Jessie tersenyum. “Kak Jody, apa kamu akan beri izin?”Jodhiva menatap pakaian berenang di atas ranjang, lalu menunjuk. “Pakai baju renang ini saja. Yang itu tidak cocok sama kamu.”Jessie tertegun sejenak. Dia merasa sangat canggung saat ini. Ternyata dia telah dipergoki!Keesokan harinya, Dacia sedang menunggu Jessie di halaman. Jessie menyeret kopernya keluar rumah. Hari ini Dacia mengenakan terusan panjang bercorak bunga-bunga dengan sandal dan topi lebar. Dia kelihatan sangat santai saat ini.Dacia bertanya, “Apa kamu sudah selesai pilih baju renangmu?”Jessie menoleh melirik ke sisi rumah sekilas, lalu berbisik di telinga Dacia, “Kak Jody nggak izinin aku bawa bikini. Tapi aku diam-diam sudah mengambilnya.”Dacia tak tahan kuasa untuk tersenyum. “Dasar kamu ini! Apa kamu berencana untuk menggoda Jules?”“Bukan!” jawab Jessie dengan terang-terangan. “Nanti pasti ada banyak wanita cantik di pantai. Aku nggak boleh kalah sama mereka!”“Sudahlah!” Dacia dapat membaca pikiran Jessie.
Mata Jessie bagai telah berakar di tubuh Jules saja. Entah bagaimana Jules bisa melakukannya, bahkan gerakan Jules mengeringkan rambutnya juga terasa sangat amat menggoda.Saat kedua pasang mata saling bertemu, Jessie merasa syok spontan berjongkok untuk bersembunyi. Hatinya seketika terasa semakin panik lagi. Seandainya dipergoki oleh Jules, bukannya Jessie akan dianggap sebagai penguntit?Saat Jessie baru ingin diam-diam merangkak kembali ke kamar. Terdengar suara tirai jendela sebelah terbuka. Kemudian, muncul seseorang di depan balkon. “Jessie.”Punggung Jessie terasa kaku. Dia merasa sangat canggung, ingin sekali melarikan diri. Namun, dia hanya bisa berdiri, lalu menepuk-nepuk jubah mandinya, berlagak melihat ke sisi lain. “Pemandangan malam kota ini bagus juga.”“Memang bagus.” Jules bertanya, “Apa kamu lagi melihat pemandangan malam?”Jessie tertegun sejenak. Dia segera menghindari pandangan Jules. “Tentu saja aku lagi melihat pemandangan malam.”Jules mengiakan. “Pemandanganny
Jessie tidak suka mendengar ucapan itu. Padahal Jessie menganggap Jules sebagai kekasihnya, Jules malah menganggap Jessie sebagai putrinya?Dacia melirik sekilas ekspresi murung di wajah Jessie, lalu berkata dengan tersenyum, “Bukannya kita mau pergi berenang? Kita bisa berenang setelah sarapan.”Ketika mengungkit masalah berenang, Jessie kelihatan sangat bersemangat.Di pantai pasir yang luas ini, dapat dilihat para wanita berambut pirang yang sedang mengenakan bikini. Semuanya kelihatan seksi dan montok. Jessie membungkus tubuhnya dengan handuk sembari berjalan keluar kamar ganti. Dia yang tadinya percaya diri itu pun langsung merasa minder ketika melihat lekuk tubuh orang barat itu.“Jessie, kenapa kamu masih berdiri di sini?”Dacia sudah selesai mengganti pakaiannya dan menguncir tinggi rambutnya.Jessie menatap sosok Dacia, lalu tampak dia mengenakan pakaian renang model one-piece, terbuka di bagian punggung. Jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, cara berpakaian Dacia boleh d
Jessie berjalan ke sisi pantai sembari mengamati sekeliling. Dalam sekilas mata, dia dapat menemukan sosok Dacia.Dacia sedang bermain papan selancar di atas terjangan ombak. Gerakannya kelihatan sangat lincah. Lantaran terlalu hebat, para pria yang sedang berselancar juga mengajaknya untuk mengobrol. Dia benar-benar tidak kelihatan seperti seorang pemula.Jessie pun terkejut ketika melihatnya. Dia sungguh tidak tahu bahwa Dacia mahir dalam berselancar. Keren sekali!Ombak besar kembali menerjang. Beberapa pria yang sedang memandangi Dacia pun terseret arus.Tiba-tiba, sebuah sosok muncul dari balik ombak. Orang itu mengenakan busana selancar dan juga kacamata selam. Dia berhasil menghindari ombak yang menerjang dengan sempurna.Dacia memandang ke arah orang itu. Dia merasa agak familier dengan sosok itu. Baru saja Dacia melamun sejenak, dia malah diseret oleh arus ombak.“Dacia!” teriak Jessie dengan kaget.Dacia tidak sempat menghindar, alhasil dia pun terseret ke dalam ombak. Dacia
Jules mengusap kepala Jessie. “Itu masalah mereka. Kita cukup menyaksikan pertunjukan saja.”Jessie membalas dengan suara kecil, “Tumben nggak ikut campur?”Jules pun tertawa. Dacia dan Jerremy benar-benar pergi berselancar. Pertandingan kedua orang akan berlangsung sangat lama. Siapa yang tidak terseret ombak, dialah pemenangnya.Awal mula pertandingan, kedua orang berhasil menghindari ombak dengan teknik berselancar masing-masing. Para penonton semakin banyak saja. Saat ini, hanya ada Dacia dan Jerremy saja yang sedang berselancar. Seolah-olah mereka berdua adalah pemilik dari pantai ini saja.Jessie sungguh merasa deg-degan. Di satu sisi adalah kakak kandungnya sendiri. Di sisi lain adalah teman baiknya. Jessie sungguh bingung harus berpihak terhadap siapa.Ombak semakin besar saja. Risiko untuk terseret arus otomatis semakin tinggi.Baru saja Dacia hendak mengubah posenya, tiba-tiba betisnya kram. Pada saat ini, ombak datang menerjang, lalu menyapu Dacia ke dalam ombak.Jessie me
Jerremy dan Jules langsung melihat ke sisi Jessie. “Siapa yang kekanak-kanakan?”Mereka berdua malah kelihatan sangat kompak sekarang.Jessie pun terdiam membisu.Di sisi lain, Dacia menuruni tangga, lalu pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa botol bir dan juga camilan. Saat hendak membayar, terdengar suara orang sedang telepon.“Tenang saja, Tuan Muda Jules dan Nona Muda Jessie lagi liburan di resor ini. Aku sudah mencari tahu alamat penginapan mereka.”“Aku berencana untuk turun tangan dalam beberapa hari ini. Aku pasti tidak akan membiarkan mereka pulang dalam keadaan bernyawa.”Dacia spontan tertegun di tempat. Dia membalikkan kepalanya dengan perlahan. Pria yang berdiri di luar swalayan tampak sedang merokok. Ada dua orang berdiri di sisinya. Salah satu di antaranya memiliki tato di bagian lengan. Sepertinya mereka berdua bukanlah orang yang gampang untuk dihadapi.Target mereka adalah Jessie dan abang sepupunya?Saat Dacia sedang terbengong, tiba-tiba pelayan toko ber
Dacia langsung berlari maju, lalu memeluk Jerremy dari belakang. “Sayangku, dengarkan penjelasanku!” Suara Dacia sangatlah keras.Jerremy pun tertegun di tempat. Dia melirik pandangan pejalan kaki sekitar, lalu segera melepaskan Dacia. “Apa kamu gila?”Dacia tidak berhasil berdiri dengan tegak. Dia pun terjatuh ke lantai. Telapak tangan menggesek ke sisi lantai. Dia merasa kesakitan hingga mengerutkan keningnya. Hanya saja, Dacia ingin memperbesar masalah ini. Jadi, dia juga tidak memedulikan lukanya. “Aku nggak selingkuh di belakang kamu. Kamu mesti percaya sama aku. Dia ….”Dacia menunjuk ke sisi pria itu.Baru saja si pria hendak mengatakan sesuatu, dua orang pria di belakang langsung berbisik kepadanya. Sepertinya mereka membujuk temannya untuk segera meninggalkan tempat, jangan memperbesar masalah, nantinya malah akan merusak misi utama mereka.Si pria meludah, lalu mengikuti langkah kedua temannya untuk pergi.Pejalan kaki juga mulai membubarkan diri. Saat Dacia hendak memungut p
Si ketua geng yang merokok itu mengamati kamar di seberang sana. Lampu di dalam kamar tidak dalam keadaan menyala. Sepertinya tidak ada orang di dalam kamar.Si pria mematikan puntung rokok. “Kamu awasi lantai ini. Setelah mereka kembali, ingat tangkap wanita itu dulu.”Setelah langkah kaki mereka kedengaran menjauh, keringat dingin sudah membasahi pakaian Dacia. Ketika menyadari tangan Jerremy masih menutup mulutnya, Dacia pun mendorongnya dengan perlahan.Jerremy tersadar dari bengongnya, langsung menurunkan tangannya.Dacia bersandar di belakang pintu sembari tersenyum tipis. “Sekarang kamu sudah percaya, ‘kan?”Jerremy tidak berbicara. Tatapannya tertuju pada telapak tangan Dacia yang terluka. Dia langsung menggenggam pergelangan tangan Dacia.Tiba-tiba Dacia menurunkan tangannya. “Kamu lagi ngapain?”Jerremy menatapnya. “Aktingmu cuma begini saja?”Dacia pun tersenyum. “Bukannya tadi kamu bilang aku lagi sandiwara? Aku bahkan sudah mengelabui kakakmu. Sekarang kamu malah bilang ak
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me