Jodhiva tertegun di tempat. Dia mengangkat kepalanya menatap wanita yang memanggilnya “Jerry” dengan mengerutkan keningnya.Saat sopir hendak mengatakan sesuatu, Jodhiva mengangkat tangan untuk menghentikannya. Dia menatap wanita di depan jendela. “Apa yang ingin kamu tanyakan?”Orang yang akrab dengan Jodhiva dan Jerremy baru bisa membedakan perbedaan dari kedua orang. Hanya saja, bagi orang yang tidak akrab, mereka pun tidak bisa membedakannya.Muka mereka sama persis, tapi karakter mereka sangatlah jauh. Jika didengar dengan saksama, suara Jodhiva pun terdengar lebih dewasa.Dacia tidak pernah bertemu dengan Jodhiva. Tentu saja, dia tidak bisa membedakan suara kedua orang. Apalagi pencahayaan di dalam mobil sangatlah gelap, sangatlah sulit untuk membedakannya.“Ada apa dengan Jessie dan Jules?”Jodhiva menyipitkan matanya. Dia tidak menjawab.Dacia melipat kedua tangan di depan dada. “Jangan diam saja! Aku yakin kamu pasti mengetahuinya. Aku bisa merasakan betapa sukanya Jessie terh
“Emm, sudah sampai.”“Sayang, ada apa dengan suaramu?”Jessie tertegun sejenak. Dia tidak ingin Claire mencemaskannya. “Aku nggak kenapa-napa, hanya lagi flu saja.”“Kamu sudah gede, kenapa kamu nggak bisa jaga diri dengan baik? Kalau kamu begini, gimana Ibu bisa tenang untuk membiarkanmu menikah?”Ketika mendengar kata “menikah”, Jessie menggigit bibir bawahnya. Dia berusaha untuk menahan tangisnya. “Ibu.”Suara Jessie terdengar gemetar. Claire pun mengerutkan keningnya. “Apa kamu menangis?”“Nggak, aku hanya ….”“Jessie, ada masalah apa? Kamu bisa beri tahu Ibu. Jangan pendam dalam hati.”Di Grup Angkasa, ibu kota.Javier baru saja selesai rapat. Saat dia berjalan keluar ruang rapat, Roger yang baru selesai telepon berjalan kemari. “Tuan Javier, Bu Claire sudah menunggu lama di ruangan.”Kening Javier tampak berkerut. “Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?”Roger merasa serbasalah. “Aku ingin bilang tadi, tapi Tuan bilang jangan ganggu waktu rapat.”Javier bergegas ke ruangannya. Dia m
Grup Tanzil baru saja kembali mengembangkan bisnisnya, kondisinya masih belum tergolong stabil. Pertunangan Jessie dengan Jules malah akan membuat orang-orang di luar sana berasumsi Jules ingin mengandalkan kemampuan Keluarga Fernando.Meski sebenarnya, Claire cukup percaya dengan Jules karena dia tahu Jules cukup berkompeten.Claire kepikiran sesuatu. “Apa Jules adalah orang seperti itu?”“Aku hanya lagi berwaspada saja.” Javier menggendong Claire, lalu mendudukannya di atas pangkuan Javier. “Mereka masih muda. Bahkan, Benn saja terus memuji kemampuan Jules. Seandainya dia benar-benar menyukai Jessie, dia bisa bersama Jessie setelah dia mencapai tujuannya. Bukannya dia akan merasa lebih puas nantinya?”Claire tersenyum, lalu mencubit dagu Javier. “Dia adalah cucu Raja, apa dia butuh bantuan dari Keluarga Fernando? Aku merasa kalian anggota Keluarga Fernando yang lagi cari masalah.”Javier menggenggam tangan Claire, lalu mengeluarkan suara tawa. “Memangnya kamu bukan bagian dari Keluar
“Tapi aku nggak ingin orang di luar sana memandang Jules seperti itu. Aku hanya ingin mereka memahaminya saja ….” Kedua mata Jessie tampak memerah.Jodhiva mengusap ujung mata Jessie yang basah. “Dasar bodoh, apa kamu merasa Jules akan peduli dengan pemikiran orang lain?”Jessie terdiam melongo. Di benaknya terlintas ucapan Jules waktu itu. ‘Aku kira kamu tidak sama seperti yang lain. Kamu akan percaya sama aku.’Alasan Jules marah bukan karena Jessie mengatakan dirinya ingin mengundur pertunangan mereka, melainkan karena Jules mengira Jessie juga memandangnya seperti pandangan orang-orang di luar sana.Jessie spontan memegang erat peralatan makannya. Hari itu, dia tidak sempat menjelaskannya. Itulah sebabnya Jules merasa marah.Jules salah sangka mengira Jessie telah termakan omongan Jerremy. Alhasil, dia tidak memercayai Jules lagi.Jessie mengangkat kepalanya dengan perlahan. Dia lalu mengangkat mangkuk untuk meneguk sup.Keesokan harinya, di Grup Tanzil.Jessie berdiri di depan pi
Hillary menyadari Jules sedang mempersulit ayahnya. Akhirnya dia pun bersuara, “Jules, meski kamu nggak ingin membantu kami, kamu juga nggak usah bersikap seperti ini.”Jules tidak berbicara.“Hillary ….” Saat Kevin hendak mengatakan sesuatu, dia malah disela oleh Hillary. “Kamu bisa memilih Jessie juga demi keuntungan perusahaan, ‘kan? Dengar-dengar beberapa hari lalu, kamu bilang kamu nggak akan mempertimbangkan masalah pertunanganmu dengan Jessie untuk sementara waktu ini. Sekarang kamu sadar nggak gampang untuk bertunangan dengan putri semata wayang Tuan Javier, ‘kan?”Tetiba Kevin merasa gugup. Dia berbisik terhadap putrinya, menyuruhnya untuk jangan asal bicara.Hanya saja, Hillary malah tidak menghiraukannya. “Apa ada yang salah dengan ucapanku? Raja berencana menjodohkan aku dengan Tuan Muda Jules karena ingin Keluarga Jalma menyokong Grup Tanzil. Keluarga Jalma kami memang nggak bisa dibandingkan dengan Keluarga Fernando, tapi kami bisa memberi kalian keuntungan seperti yang m
Hillary menyadari sesuatu. Dia pun semakin yakin dengan dugaannya. “Hubungan kamu dengan Jessie lagi bermasalah. Sepertinya ucapanku nggak salah.”Jules berdiri dengan tatapan datar. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan dia, dan juga tidak ada hubungannya denganmu.” Kemudian, Jules membalikkan tubuhnya. “Kimin, antar mereka pulang.” Usai berbicara, Jules langsung menaiki tangga tanpa menoleh sama sekali.Hillary juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia mengikuti ayahnya, Kevin, meninggalkan Kediaman Keluarga Tanzil.Di sisi lain, baru saja Jessie memasuki mobil, dan sopir belum sempat mengemudi mobil. Hillary pun berjalan ke sisi mobil, lalu mengetuk kaca jendela.Jessie menurunkan jendela tanpa berbicara.Hillary bersandar di atas jendela, kemudian berkata dengan tersenyum, “Nona Jessie, apa boleh aku minta waktumu beberapa menit?”Jessie menatapnya. “Apa yang ingin kamu katakan?”“Sebelumnya aku nggak tahu identitasmu, makanya aku bersikap lancang. Hari ini aku minta maaf sama k
Dacia menoleh untuk menatapnya. Dia pun kedengaran suara Jodhiva. “Aku harap kamu tahu apa yang seharusnya kamu katakan dan apa yang tidak seharusnya kamu katakan.”Maksud ucapan Jodhiva sangat jelas. Alasan Jessie tidak masuk kelas ada kaitannya dengan Jules. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan hubungan mereka berdua.Jessie terlalu peduli dengan hubungan mereka. Itulah sebabnya dia bersedih bersembunyi di dalam kamar. Jika Dacia salah bicara, bisa jadi masalah akan semakin parah lagi. Tiba-tiba Dacia tersenyum. “Kamu ingin aku bujuk mereka buat balikan atau buat pisah?”Tatapan Jodhiva tertuju pada diri Dacia dalam waktu lama. “Menurutmu?”Dacia tidak berbicara, melainkan berjalan ke lantai atas. Dia mengetuk pintu kamar Jessie. “Pintu nggak dikunci.”Dacia membuka pintu, lalu tampak Jessie sedang memeluk kedua lututnya sembari duduk bersandar di ranjang. Dia kelihatan sangat sedih saat ini.Ketika melihat kedatangan Dacia, Jessie pun terbengong. “Dacia?”Dacia berjalan mendeka
Dacia tertegun. “Bukannya kamu suruh aku bujuk mereka buat balikan?”Langkah kaki Jodhiva berhenti. Dia membalas tanpa menoleh, “Dia memilih untuk tutup ponselnya. Bukannya jawaban sudah sangat jelas?”Setelah berbicara, Jodhiva berjalan menuruni tangga.Saat ini, Dacia masih terbengong di tempat. Dia spontan memegang erat ponselnya.Dacia meninggalkan Vila Bagya, kemudian bergegas ke Kediaman Keluarga Tanzil. Belum sempat pengurus rumah melaporkan kepada majikan, Dacia pun sudah menerobos ke dalam ruang baca.Namun, malah tampak sosok Hillary di dalam sana. Dia sedang setengah bersandar di depan meja. Seandainya Dacia tidak masuk, sepertinya dia sudah menempel di tubuh Jules.Lantaran ada yang mengganggu, raut wajah Hillary tampak tidak bersahabat. “Siapa kamu? Nggak tahu ketuk pintu, ya?”Dacia mengabaikannya, lalu melihat ke sisi Jules. “Apa yang lagi kamu pikirkan? Apa kamu berencana untuk putus sama Jessie?”Kening Jules berkerut. Dia tidak berbicara.Kali ini, Hillary membalikkan