“Tentu saja aku nggak bakal masukin ke hati. Aku bahkan akan bantu kamu untuk cari kalungmu.”Hillary merasa ada yang aneh dengan ucapan Jessie. Dia melihat Jessie menatap ke dalam kerumunan. Saat pelayan yang sedang menyaksikan kericuhan berpapasan dengan kedua mata Jessie, dia spontan menunduk hendak meninggalkan tempat.Jessie menunjuk ke sisinya, lalu memanggul sekuriti, “Tahan dia.”Semua orang berdiri di tempat. Jadi, gerak-gerik pelayan yang hendak meninggalkan tempat dengan tiba-tiba sangat kentara. Sekuriti pun berhasil menahan si pelayan dengan cepat.Raut wajah Hillary seketika memucat. Dia bersuara, “Sebentar!”Tatapan semua orang kembali tertuju pada dirinya. Hillary berusaha untuk menahan rasa paniknya, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku sudah salah paham sama Jessie. Aku minta maaf. Kalau pelayan itu juga cukup mencurigakan, biarkan aku bawa dia untuk melakukan pemeriksaan, nggak usah repotin Jessie lagi.”Jessie melipat kedua tangan di depan dada. “Aku hanya asal tunju
Jessie melihat ke sisi Hillary dengan tersenyum. “Hillary, aku percaya pihak kepolisian pasti akan berhasil menyelidiki masalah ini. Kamu cukup menunggu dengan sabar saja.”Hillary menggertakkan giginya dengan geram. Jessie pasti sengaja!Kemudian, orang-orang membubarkan diri.Setelah kembali ke dalam mobil, Silvia masih saja merasa gusar. “Hillary memang kurang ajar. Padahal dia tidak punya bukti apa-apa, dia malah mencurigaimu. Untung saja, aku percaya sama ….”Belum sempat Silvia menyelesaikan omongannya, Jessie pun mengeluarkan sebuah kalung dari saku roknya.Silvia pun tertegun di tempat.Jessie menceritakan dengan jujur, “Tante, aku memang menemukan kalung ini di dalam tasku.”Kemudian, Jessie menceritakan kronologis masalah kepada Silvia. Setelah Silvia mendengarnya, raut wajahnya semakin muram lagi. “Ternyata dia ingin fitnah kamu. Pantas saja dia melarangmu untuk memeriksa pelayan itu. Hmph, dia memang jahat sekali.”Tiba-tiba Silvia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Sayang,
Jules kelihatan sangat tenang. Beberapa saat kemudian, dia meletakkan dokumennya. “Rencananya tidak berhasil kali ini. Dia tidak akan menyerah begitu saja.”Derrick membalas, “Tapi Bu Silvia sudah memerintah pihak kepolisian untuk melarang Nona Hillary bertemu dengan pelayan itu.”Jules mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu tersenyum. “Kalau dia mendapat izin dari Raja, situasi akan berbeda.”Kali ini, Derrick tidak berbicara lagi.Di Istana Luama.Hillary sedang menghadap Raja. Dia memberi tahu masalah yang dialaminya sewaktu di acara pesta. Willie sedang membaca dokumen di depan mejanya. Setelah mendengar cerita itu, keningnya seketika berkerut. “Berhubung polisi sudah turun tangan, apa lagi yang kamu khawatirkan?”Hillary menggigit bibir bawahnya sembari berkata, “Aku hanya ingin tahu progres pemeriksaannya saja. Tapi, Bu Silvia malah menghalangiku.”Willie mengangkat kepalanya. “Silvia menghalangimu?”Hillary bersikap serbasalah. “Aku juga nggak tahu kenapa Bu Silvia menghalan
Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Jules. Dia masih bersikap tenang seperti biasanya. “Kamu cukup percaya diri.”Hillary tersenyum, lalu mendekatinya. “Tentu saja aku percaya diri. Jules, selain latar belakang keluarga yang dimiliki Jessie, dia nggak bisa bantuin kamu apa-apa. Berbeda sama aku, aku bisa melakukan apa pun demi kamu. Suatu hari nanti, kamu akan menyadari keunggulanku.”Saat Hillary hendak memeluk Jules, Jules langsung menepisnya. Alhasil, Hillary pun jatuh ke lantai. Dia mengangkat kepalanya dengan syok, kemudian berpapasan dengan tatapan dingin Jules. Bulu kuduknya spontan merinding.Jules menunduk untuk menatapnya. “Kamu kira setelah kamu menjadi cucu angkat kakekku, kamu diperbolehkan untuk menyentuh batas kesabaranku?”Hillary menggertakkan giginya. “Batas kesabaranmu? Maksudmu Jessie?”Jules membungkukkan tubuhnya, lalu mencubit dagu Hillary. Dia berbicara dengan tersenyum sinis, “Sepertinya peringatan tidak berguna bagimu. Aku mesti ganti cara lain.”Sekujur
Jules melihat ke luar jendela. Tatapannya tertuju pada vila yang ditempati Jessie. Dia sengaja merahasiakan masalah dirinya ke Negara Biwana karena tidak ingin Jessie mengkhawatirkannya. “Semua masalah memang berisiko.”Derrick membalas, “Tapi Tuan Muda tidak perlu mengambil risiko itu. Nona Hillary telah menyinggung Nona Jessie. Keluarga Fernando pasti akan turun tangan.”Kali ini, Jules tersenyum. Tatapannya kelihatan tajam. “Aku memang tidak bisa dibandingkan dengan Tuan Javier. Tapi, aku juga tidak berencana untuk mengandalkan Keluarga Fernando. Aku bisa mengatasinya sendiri.”Dua hari kemudian, di akademi.Jessie dan Dacia sedang duduk di dalam kafe. Dacia sungguh kaget setelah mendengar masalah Jules dinas ke luar negeri. “Kenapa dia tiba-tiba ke luar negeri?”Jessie mengangkat-angkat pundaknya. “Bukannya semua pebisnis selalu dinas ke mana-mana? Orang tuaku juga seperti itu.”Dacia mendekati Jessie. Tiba-tiba ekspresinya kelihatan sangat serius. “Aku tanya satu pertanyaan sama k
Dacia yang sedang minum sup itu tersedak setelah mendengar omongan Jessie. “Biasanya aku juga nggak makan banyak.”“Kamu kurus banget. Kamu makan yang banyak.”“Berat badanku 55 kilogram. Kamu yang baru 45 kilogram malah bilang aku kurus?”Jessie tidak tahu bagaimana membalasnya. Dacia memiliki tinggi badan 1,7 meter. Berat badan 55 kilogram adalah berat badan ideal. Sementara, tinggi badan Jessie hanya 1,65 meter saja. Berhubung dia sangat peduli dengan penampilannya, dia pun tidak mengizinkan berat badannya melampaui 50 kilogram.Jodhiva mengangkat kepalanya menatap ke sisi Jessie. “Emm, kamu sudah kurusan.” Kemudian, Jodhiva meletakkan steak yang sudah selesai dipotongnya ke atas piring Jessie. “Kamu mesti naikin sampai 50 kilogram. Dengan begitu, kamu baru akan kelihatan lebih sehat.”Jessie menunjukkan ekspresi getirnya. “Kalau aku naik sampai 50 kilogram, itu namanya aku sudah gendut.”Raut wajah Jodhiva tidak berubah sama sekali. “Bukannya Dacia juga tidak gendut?”Jessie terdia
Jodhiva mengangguk. “Memaksa Jules untuk menikahimu termasuk caramu menghormati orang lain. Emm, cukup hormat juga.”Terlintas rasa gusar di dalam tatapan Hillary. “Itu masalah aku dengan Jules.”“Selama Jules masih pacaran dengan adikku, kamu tidak diperbolehkan untuk bersamanya. Aku tidak bisa menerima sedikit pun kotoran di dalam pandanganku. Apa kamu mengerti?”Jodhiva tidak berbicara keterlaluan, bahkan tidak meluapkan emosinya. Namun, setiap ucapannya itu cukup menusuk hati.Hillary mengepal erat kedua tangannya. Raut wajahnya kelihatan sangat muram. “Kalian lagi di Negara Hyugana, bukan lagi di Negara Makronesia. Meski Keluarga Fernando cukup berkuasa, kalian juga nggak boleh beronar di negara orang lain.”Tatapan Jodhiva tertuju pada dirinya. Dia menyipitkan matanya. “Kamu juga berasal dari Negara Biwana. Dari mana kamu punya keberanian untuk berbicara seperti ini?”Kali ini, Hillary tersenyum dingin. “Aku berbeda dengan kalian. Kedudukanku di keluarga kerajaan cukup agung. Aku
Tiba-tiba Jodhiva menyuruh sopir untuk menghentikan mobilnya. “Aku dan Jessie pulangnya naik taksi saja. Kamu pergi ikuti Dacia. Kamu mesti melihatnya sampai ke rumah dengan selamat.”Sopir mengangguk.Mereka berdua menuruni mobil. Jessie memalingkan kepala melihat ke sisi Jodhiva. “Kak, kamu memang baik sekali, ya.”Jodhiva mengusap kepala adiknya. “Kakak melakukannya karena Kakak tahu kamu sangat peduli dengan temanmu ini.”Jessie merangkul lengan Jodhiva, lalu menyandarkan kepala di atas pundaknya sembari tersenyum. “Kak Jody memang paling memahamiku.”Malam harinya, di Kediaman Keluarga Tanzil.Silvia sedang berada di dalam kamar. Dia tak berhenti menghubungi Jules, tetapi panggilan Jules tidak bisa terhubung.Hengky baru saja keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. “Ada apa?”Silvia membalikkan tubuhnya. Dia kelihatan cemas. “Hengky, kata Derrick, Jules lagi dinas. Tadi aku coba telepon Jules, tapi panggilannya tidak bisa terhubung.”Hengky pun te