Silvia menjawab dengan tersenyum, “Sepertinya dia masih tidur. Mungkin karena ada kamu di rumah, makanya dia bisa tidur dengan nyenyak.”Jessie merasa kaget. “Memangnya biasa dia nggak tidur sampai sesiang ini?”“Anak itu selalu bangun pagi.” Silvia menopang kepalanya sembari menghela napas. “Orang tua yang lain selalu berharap anaknya bisa hidup disiplin, tapi si Jules terlalu disiplin dan terlalu keras terhadap dirinya sendiri. Terkadang Tante sangat mencemaskannya.”Jessie meminum susu. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini.Jules tidur hingga jam sembilan. Saat menuruni tangga, dia pun bertanya pada Kimin, “Di mana Ibu dan Jessie?”Kimin menjawab, “Mereka lagi di atas.”Jules menyipitkan matanya. Tiba-tiba terdengar suara Silvia dari lantai atas. “Apa kataku, seleraku tidak akan salah. Terusan ini memang cocok sekali sama Jessie.”“Pelayan, apa pakaian ini terlalu formal ….” Jessie mengangkat rok terusannya sembari mengangkat kepalanya. Kebetulan dia berpapasan dengan tatapa
Topik tentang Hillary sangatlah banyak. Kabar dia diangkat menjadi “cucu angkat” Raja Willie saja sudah cukup gempar. Apalagi sebelumnya juga tersebar kabar Hillary telah merusak hubungan Jules dengan Jessie. Jadi, apa mungkin keberadaan dua tokoh itu tidak menghebohkan orang-orang di sekitar?Sepertinya Hillary tidak menyangka Jessie akan mengikuti Silvia menghadiri acara lelang. Meskipun Hillary merasa kesal, dia juga hanya bisa memendam perasaannya saja.Hillary tersenyum, lalu berjalan ke hadapan mereka. “Bu Silvia, aku sungguh gembira bisa bertemu dengan kamu di sini. Waktu itu, aku nggak sempat ngobrol sama kamu. Jadinya, kamu malah salah paham sama ….”Silvia memotong pembicaraannya, “Kamu kira kamu ada kesempatan sekarang?”Hillary tertegun sejenak.Silvia tidak memberinya muka sama sekali. “Apa kamu tidak mengerti? Kamu tidak usah menyanjungku, apalagi mengatakan ucapan untuk membuatku memahamimu. Aku tidak dekat sama kamu, aku juga tidak perlu memahamimu.”Hillary yang diperm
Maksud ucapan Hillary tak lain adalah Jules bisa memilih Jessie juga karena melihat latar belakang keluarganya. Awalnya Hillary mengira ucapan itu bisa memancing emosi Jessie. Siapa sangka, Jessie malah tertawa. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat Hillary. “Apa kamu berasal dari keluarga polisi?”Hillary merasa bingung. “Apa maksudmu?”Jessie membalas, “Kalau kamu bukan berasal dari keluarga polisi, kenapa kamu banyak ikut campur?”Hillary sungguh kaget.Jessie melanjutkan, “Memangnya kenapa kalau aku mengandalkan latar belakang keluargaku, aku juga senang untuk mengandalkannya. Apa aku mesti menirumu, juga mengandalkan Raja Willie? Apa kamu nggak punya keluarga? Jadi, kamu hanya bisa mengandalkan orang luar saja?”Raut wajah Hillary seketika berubah. Dia menggertakkan giginya. “Kamu lagi menghinaku?”Kali ini, Jessie membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Hillary. “Kamu boleh menghinaku, tapi aku nggak boleh menghinamu? Ucapanmu tadi ingin membuatku mengira Jules menyukai la
Apa mungkin putri semata wayang Javier tidak memiliki aksesori? Mana mungkin dia mengambil barang orang lain?Raut wajah Silvia berubah muram. “Apa maksudmu?”Semua orang dapat melihat perubahan raut wajah Silvia. Mereka sadar bahwa Silvia sedang marah saat ini. Berhubung identitas Silvia cukup istimewa, yang lain juga tidak berani berbicara. Mereka tidak ingin terlibat dalam masalah ini.Mata Hillary tampak memerah. “Bu Silvia, aku nggak bermaksud untuk membohongimu. Coba kamu tanya Jessie saja. Tadi kami memang sempat ngobrol bentar.”Silvia melihat ke sisi Jessie.Jessie mengangguk. “Tante, tadi sewaktu ambil makanan, dia sempat samperin aku.”Silvia menarik napas dalam-dalam. Dia percaya dengan Jessie. Hanya saja, Silvia merasa masalah ini tidak sesederhana yang dia pikirkan.Jessie melihat ke sisi Hillary, lalu kembali bertanya, “Maksudmu, aku ambil kalungmu?”“Aku nggak berani memastikan. Tapi setelah aku ngobrol sama kamu, kalungku jadi hilang. Jessie, aku tahu perhiasan itu ngg
“Hillary, kamu juga sudah membongkar tasku. Apa kamu menemukan barang yang kamu cari?” Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Sebenarnya ketika pelayan mengembalikan tas yang dijatuhkannya, kebetulan Jessie ingin memasukkan ponselnya ke dalam tas. Tak disangka, dia malah menemukan kalung di dalamnya.Tas Jessie terus bersamanya. Dia tahu apa-apa saja yang ada di dalam tasnya. Ketika menemukan kalung di dalamnya, Jessie pun menyadari ada yang aneh dengan pelayan tadi. Jadi, dia pun sudah mengeluarkan kalungnya.Bagaimanapun, Jessie tidak ingin terkena masalah, lalu mempermalukan nama Silvia nantinya. Saat dia hendak meninggalkan tempat, dia pergi ke bagian resepsionis untuk bertanya masalah kalung hilang. Kemudian, Hillary mengatakan kalungnya hilang. Itulah sebabnya Jessie merasa semuanya terlalu kebetulan. Ternyata semua ini adalah jebakan Hillary.Hillary sungguh tidak percaya. Dia mengulurkan tangan untuk menggeledah rok Jessie. “Kamu pasti sembunyiin kalungku ….”Kali ini, Si
“Tentu saja aku nggak bakal masukin ke hati. Aku bahkan akan bantu kamu untuk cari kalungmu.”Hillary merasa ada yang aneh dengan ucapan Jessie. Dia melihat Jessie menatap ke dalam kerumunan. Saat pelayan yang sedang menyaksikan kericuhan berpapasan dengan kedua mata Jessie, dia spontan menunduk hendak meninggalkan tempat.Jessie menunjuk ke sisinya, lalu memanggul sekuriti, “Tahan dia.”Semua orang berdiri di tempat. Jadi, gerak-gerik pelayan yang hendak meninggalkan tempat dengan tiba-tiba sangat kentara. Sekuriti pun berhasil menahan si pelayan dengan cepat.Raut wajah Hillary seketika memucat. Dia bersuara, “Sebentar!”Tatapan semua orang kembali tertuju pada dirinya. Hillary berusaha untuk menahan rasa paniknya, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku sudah salah paham sama Jessie. Aku minta maaf. Kalau pelayan itu juga cukup mencurigakan, biarkan aku bawa dia untuk melakukan pemeriksaan, nggak usah repotin Jessie lagi.”Jessie melipat kedua tangan di depan dada. “Aku hanya asal tunju
Jessie melihat ke sisi Hillary dengan tersenyum. “Hillary, aku percaya pihak kepolisian pasti akan berhasil menyelidiki masalah ini. Kamu cukup menunggu dengan sabar saja.”Hillary menggertakkan giginya dengan geram. Jessie pasti sengaja!Kemudian, orang-orang membubarkan diri.Setelah kembali ke dalam mobil, Silvia masih saja merasa gusar. “Hillary memang kurang ajar. Padahal dia tidak punya bukti apa-apa, dia malah mencurigaimu. Untung saja, aku percaya sama ….”Belum sempat Silvia menyelesaikan omongannya, Jessie pun mengeluarkan sebuah kalung dari saku roknya.Silvia pun tertegun di tempat.Jessie menceritakan dengan jujur, “Tante, aku memang menemukan kalung ini di dalam tasku.”Kemudian, Jessie menceritakan kronologis masalah kepada Silvia. Setelah Silvia mendengarnya, raut wajahnya semakin muram lagi. “Ternyata dia ingin fitnah kamu. Pantas saja dia melarangmu untuk memeriksa pelayan itu. Hmph, dia memang jahat sekali.”Tiba-tiba Silvia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Sayang,
Jules kelihatan sangat tenang. Beberapa saat kemudian, dia meletakkan dokumennya. “Rencananya tidak berhasil kali ini. Dia tidak akan menyerah begitu saja.”Derrick membalas, “Tapi Bu Silvia sudah memerintah pihak kepolisian untuk melarang Nona Hillary bertemu dengan pelayan itu.”Jules mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu tersenyum. “Kalau dia mendapat izin dari Raja, situasi akan berbeda.”Kali ini, Derrick tidak berbicara lagi.Di Istana Luama.Hillary sedang menghadap Raja. Dia memberi tahu masalah yang dialaminya sewaktu di acara pesta. Willie sedang membaca dokumen di depan mejanya. Setelah mendengar cerita itu, keningnya seketika berkerut. “Berhubung polisi sudah turun tangan, apa lagi yang kamu khawatirkan?”Hillary menggigit bibir bawahnya sembari berkata, “Aku hanya ingin tahu progres pemeriksaannya saja. Tapi, Bu Silvia malah menghalangiku.”Willie mengangkat kepalanya. “Silvia menghalangimu?”Hillary bersikap serbasalah. “Aku juga nggak tahu kenapa Bu Silvia menghalan