Yusa berkata, “Kamu memang sudah bersalah. Tapi apa pun ceritanya, aku itu seorang sutradara. Aku juga akan beri penjelasan kepada Tuan Muda Jules. Mengenai kamu, ke depannya aku tidak akan bekerja sama denganmu lagi.”Mutya berdiri dengan perlahan, lalu membungkukkan tubuhnya. “Terima kasih,
Ariel berjongkok di depan nakas untuk mencari pengering rambut. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu, dia mengambil jaket untuk membungkus tubuhnya, baru pergi membuka pintu. Dia mengira orang itu adalah Jessie. Namun, ketika Ariel melihat pria di depan pintu, dia pun terbengong. “Kenapa kamu ke sini?”Jodhiva mengangkat kelopak matanya untuk mengamati Ariel.Ariel menunduk. Dia spontan membungkus tubuhnya dengan erat. “Kamu lagi lihat apa? Nanti aku cungkil matamu.”Jodhiva pun tersenyum, kemudian memiringkan tubuhnya untuk memasuki kamar.Ariel sungguh merasa syok. Dia langsung tersadar dari bengongnya, lalu menghalangi langkah Jodhiva di depan rak sepatu. “Sebentar, kamu masih belum jawab pertanyaanku.”Jodhiva mengulurkan tangannya untuk memeluk Ariel. “Jadi, ngapain kamu ke Kota Jimbar?”Ariel tertegun sejenak, lalu menelan air liurnya. “Main.”Mungkin karena Jodhiva baru dari luar, ada sedikit embun dingin di luar jaketnya. Saat ini, Ariel yang tidak mengenakan apa-apa di dalam h
Jessie menekan bel pintu dua kali, tetapi masih tidak ada yang membalas. Dia berpikir, jangan-jangan Naomi sedang di luar. Kemudian, Jessie pun membalikkan tubuh untuk meninggalkan tempat.Saat ini, di balik pintu, Ariel hampir kehabisan napasnya. Dia pun menggigit bibir Jodhiva. Kening Jodhiva seketika berkerut. Dia menunduk untuk melihat orang di dalam pelukannya, kemudian baru melepaskan Ariel.Ariel menutup bibirnya dengan punggung tangan. Saking gusarnya, wajahnya kelihatan merona. “Jody, kamu memang berengsek!”Apa Jodhiva tidak takut akan dipergoki Jessie?Jodhiva tersenyum, lalu mengusap wajah Ariel. “Iya, aku memang berengsek. Apa kamu mau memukulku?”Ariel menyipitkan matanya. “Apa kamu minta dipukul?”Jodhiva mengiakan dengan perlahan. “Sedikit.”Ariel langsung menginjak kaki Jodhiva. Saat Jodhiva merintih kesakitan, Ariel langsung melepaskan tubuhnya dari pelukan Jodhiva. Dia melipat kedua tangan di depan dadanya. “Tuan Muda Jody, apa kamu mau bersikap semena-mena lagi?”Jo
Jessie menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Jurus Tobias memang cukup sadis. Bukannya memblokir kartu bank Ariel setara dengan tidak mengizinkannya diam-diam kembali ke Pulau Persia?“Jessie.” Terdengar suara Jodhiva dari belakang. Jessie refleks menoleh dan tersenyum. “Kak Jody?”Semua kru di lokasi syuting tahu Jessie memiliki abang kembar. Seandainya bukan karena Jessie memanggil nama Jodhiva, mereka semua pasti kebingungan untuk membedakan apakah pria ini Jodhiva atau Jerremy.Jodhiva datang dengan membawakan minuman hangat kepada kru. Mereka sungguh iri dengan Jessie yang memiliki abang sepengertian dan sangat ramah ini. Salah seorang kru yang memegang botol minuman berjalan maju mengucapkan rasa terima kasih. “Terima kasih, Tuan Muda Jody.”Jodhiva tersenyum. “Tidak usah sungkan. Kalian semua sudah menjaga adikku selama beberapa saat ini. Kalian semua juga sudah bekerja keras.”Aktris yang berada di samping saling berbisik, “Sepertinya Tuan Muda Jody cukup lembut, nggak sombon
Ariel berpikir sejenak, baru tiba-tiba bertanya, “Gimana caranya manja?”Jessie mengangkat tangannya, lalu menunjuk ke sisi Jodhiva seraya berkata, “Kamu tiru aku saja.”Ariel merasa bingung. Dia meniru gerak-gerik Jessie. “Kemudian?”Jessie mengaitkan jari tangannya. “Kak, kemari ….”Ariel menatap Jessie sembari mengaitkan jari tangannya. Suaranya malah menjadi kaku. “Jody, kemari?”Jessie tidak sanggup menahan tawanya lagi. Dia menggeleng. “Suaramu kecil sekali, nggak kedengaran sama sekali. Selain itu, kamu harus tersenyum dan suaramu mesti lebih manis. Kamu mesti menatapnya dengan lembut, bukan memelototinya.”“Apa kamu yakin begini caranya bermanja-manja?” Ariel manatap Jessie dengan penuh ragu.Jessie membual dengan raut serius. “Tentu saja … ini cuma salah satu dari banyak cara manja. Cara yang aku ajarkan juga yang paling gampang, seperti mengaitkan jarimu. Dia pasti akan meninggalkan cewek-cewek yang lagi mengerumuninya.”Ariel mengulurkan tangannya mencoba sekali lagi. Dia me
Si pria berjalan ke luar ruangan gimnasium dengan buru-buru. Ada banyak pria berpakaian hitam sedang berjaga di depan ruangan gimnasium, sedangkan seorang pria tua sedang mengangkat barbel di dalam ruangan. Pria yang sudah berumur 80-an tahun itu kelihatan sangat bugar dan kekar karena rutin berolahraga.Pria itu berjalan ke dalam ruangan gimnasium. “Aku sungguh tidak habis pikir!”Kening si pria tua berkerut. “Ada masalah apa?”Si pria menatap layar ponselnya. “Itu … kata Bos Jody … dia sudah ada cewek.”Pria tua mengangkat kepalanya. “Ada apa?”Pria muda itu mengeja dengan perlahan. “Ce-wek.”Si pria tua langsung menurunkan barbel, lalu mengambil handuk untuk menyeka keringat. Dia berdiri, lalu bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”Pria muda langsung mengarahkan layar ponsel ke hadapan si pria tua. “Coba kamu lihat sendiri, Jody ngomong sendiri.”Mata si pria tua menyipit. Dia mengesampingkan handuknya. “Dasar bocah sialan! Dia malah tidak beri tahu aku. Aku penasaran cewek seperti a
Hati Ariel sungguh penat. Dia memalingkan kepala untuk melihat ke sisi Jodhiva. “Kamu mau ganti?”Kelihatan sekali Ariel sedang memberi peringatan, coba saja kalau kamu berani ganti!Jodhiva tersenyum. “Terserah kamu saja.”Si aktris kelihatan sangat syok dengan sikap Jodhiva. Hanya saja, dia juga tidak berpikir kebanyakan. Dia tahu Ariel datang untuk mengunjungi Jessie. Tidaklah aneh jika Ariel kenal dengan Jodhiva. Jodhiva bisa bersikap royal mungkin karena Ariel adalah teman adiknya saja.“Tuan Muda Jody, aku jadi nggak enak karena sudah menghabiskan banyak uangmu.”Salah satu tangan Jodhiva menopang di atas kening. Kemudian, tangan yang diletakkan di bawah meja sedang memainkan jari tangan Ariel. “Kamu tidak usah bersikap sungkan.”Ariel spontan merasa syok, langsung menggeser tangannya. Jodhiva sedang mengobrol dengan wanita lain, tetapi dia malah mengusap tangan Ariel. Dasar pria berengsek!“Tuan Muda Jody, apa aku boleh tanya sesuatu?”Jodhiva membalas dengan datar, “Tanya saja.
Ariel tertegun sejenak, lalu menatap Jodhiva. “Serius?”Jodhiva tertawa. “Aku akan membiarkan kamu menyimpan buku nikah itu. Kalau kamu ingin bercerai, apa aku bisa menghalangimu?”Ariel terdiam beberapa saat. Sepertinya ucapan Jodhiva cukup masuk akal. “Boleh-boleh saja kalau mau mendaftarkan pernikahan, tapi aku punya satu persyaratan.”Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Persyaratan apa?”Ariel menatapnya. “Nggak boleh dipublikasikan.”Jodhiva menyipitkan matanya. Beberapa saat kemudian, dia membalas, “Oke.”…Pada saat ini, di kafe.Derrick menyerahkan hasil jepretannya kepada Jules. Wanita di atas foto itu adalah Mutya. “Setelah wanita itu meninggalkan lokasi syuting, dia pergi mencari selebgram itu.”Jules mengetuk jari tangan di atas meja. Tatapannya menjadi tajam. “Untuk apa dia mencari selebgram itu?”Derrick berkata, “Aku juga tidak jelas. Hanya saja, saat pergi, dia sedang menelepon seseorang.”Mutya memang mengakui perbuatannya. Hanya saja, pengakuan itu dilakukan demi men
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli
Kekasih Jane tersenyum menyeringai. Dia memalingkan kepalanya, lalu berkata kepada kedua temannya, “Sudah dengar belum? Wanita ini hadiah dari kesayanganku buat kalian.”Jane menimpali, “Kalian harus main dengan seru, ya.”Sekarang hati kedua pria itu semakin menggebu-gebu. Mereka mendekati Dacia dengan motif jahat.Dacia berusaha untuk meronta, tetapi dia diikat dengan sangat ketat. Dacia menggertakkan giginya, lalu berusaha menenangkan dirinya untuk memikirkan cara.Saat mereka berdua hendak menyentuh Dacia, tiba-tiba Dacia tertawa. Jika dia ketakutan dan menangis, bisa jadi mereka berdua akan semakin bersemangat lagi. Suara tawa Dacia membuat mereka kebingungan.Jane memelototinya. “Kamu sudah jatuh ke tangan kami. Kamu malah tertawa?”“Apa kalian sentuh ponselku?”Kedua pria saling bertukar pandang, lalu melihat ke sisi Jane. Jane membalas dengan arogan, “Memangnya kenapa kalau aku sentuh ponselmu?”“Jangan-jangan kamu matikan ponselku?”“Sebenarnya kamu mau ngomong apa, sih!” Dac
Pada zaman sekarang ini, jarang ada orang yang tidak tergoda dengan kekayaan dan kekuasaan.Pada saat ini, Jane berdiri tidak jauh di sana. Ketika melihat hubungan Carly dan Dacia semakin dekat, dia pun merasa sangat tidak puas.Jelas-jelas sebelumnya Carly selalu menuruti apa kata Jane. Dia merasa tidak peduli apa yang dia perbuat, Carly tidak akan memutuskan hubungannya dengan Jane. Semua ini pasti gara-gara Dacia.Jane tidak akan membuat Dacia hidup tenang. Siang harinya, Dacia meninggalkan akademi. Tiba-tiba Jane memanggilnya, lalu berjalan menghampirinya dengan buru-buru, “Dacia, sudah terjadi sesuatu dengan Carly!”Kening Dacia berkerut. “Terjadi sesuatu?”Jane berkata dengan buru-buru, “Tadi aku pergi cari dia. Aku melihat dia sedang diganggu sama beberapa orang lelaki. Sekarang mereka ada di parkiran.”Dacia memang merasa curiga, tetapi berhubung masalah ini bersangkutan dengan keselamatan Carly, dia pun mengikuti langkah Jane ke area parkiran.Namun setibanya di area parkiran
Apalagi Perusahaan Teknologi Yarnis adalah perusahaan yang baru didirikan Jules. Dengan adanya dukungan dari pihak kerajaan, Perusahaan Teknologi Yarnis juga tidak perlu mencari mitra kerja sama lagi. Calon mitra kerja sama akan berbondong-bondong mencari mereka.Filbert merasa bingung. “Jadi ….”Jules meletakkan gelas teh. “Sekarang aku tidak buru-buru dalam mencari mitra kerja sama. Kita cukup fokus dalam mencari teknisi saja. Sisanya diundur dulu.”Filbert terbengong, tetapi dia terpaksa mengangguk. “Oke.”Pada saat ini, televisi, koran, majalah, dan media sosial sedang menyiarkan kabar Silvia sibuk mempersiapkan acara penobatannya.Para murid di akademi perfilman juga sedang membahas masalah kerajaan. Saat Dacia melewati koridor, beberapa murid pun sedang melihatnya sembari berbisik-bisik. “Sepertinya dia punya sedikit hubungan dengan keluarga kerajaan. Aku juga dengar kabar, Raja Willie mempersiapkan dua set surat wasiat sebelum dia meninggal. Seharusnya salah satunya milik dia.”
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p