“Sekarang Jules masih hidup. Dia sudah sia-sia menangis selama beberapa hari ini.”Jerremy berdiri. “Kak, aku pergi ke perusahaan dulu.”Jodhiva menatapnya. “Bagaimana kabar Dacia?”Langkah kaki Jerremy berhenti. Raut wajahnya kelihatan datar. “Apa kamu perhatian dengannya?”Jodhiva tersenyum. “Bukannya wajar seorang abang memperhatikan adik iparnya?”Jerremy membalas kabar Dacia baik-baik saja, lalu meninggalkan vila.Di sisi lain, di sebuah paviliun di dekat danau yang hening, Steven sedang menggenggam pancingnya sembari menyesap teh. Terlihat juga banyak camilan yang dihidangkan di samping meja.Pengawal menjaga dari kejauhan. Tidak ada satu orang pun diizinkan untuk mendekat.Jessie sedang bertopang dagu dengan kedua tangannya. Dia sudah duduk diam selama setengah jam. Bahkan, tangannya masih belum menyentuh pancingnya. “Aku benar-benar nggak tahu apa serunya dari memancing ikan.”Steven tertawa. “Mungkin kamu masih tidak bisa merasakannya. Ketika berada di tengah pemandangan yang
Namun ketika kepikiran sesuatu, Jessie mencemberutkan bibirnya. “Kalau dia baik-baik saja, kenapa dia nggak menghubungiku? Kenapa dia masih belum kembali?”Jangan-jangan Jules tidak tahu bahwa Jessie sangat mencemaskannya? Jessie mengira dia tidak akan bertemu dengan Jules lagi.Jodhiva menghela napas. “Sebelum berhasil menyingkirkan Tom, apa mungkin dia bisa bersamamu dengan tenang? Jessie, pemikiran Jules sangat banyak. Dia tidak akan mempertaruhkan nyawanya. Dia ingin bersamamu, jadi dia mesti menyingkirkan semua ancaman. Kamu mesti percaya sama dia.”Jessie menunduk. Mana mungkin Jessie tidak mengetahui pemikiran Jules? Dia selalu ingin mengadang semua masalah sendiri. Jessie menyukainya juga bukan karena Jules adalah seorang suami yang sangat sempurna, melainkan karena orang itu adalah Jules.Steven melempar umpan ke dalam air. Permukaan air sedikit bergejolak. Dia berkata dengan perlahan, “Bocah itu cukup beruntung.”Jodhiva tersenyum tipis. “Aku juga merasa seperti itu. Dia bahk
Jules memalingkan kepalanya, lalu mengangguk secara perlahan. “Tuan Muda Ariel.”Ariel mengenakan pakaian berkuda dengan sepatu boots berwarna cokelat. Cambuk kuda berwarna merah di tangannya kelihatan mencolok mata di bawah pancaran sinar matahari. Perawakan Ariel agak kurus. Penampilannya agak berbeda dengan pria pada umumnya. Meski dia memiliki tinggi badan 1,7 meter, tetap saja dia tidak kelihatan perkasa.Ariel mengusap cambuk, lalu melihat ke sisi kerumunan. “Kalau kamu ingin latihan seni bela diri, aku bisa suruh mereka buat ajari kamu. Tapi dengan identitas istimewa Tuan Muda Jules, seharusnya kamu tidak sanggup untuk menerima latihan berat itu.”Jules pun tersenyum, lalu menggulung lengan pakaiannya ke atas. Dia berjalan menuruni tangga. “Berhubung Tuan Muda Ariel bersedia menyuruh orang untuk mengajariku, mana mungkin aku tidak mempelajarinya? Bukannya bagus jika bisa memiliki banyak kemampuan?”Ariel melipat kedua tangan sembari menyipitkan matanya. Ternyata Jules rajin juga
Ariel menyesap tehnya dengan perlahan. Tiba-tiba dia tertawa. “Sudahlah, hanya sebuah organisasi murahan saja. Kita hanya perlu mengamati gerak-gerik mereka dan Puzo saja, tidak perlu terlalu memedulikan wanita arogan itu.”Pengurus rumah menatap Ariel dengan tersenyum.Selama beberapa tahun ini, Ariel semakin mirip dengan Hublot sewaktu muda dulu. Dia tahu membedakan mana yang penting dan tidak, juga mulai memikul beban Keluarga Oswaldo. Tiba-tiba pengurus rumah kepikiran sesuatu. Dia diam-diam menghela napas. Seandainya identitas asli Ariel terbongkar, entah apa yang akan dialami Keluarga Oswaldo nantinya. Bagaimanapun, Tuan Muda Ariel bukanlah “Tuan Muda” yang dilihat orang-orang.…Di Kediaman Keluarga Fernando, ibu kota.Javier meletakkan dokumen, lalu mengangkat kelopak matanya untuk melihat Jodhiva. “Kamu juga ingin pergi ke Pulau Persia?”Jodhiva mengangguk. “Kebetulan Tante Izza juga ingin pergi ke Pulau Persia untuk mengunjungi Keluarga Oswaldo. Aku juga ingin mengenal orang
Javier menepuk keningnya. “Identitasmu terlalu mencolok mata.”Bukan hanya paras indah Jessie, sepertinya semua orang yang menonton televisi pasti tahu Jessie adalah seorang artis dan juga putrinya Keluarga Fernando.Jessie pun tersenyum. “Kalau begitu, aku bisa menyamar dan mengganti identitasku. Gampang, ‘kan? Aku itu artis yang pernah mendapat penghargaan, mana mungkin peran kecil seperti itu akan terasa sulit bagiku.”Lantaran tidak bisa menandingi sikap keras kepala Jessie, pada akhirnya Javier terpaksa menyetujuinya.Keesokan harinya, Izza dan Jodhiva sudah bersiap-siap. Pulau Persia tidak memiliki fasilitas bandara. Meskipun mereka memilih untuk naik pesawat, penerbangan hanya bisa mencapai kota pantai di negara tetangga, yang mana mereka harus melanjutkan perjalanan dengan kapal feri untuk mencapai tempat tujuan.Kapal feri berlabuh di pelabuhan. Izza menuruni kapal feri dan melihat Jodhiva yang sedang bersandar di depan mobil. “Tuan Muda Jody, 15 menit lagi kapal feri akan ber
Hublot mengangkat kelopak matanya. “Aku ingin menyerahkan kuasa Geng Markus kepadamu untuk sementara waktu.”Jules terbengong sejenak. Matanya kelihatan menyipit. “Geng Markus? Bukannya geng itu berada di bawah kelola Organisasi Imoana?”Hublot kembali mengangkat gelas tehnya. “Jujur saja, beberapa tahun belakangan ini, Organisasi Imoana telah memiliki pemikiran tersendiri. Aku tidak mengatakannya juga karena melihat hubungan kami sebelumnya. Hanya saja, berhubung mereka tidak ingin mengenang hubungan lama kami, aku berencana untuk menekan mereka.”Jules tersenyum. “Apa kamu memercayaiku?”Hublot menjawab, “Kalau kamu ingin menyingkirkan Tom, kamu mesti menaklukkan Organisasi Imoana terlebih dahulu. Pemimpin Organisasi Imoana diam-diam memiliki hubungan dengan Puzo. Aku mengetahui masalah itu, hanya saja aku tidak mengungkapkannya.”“Puzo juga memasukkan mata-matanya ke dalam Organisasi Imoana. Seandainya aku maju untuk memberi pelajaran kepada Organisasi Imoana, nantinya Puzo pun memi
Jessie bertopang dagu dengan satu tangannya. “Entah di mana Kak Jules sekarang.”Jodhiva menaruh lauk ke atas piring Jessie, lalu tersenyum padanya. “Kalau aku tidak salah tebak, seharusnya dia berada di area kekuasaan Keluarga Oswaldo. Jadi, kamu tidak usah terlalu mencemaskannya.”Baru saja Jessie hendak menyantap makanannya, terdengar suara gaduh di bawah restoran. Alhasil, perhatian semua orang tertuju pada kegaduhan itu.Sekelompok pria bertubuh kekar sedang berdiri di dalam restoran. Dari cara berpakaian mereka, sepertinya mereka berasal dari Yanno Timur. Mereka pasti datang dengan niat buruk.Pria yang menggebrak menunjuk manajer dan pelayan restoran. “Hari ini nona besar kami mau mereservasi tempat ini. Suruh mereka semua keluar sekarang.”Manajer tersenyum, lalu memaksakan diri untuk melangkah maju. “Tuan Sams, kalau kamu ingin makan di sini, seharusnya kamu melakukan reservasi satu hari sebelumnya. Sekarang para tamu lagi ….”Belum sempat si manajer menyelesaikan omongannya,
Raut wajah Sams langsung berubah galak. “Kamu ….”“Sams, bukannya aku sudah berpesan untuk jangan menghebohkan massa?”Saat ini, seorang wanita bertubuh pendek datang memotong ucapan Sams. Sams dan yang lain langsung mundur ke samping. “Nona Besar.”Sania mengangkat kepalanya, lalu berpapasan dengan tatapan Jodhiva. Kali ini, Sania merasa kaget. Dia tidak pernah bertemu dengan pria yang begitu tampan di Pulau Persia. Sebelumnya, dia merasa Ariel dari Keluarga Oswaldo sudah tergolong paling menonjol.Di dalam Pulau Persia, wajah Ariel boleh dikatakan sangat tampan. Semua wanita di pulau sangat mengagumi ketampanannya.Hanya saja, Ariel tergolong sangat licik dan tidak gampang untuk didekati. Setiap kalinya, dia pasti akan menentang Sania. Jika tidak, dia ingin sekali dijodohkan dengan Ariel. Hanya saja, sekarang Ariel sudah tidak penting lagi. Sebab, pria di hadapannya ini lebih disukai para wanita daripada si Ariel.Sania mengusap bibirnya sembari tersenyum. “Kalau Tuan masih nggak ing