Tiba-tiba terlintas sesuatu di benak Lidya. Terlintas senyuman licik di wajah pucat Lidya. “Tuan Muda Jerry, kamu memang kejam sekali. Aku rasa kamu yang ingin membunuh Clara, lalu mendorong tanggung jawab ke diriku?”Jerremy pun tersenyum. Tatapannya kelihatan datar. “Meski aku kejam, apa mungkin aku sekejam Nyonya Lidya?”Sekujur tubuh Lidya gemetar. Sepertinya dia telah meremehkan anggota Keluarga Fernando. Tadinya Lidya mengira Jules sudah tergolong sangat sadis. Siapa sangka, demi menjebloskannya ke penjara, Jerremy malah tega untuk membunuh Clara.Tiba-tiba Lidya kepikiran sesuatu, lalu tertawa. “Tapi … kalau kamu membunuh Clara, Dacia pasti akan membencimu seumur hidup. Hahaha.”Jawaban yang diberikan Jerremy sangat tidak berperasaan. “Biarkan saja jika dia membenciku. Hanya seorang wanita saja. Memangnya kenapa kalau dia membenciku?”Kali ini, Lidya tidak berbicara lagi.Jerremy menatapnya dengan tenang. “Kenapa? Apa kamu kasihan terhadap putrimu?”“Aku … kasihan sama dia?” Mal
Tom menyela, “Nyonya Lidya, apa kamu yakin Jules sudah meninggal?”Lidya membalas, “Aku … aku memang tidak melihat langsung jasadnya, tapi aku tidak bisa menghubungi Kenly. Ponselnya dalam keadaan nonaktif. Pasti telah terjadi sesuatu dengannya.”“Kenly sangat hebat, tapi dia bukanlah tandingannya Jules. Hmph, sepertinya dia sudah meremehkan Jules. Tapi, berhubung Kenly sudah mengorbankan nyawanya, Jules juga tidak boleh hidup lagi,” ujar Tom.Lidya bertanya, “Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?”“Kamu selidiki dulu apa benar Jules sudah meninggal. Nanti pada tanggal 25, aku akan mengutus anggotaku untuk menjemputmu di dermaga. Kamu akan diantar ke Pulau Persia. Tenang saja, aku akan menepati semua janjiku. Asalkan aku bisa mendapatkan dukungan dari Tuan Puzo di Pulau Persia, aku pun akan menjadi raja selanjutnya Negara Hyugana.”Percakapan mereka berakhir. Jerremy mencabut earphone-nya. Dia sungguh tidak menyangka ternyata Tom seambisius ini. Dia malah ingin menguasai kerajaan
Derrick meninggalkan Vila Amara. Suasana di dalam rumah kembali hening. Jessie duduk di sofa dalam waktu yang sangat lama. Dia meraba cincin di jari manisnya dengan tidak tenang. Dia bahkan takut mimpi buruk malam itu akan menjadi kenyataan.Tiba-tiba suara dering ponsel Jessie menghancurkan keheningan. Dia mengira dirinya mendapat panggilan dari Jules. Jessie mengeluarkan ponselnya dengan senang. Namun, ketika melihat nama “Hiro” di atas layar ponselnya, senyuman di wajah Jessie langsung menghilang.Jessie ragu sejenak. Pada akhirnya, dia pun mengangkatnya. “Kak Hiro?”Hiro sedang berdiri di depan jendela sembari melihat burung beo yang sedang bertengger di dalam sangkarnya. “Maaf, Jessie, aku tidak menyangka pertemuan kita akan mendatangkan kerepotan buat kamu. Tapi, aku akan mengklarifikasi masalah ini.”Jessie pun tersenyum. “Kalau begitu, mohon bantuan Kak Hiro.”Gerakan tangan Hiro berhenti. Dia menyipitkan matanya. Ternyata Jessie menunggu Hiro untuk mengklarifikasi masalah ini
Inilah tujuan Tom mengutus anggotanya untuk menjemput Lidya.Lidya hanyalah sebuah pion saja. Tentu saja hidup matinya Lidya tidak ada hubungannya dengan Tom. Dia hanya ingin memastikan Jules meninggal atau belum.Kening pengawal berkerut. “Tapi tim penyelamatan sudah mencari selama beberapa hari. Tuan Muda Jules masih saja tidak ditemukan. Apalagi malam itu telah hujan lebat. Ombak dan angin sangat besar. Bahkan, jasad Kenly juga ditemukan sekitar 16 kilometer dari lokasi jatuhnya. Sepertinya Tuan Muda Jules, dia ….”Belum sempat ucapan selesai dilontarkan, Jerremy spontan merasa kaget. Tatapannya tertuju ke sisi Jessie yang entah sejak kapan berada di sana.Jessie tertegun di tempat. Raut wajahnya kelihatan memucat. “Kak Jerry, apa yang lagi kalian katakan?”“Jessie!” Sebenarnya Jerremy tidak berencana untuk memberi tahu Jessie sebelum Jerremy memastikan masalah itu dulu. Lagi pula, Jerremy yakin Jules masih hidup. Namun, masalah ini malah kedengaran oleh Jessie.Jerremy melangkah ma
Claire menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha untuk menahan emosinya. “Jadi, masih belum ditemukan sampai sekarang?”Jerremy terdiam beberapa saat, baru menjawab, “Masih belum.”“Oke, aku akan jemput adikmu ke rumah. Mengenai Jules, dia itu adik iparmu. Tak peduli dia mati atau hidup, ataupun catat, aku harap kamu bisa menemukannya.” Usai berpesan, Claire mengakhiri panggilan.Izza sedang duduk di hadapan Clara. Dia juga telah mendengar percakapan Claire tadi. “Nyonya, apa telah terjadi sesuatu dengan Tuan Muda Jules?”Claire menekan-nekan keningnya. “Waktu itu aku curiga alasan kenapa Jules nggak ingin memublikasikan pernikahannya dengan Jessie. Siapa sangka ternyata dia menerima ancaman dari Tom. Jules selalu memikirkan keselamatan Jessie. Tapi kenapa dia malah mengambil risiko sebesar ini? Dia bahkan nggak menginginkan nyawanya lagi.”Mengenai hal ini, Jules sungguh mirip dengan Javier.Dengan adanya Jules di sisi Jessie, Claire memang merasa sangat tenang, tapi bagaimana jika bena
Bagaimanapun, kekuatan mafia Europia hanya pandai dalam memamerkan keahlian, saja mereka mengandalkan senjata, kekerasan, dan kekayaan untuk menaklukkan orang-orang. Meskipun banyak yang bergabung dengan mereka, kekuatan mereka tetap tidak bisa dibandingkan dengan Keluarga Oswaldo. Orang-orang di bawah kendali Keluarga Oswaldo adalah pria sejati berjiwa kesatria dan sangat menjunjung tinggi nilai moralitas. Bahkan jika mereka melanggar satu aturan saja, mereka pun akan diusir. Inilah alasan mengapa Owl ingin bersekutu dengan Hublot.... Sebuah kapal besar berlayar di lautan tak berujung. Seorang pria membawa makan malam masuk ke dalam kabin, Jules duduk di samping tempat tidur. Dia mengganti perbannya sendiri. Aroma obat-obatan dan darah tercium di dalam ruangan.“Tuan, kamu sudah siuman.” Si pria meletakkan makan malam di atas nakas. Dia berdiri di samping dengan hormat. “Kamu kehilangan kesadaran selama beberapa hari karena demam tinggi. Bagaimana kondisimu sekarang?”Jules menggig
“Sepertinya bukan.” Claire meletakkan sendok garpunya. “Kalau begitu, aku naik ke atas dulu buat lihat Jessie.”Saat ini, Jessie sedang memeluk kedua kakinya duduk di atas ranjang. Gorden jendela tidak ditutup. Lampu juga tidak dinyalakan. Tiba-tiba ada cahaya terang menyinari ruangan. Jessie merasa tidak nyaman spontan menyipitkan matanya. Matanya kelihatan sangat bengkak.Claire berjalan ke sisi ranjang. “Masih menangis?”Jessie mengucek-ngucek matanya sembari memalingkan wajahnya. “Aku nggak menangis.””Claire duduk di samping ranjang. Dia mengusap pipi Jessie. “Kamu mau nangis sampai kapan lagi? Jules masih belum mati, kamu malah berduka duluan.”Jessie memutar bola matanya. “Apa ada bedanya?”“Gimana nggak ada bedanya? Jelas-jelas Jules masih nggak diketahui keberadaannya. Dia masih menghilang. Bahkan, hidup matinya juga masih belum diketahui. Bukannya semestinya kamu memeluk harapan?”Tatapan Jessie menjadi muram. “Semakin besar harapan, semakin besar juga rasa kecewa yang akan k
Si pria sedang membaca koran sembari menyesap tehnya.Pelayan berjalan ke sisi pria tersebut, lalu membungkukkan tubuhnya untuk melaporkan, “Tuan Hublot, Tuan Muda sudah tiba.”Si pria mengiakan, lalu kembali menyesap tehnya. Saat ini, pria berwajah cantik sedang berjalan memasuki pekarangan dengan mengangkat-angkat alisnya. “Pak Tua, apa kamu merindukanku?”Pria tersebut menutup cangkir tehnya. Keningnya tampak berkerut. “Setelah pulang melalak, kamu bahkan lupa cara memanggil ayahmu?”Pandangan Hublot seketika tertuju pada Jules yang berdiri di belakang si pemuda. Dia terbengong sejenak, lalu mengambil koran untuk memastikan sekali lagi. Hublot pun langsung berdiri. “Hei, bocah tengik, aku suruh kamu untuk berbisnis di luar sana. Kenapa kamu malah bawa orang yang tidak berhubungan ke rumah? Apa kamu ingin mendatangkan masalah lagi buat aku?”Jules menyipitkan matanya dan tidak berbicara.Pemuda itu berjalan ke belakang Hublot dengan santainya. Dia menekan-nekan pundak Hublot, lalu b