Raut wajah Mutya menjadi merona. Detak jantungnya mulai tidak karuan. “Pak Hiro ….”Hiro seolah-olah sedang menatap Mutya dengan lekat-lekat. Hanya saja, tidak ada sedikit pun rasa hangat di dalam tatapannya. “Tenang saja. Meski kamu nggak bisa bergabung dalam syuting kali ini, masih ada banyak naskah yang menunggumu. Aku akan membuatmu menjadi tenar. Kamu tahu sendiri aku benar-benar percaya dengan kemampuanmu.”Mutya sudah berhasil termakan bualan Hiro. Dia sungguh jatuh cinta terhadap si pria tampan ini. “Oke, aku akan melakukannya sesuai dengan perintahmu. Pak Hiro, aku ingin tanya, apa kamu … sudah punya kekasih?”“Tidak ada,” balas Hiro dengan datar.Kali ini, Mutya semakin girang lagi. Sepertinya dia masih punya kesempatan untuk menjadi pasangan Hiro.“Kamu tenang saja. Sekarang aku akan pergi mengakui kesalahanku dengan Pak Yusa. Aku akan mengambil inisiatif untuk meninggalkan tim produksi. Mengenai masalah Fenni, aku akan cari cara agar dia bisa menjadi kambing hitam.” Setelah
Levin mendengus dingin. “Aku rasa kamu takut Jules akan cari gara-gara sama kamu, makanya kamu baru memilih untuk pergi sekarang. Asal kamu tahu semua yang kamu lakukan itu sudah merusak nama baik Jules. Sekarang kamu malah ingin terlepas dari masalah itu saja.”Mutya menggigit bibirnya. Tiba-tiba dia berjalan ke hadapan Jessie, lalu berlutut di hadapan orang banyak. “Aku minta maaf sama kamu. Kalau kamu ingin marah, kamu bisa marah sama aku. Aku juga mengakuinya.”Kening Jessie berkerut. “Kamu seharusnya minta maaf sama suamiku, bukan sama aku.”Mutya sungguh merasa kaget. Dia menunduk dan tidak berbicara sama sekali.Yusa menghela napas. “Pergilah.”Tatapan Mutya seketika tertuju pada diri Yusa. Yusa berkata, “Kamu memang sudah bersalah. Tapi apa pun ceritanya, aku itu seorang sutradara. Aku juga akan beri penjelasan kepada Tuan Muda Jules. Mengenai kamu, ke depannya aku tidak akan bekerja sama denganmu lagi.”Mutya berdiri dengan perlahan, lalu membungkukkan tubuhnya. “Terima kasih,
Ariel berjongkok di depan nakas untuk mencari pengering rambut. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu, dia mengambil jaket untuk membungkus tubuhnya, baru pergi membuka pintu. Dia mengira orang itu adalah Jessie. Namun, ketika Ariel melihat pria di depan pintu, dia pun terbengong. “Kenapa kamu ke sini?”Jodhiva mengangkat kelopak matanya untuk mengamati Ariel.Ariel menunduk. Dia spontan membungkus tubuhnya dengan erat. “Kamu lagi lihat apa? Nanti aku cungkil matamu.”Jodhiva pun tersenyum, kemudian memiringkan tubuhnya untuk memasuki kamar.Ariel sungguh merasa syok. Dia langsung tersadar dari bengongnya, lalu menghalangi langkah Jodhiva di depan rak sepatu. “Sebentar, kamu masih belum jawab pertanyaanku.”Jodhiva mengulurkan tangannya untuk memeluk Ariel. “Jadi, ngapain kamu ke Kota Jimbar?”Ariel tertegun sejenak, lalu menelan air liurnya. “Main.”Mungkin karena Jodhiva baru dari luar, ada sedikit embun dingin di luar jaketnya. Saat ini, Ariel yang tidak mengenakan apa-apa di dalam h
Jessie menekan bel pintu dua kali, tetapi masih tidak ada yang membalas. Dia berpikir, jangan-jangan Naomi sedang di luar. Kemudian, Jessie pun membalikkan tubuh untuk meninggalkan tempat.Saat ini, di balik pintu, Ariel hampir kehabisan napasnya. Dia pun menggigit bibir Jodhiva. Kening Jodhiva seketika berkerut. Dia menunduk untuk melihat orang di dalam pelukannya, kemudian baru melepaskan Ariel.Ariel menutup bibirnya dengan punggung tangan. Saking gusarnya, wajahnya kelihatan merona. “Jody, kamu memang berengsek!”Apa Jodhiva tidak takut akan dipergoki Jessie?Jodhiva tersenyum, lalu mengusap wajah Ariel. “Iya, aku memang berengsek. Apa kamu mau memukulku?”Ariel menyipitkan matanya. “Apa kamu minta dipukul?”Jodhiva mengiakan dengan perlahan. “Sedikit.”Ariel langsung menginjak kaki Jodhiva. Saat Jodhiva merintih kesakitan, Ariel langsung melepaskan tubuhnya dari pelukan Jodhiva. Dia melipat kedua tangan di depan dadanya. “Tuan Muda Jody, apa kamu mau bersikap semena-mena lagi?”Jo
Jessie menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Jurus Tobias memang cukup sadis. Bukannya memblokir kartu bank Ariel setara dengan tidak mengizinkannya diam-diam kembali ke Pulau Persia?“Jessie.” Terdengar suara Jodhiva dari belakang. Jessie refleks menoleh dan tersenyum. “Kak Jody?”Semua kru di lokasi syuting tahu Jessie memiliki abang kembar. Seandainya bukan karena Jessie memanggil nama Jodhiva, mereka semua pasti kebingungan untuk membedakan apakah pria ini Jodhiva atau Jerremy.Jodhiva datang dengan membawakan minuman hangat kepada kru. Mereka sungguh iri dengan Jessie yang memiliki abang sepengertian dan sangat ramah ini. Salah seorang kru yang memegang botol minuman berjalan maju mengucapkan rasa terima kasih. “Terima kasih, Tuan Muda Jody.”Jodhiva tersenyum. “Tidak usah sungkan. Kalian semua sudah menjaga adikku selama beberapa saat ini. Kalian semua juga sudah bekerja keras.”Aktris yang berada di samping saling berbisik, “Sepertinya Tuan Muda Jody cukup lembut, nggak sombon
Ariel berpikir sejenak, baru tiba-tiba bertanya, “Gimana caranya manja?”Jessie mengangkat tangannya, lalu menunjuk ke sisi Jodhiva seraya berkata, “Kamu tiru aku saja.”Ariel merasa bingung. Dia meniru gerak-gerik Jessie. “Kemudian?”Jessie mengaitkan jari tangannya. “Kak, kemari ….”Ariel menatap Jessie sembari mengaitkan jari tangannya. Suaranya malah menjadi kaku. “Jody, kemari?”Jessie tidak sanggup menahan tawanya lagi. Dia menggeleng. “Suaramu kecil sekali, nggak kedengaran sama sekali. Selain itu, kamu harus tersenyum dan suaramu mesti lebih manis. Kamu mesti menatapnya dengan lembut, bukan memelototinya.”“Apa kamu yakin begini caranya bermanja-manja?” Ariel manatap Jessie dengan penuh ragu.Jessie membual dengan raut serius. “Tentu saja … ini cuma salah satu dari banyak cara manja. Cara yang aku ajarkan juga yang paling gampang, seperti mengaitkan jarimu. Dia pasti akan meninggalkan cewek-cewek yang lagi mengerumuninya.”Ariel mengulurkan tangannya mencoba sekali lagi. Dia me
Si pria berjalan ke luar ruangan gimnasium dengan buru-buru. Ada banyak pria berpakaian hitam sedang berjaga di depan ruangan gimnasium, sedangkan seorang pria tua sedang mengangkat barbel di dalam ruangan. Pria yang sudah berumur 80-an tahun itu kelihatan sangat bugar dan kekar karena rutin berolahraga.Pria itu berjalan ke dalam ruangan gimnasium. “Aku sungguh tidak habis pikir!”Kening si pria tua berkerut. “Ada masalah apa?”Si pria menatap layar ponselnya. “Itu … kata Bos Jody … dia sudah ada cewek.”Pria tua mengangkat kepalanya. “Ada apa?”Pria muda itu mengeja dengan perlahan. “Ce-wek.”Si pria tua langsung menurunkan barbel, lalu mengambil handuk untuk menyeka keringat. Dia berdiri, lalu bertanya, “Bagaimana kamu bisa tahu?”Pria muda langsung mengarahkan layar ponsel ke hadapan si pria tua. “Coba kamu lihat sendiri, Jody ngomong sendiri.”Mata si pria tua menyipit. Dia mengesampingkan handuknya. “Dasar bocah sialan! Dia malah tidak beri tahu aku. Aku penasaran cewek seperti a
"Ugh ...."Claire Adhitama yang perlahan pulih kesadarannya merasakan sakit kepala yang menusuk. Tubuhnya terasa seperti digilas oleh mobil, ketidaknyamanan pada tubuhnya membuatnya mengernyit. Dia ingin mendorong tubuh yang menimpanya itu, tetapi tidak bertenaga sama sekali.Dalam kegelapan, dia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. Claire hanya mencium wangi parfum Gucci yang khas dari tubuh pria itu.Pria itu tidak bersuara sama sekali. Dia hanya mencumbu leher Claire dengan perlahan ....Pagi harinya.Claire tiba-tiba terbangun.Dia terkejut saat menyadari dirinya sedang berbaring di tempat tidur tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhnya. Di sampingnya, terbaring seorang pria asing yang membelakanginya.Wajah Claire pucat seketika. Adegan semalam makin jelas dalam benaknya. Ternyata semua itu bukan mimpi!Apa yang telah terjadi?Dia hanya ingat, malam sebelumnya adalah ulang tahunnya. Dia merayakannya bersama Kayla, kemudian setelah minum minuman yang diberikan oleh K