Jerremy melihat kantong kopi yang direndam di dalam cangkir. Dia pun menyipitkan matanya. “Aku tidak minum kopi instan.”“Kalau begitu, maaf ya. Di rumah hanya ada yang instan.” Dacia tersenyum dengan geram.Setelah pengasuh yang sedang mengantar buah mendengar, dia pun merasa bingung. “Nona, ada biji kopi di dalam lemari dapur. Aku baru saja membelinya.”Dacia terdiam membisu.Jerremy spontan tersenyum. “Nona Dacia, apa begini cara kamu menjamu tamu?”Pengasuh mengira Jerremy sedang marah. Dia pun menenangkan Jerremy. “Tuan, semua bukan salah Nona. Aku tidak sempat beri tahu Nona kalau aku baru beli biji kopi. Gimana kalau aku buatkan yang baru untuk Tuan?”Jerremy memperlakukannya dengan sungkan. “Tidak usah repot-repot. Kamu pergi sibuk sana.”Pengasuh hanya bisa mengangguk, lalu meninggalkan tempat.Jerremy memakan buahnya, kemudian menatap Dacia yang masih berdiri di ujung. “Berhubung pengasuhmu cukup sopan, aku tidak perhitungan lagi sama kamu.”“Baiklah, pergi setelah selesai ma
Akhirnya berita Keluarga Jalma tidak hangat diperbincangkan lagi.Masalah penculikan Jules juga sudah diklarifikasi setelah kemunculan Jules. Semua media sungguh tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya Jules lakukan di Negara Biwana.Saat ini, Raja Willie sedang menunggu Jules di Istana Luama. Jules memasuki ruang baca. Tampak Willie sedang menulis sesuatu di atas kertasnya. “Apa kamu ikut campur dalam masalah Keluarga Jalma?”Sebenarnya Willie sudah bisa menduganya. Masalah hilangnya Jules di Negara Biwana hanyalah tipuan belaka.Jules berjalan ke depan meja, lalu membalas, “Aku tidak begitu ikut campur. Aku hanya beri kesempatan kepada Pak Raymond saja.”Willie mengangkat kepala untuk menatapnya. “Semua yang kamu lakukan di luar dugaanku.”Jules pun tersenyum. “Apa Kakek sedang memujiku?”“Sebenarnya aku cukup khawatir kamu tidak bisa menghadapi masalah itu sendiri. Tapi sepertinya kekhawatiranku sudah berlebihan.” Willie menurunkan penanya, lalu melanjutkan, “Sekarang aku bisa me
Setelah Charles ditembak mati, Sarah pun menghilang dari pandangan publik. Jadi, selama harta itu ada di tangan Sarah, mereka pun akan selalu mengincarnya.Derrick merasa kaget. “Bagaimana mereka bisa tahu kamu tahu keberadaan Nona Sarah?”Jules mengangkat kepalanya. Raut wajahnya kelihatan tenang. “Siapa tahu? Bisa jadi, semuanya adalah jebakan?”Di luar sebuah kafe, tampak satu batang pohon yang mulai layu. Di posisi dekat jendela, seorang wanita berkacamata hitam duduk di tempat. Dia melepaskan kacamatanya, lalu menatap pria di hadapannya. “Kamu bilang kamu bisa membantuku. Siapa kamu?”Si pria tersenyum lebar. “Nona Hillary tidak perlu tahu siapa aku. Kamu hanya perlu tahu aku bisa membantumu.”Hillary tersenyum sinis. “Atas dasar apa aku mesti percaya sama kamu?”“Atas dasar kamu punya dendam dengan Jules.”Kali ini, Hillary tertegun sejenak. Tangan yang diletakkan di bawah meja spontan dikepal erat. Dia mulai meningkatkan kewaspadaannya. “Kalau kamu punya dendam sama dia, itu mas
Jules menempelkan bibirnya di atas kening Jessie. “Besok aku tidak bekerja, aku bisa menemanimu ke sana.”Bulu mata Jessie bergetar. “Serius?”Jules tertawa. “Sejak kapan aku berbohong? Aku juga punya hari libur.”“Kalau begitu, sepakat, ya.” Jessie kelihatan sangat menantikannya.Tiba-tiba Jessie kepikiran sesuatu. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Dacia. “Aku sekalian ajak Dacia. Dia pasti juga bosan.”Jules terdiam membisu. Dia menarik Jessie ke dalam pelukannya, lalu menciumnya. “Aku kira kamu hanya ingin bersamaku ….”Jessie hampir kehabisan napasnya. Setelah mereka berdua berpisah, dia menarik napas dalam-dalam, lalu bergumam di dalam pelukan Jules, “Apa kamu bahkan cemburuan sama Dacia?”Jules tersenyum. “Kamu selalu melupakanku ketika bersama sahabatmu.”“Nggak bakalan.” Jessie memeluk leher Jules. “Aku menginginkan sahabat dan suamiku!”Jules tertegun sejenak, lalu menyipitkan matanya untuk menatap Jessie. “Apa katamu?Kali ini, Jessie baru merespons. Wajahnya teras
Jessie tersenyum. “Kak Jody, apa kamu akan beri izin?”Jodhiva menatap pakaian berenang di atas ranjang, lalu menunjuk. “Pakai baju renang ini saja. Yang itu tidak cocok sama kamu.”Jessie tertegun sejenak. Dia merasa sangat canggung saat ini. Ternyata dia telah dipergoki!Keesokan harinya, Dacia sedang menunggu Jessie di halaman. Jessie menyeret kopernya keluar rumah. Hari ini Dacia mengenakan terusan panjang bercorak bunga-bunga dengan sandal dan topi lebar. Dia kelihatan sangat santai saat ini.Dacia bertanya, “Apa kamu sudah selesai pilih baju renangmu?”Jessie menoleh melirik ke sisi rumah sekilas, lalu berbisik di telinga Dacia, “Kak Jody nggak izinin aku bawa bikini. Tapi aku diam-diam sudah mengambilnya.”Dacia tak tahan kuasa untuk tersenyum. “Dasar kamu ini! Apa kamu berencana untuk menggoda Jules?”“Bukan!” jawab Jessie dengan terang-terangan. “Nanti pasti ada banyak wanita cantik di pantai. Aku nggak boleh kalah sama mereka!”“Sudahlah!” Dacia dapat membaca pikiran Jessie.
Mata Jessie bagai telah berakar di tubuh Jules saja. Entah bagaimana Jules bisa melakukannya, bahkan gerakan Jules mengeringkan rambutnya juga terasa sangat amat menggoda.Saat kedua pasang mata saling bertemu, Jessie merasa syok spontan berjongkok untuk bersembunyi. Hatinya seketika terasa semakin panik lagi. Seandainya dipergoki oleh Jules, bukannya Jessie akan dianggap sebagai penguntit?Saat Jessie baru ingin diam-diam merangkak kembali ke kamar. Terdengar suara tirai jendela sebelah terbuka. Kemudian, muncul seseorang di depan balkon. “Jessie.”Punggung Jessie terasa kaku. Dia merasa sangat canggung, ingin sekali melarikan diri. Namun, dia hanya bisa berdiri, lalu menepuk-nepuk jubah mandinya, berlagak melihat ke sisi lain. “Pemandangan malam kota ini bagus juga.”“Memang bagus.” Jules bertanya, “Apa kamu lagi melihat pemandangan malam?”Jessie tertegun sejenak. Dia segera menghindari pandangan Jules. “Tentu saja aku lagi melihat pemandangan malam.”Jules mengiakan. “Pemandanganny
Jessie tidak suka mendengar ucapan itu. Padahal Jessie menganggap Jules sebagai kekasihnya, Jules malah menganggap Jessie sebagai putrinya?Dacia melirik sekilas ekspresi murung di wajah Jessie, lalu berkata dengan tersenyum, “Bukannya kita mau pergi berenang? Kita bisa berenang setelah sarapan.”Ketika mengungkit masalah berenang, Jessie kelihatan sangat bersemangat.Di pantai pasir yang luas ini, dapat dilihat para wanita berambut pirang yang sedang mengenakan bikini. Semuanya kelihatan seksi dan montok. Jessie membungkus tubuhnya dengan handuk sembari berjalan keluar kamar ganti. Dia yang tadinya percaya diri itu pun langsung merasa minder ketika melihat lekuk tubuh orang barat itu.“Jessie, kenapa kamu masih berdiri di sini?”Dacia sudah selesai mengganti pakaiannya dan menguncir tinggi rambutnya.Jessie menatap sosok Dacia, lalu tampak dia mengenakan pakaian renang model one-piece, terbuka di bagian punggung. Jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, cara berpakaian Dacia boleh d
Jessie berjalan ke sisi pantai sembari mengamati sekeliling. Dalam sekilas mata, dia dapat menemukan sosok Dacia.Dacia sedang bermain papan selancar di atas terjangan ombak. Gerakannya kelihatan sangat lincah. Lantaran terlalu hebat, para pria yang sedang berselancar juga mengajaknya untuk mengobrol. Dia benar-benar tidak kelihatan seperti seorang pemula.Jessie pun terkejut ketika melihatnya. Dia sungguh tidak tahu bahwa Dacia mahir dalam berselancar. Keren sekali!Ombak besar kembali menerjang. Beberapa pria yang sedang memandangi Dacia pun terseret arus.Tiba-tiba, sebuah sosok muncul dari balik ombak. Orang itu mengenakan busana selancar dan juga kacamata selam. Dia berhasil menghindari ombak yang menerjang dengan sempurna.Dacia memandang ke arah orang itu. Dia merasa agak familier dengan sosok itu. Baru saja Dacia melamun sejenak, dia malah diseret oleh arus ombak.“Dacia!” teriak Jessie dengan kaget.Dacia tidak sempat menghindar, alhasil dia pun terseret ke dalam ombak. Dacia