“Tapi aku nggak ingin orang di luar sana memandang Jules seperti itu. Aku hanya ingin mereka memahaminya saja ….” Kedua mata Jessie tampak memerah.Jodhiva mengusap ujung mata Jessie yang basah. “Dasar bodoh, apa kamu merasa Jules akan peduli dengan pemikiran orang lain?”Jessie terdiam melongo. Di benaknya terlintas ucapan Jules waktu itu. ‘Aku kira kamu tidak sama seperti yang lain. Kamu akan percaya sama aku.’Alasan Jules marah bukan karena Jessie mengatakan dirinya ingin mengundur pertunangan mereka, melainkan karena Jules mengira Jessie juga memandangnya seperti pandangan orang-orang di luar sana.Jessie spontan memegang erat peralatan makannya. Hari itu, dia tidak sempat menjelaskannya. Itulah sebabnya Jules merasa marah.Jules salah sangka mengira Jessie telah termakan omongan Jerremy. Alhasil, dia tidak memercayai Jules lagi.Jessie mengangkat kepalanya dengan perlahan. Dia lalu mengangkat mangkuk untuk meneguk sup.Keesokan harinya, di Grup Tanzil.Jessie berdiri di depan pi
Hillary menyadari Jules sedang mempersulit ayahnya. Akhirnya dia pun bersuara, “Jules, meski kamu nggak ingin membantu kami, kamu juga nggak usah bersikap seperti ini.”Jules tidak berbicara.“Hillary ….” Saat Kevin hendak mengatakan sesuatu, dia malah disela oleh Hillary. “Kamu bisa memilih Jessie juga demi keuntungan perusahaan, ‘kan? Dengar-dengar beberapa hari lalu, kamu bilang kamu nggak akan mempertimbangkan masalah pertunanganmu dengan Jessie untuk sementara waktu ini. Sekarang kamu sadar nggak gampang untuk bertunangan dengan putri semata wayang Tuan Javier, ‘kan?”Tetiba Kevin merasa gugup. Dia berbisik terhadap putrinya, menyuruhnya untuk jangan asal bicara.Hanya saja, Hillary malah tidak menghiraukannya. “Apa ada yang salah dengan ucapanku? Raja berencana menjodohkan aku dengan Tuan Muda Jules karena ingin Keluarga Jalma menyokong Grup Tanzil. Keluarga Jalma kami memang nggak bisa dibandingkan dengan Keluarga Fernando, tapi kami bisa memberi kalian keuntungan seperti yang m
Hillary menyadari sesuatu. Dia pun semakin yakin dengan dugaannya. “Hubungan kamu dengan Jessie lagi bermasalah. Sepertinya ucapanku nggak salah.”Jules berdiri dengan tatapan datar. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan dia, dan juga tidak ada hubungannya denganmu.” Kemudian, Jules membalikkan tubuhnya. “Kimin, antar mereka pulang.” Usai berbicara, Jules langsung menaiki tangga tanpa menoleh sama sekali.Hillary juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia mengikuti ayahnya, Kevin, meninggalkan Kediaman Keluarga Tanzil.Di sisi lain, baru saja Jessie memasuki mobil, dan sopir belum sempat mengemudi mobil. Hillary pun berjalan ke sisi mobil, lalu mengetuk kaca jendela.Jessie menurunkan jendela tanpa berbicara.Hillary bersandar di atas jendela, kemudian berkata dengan tersenyum, “Nona Jessie, apa boleh aku minta waktumu beberapa menit?”Jessie menatapnya. “Apa yang ingin kamu katakan?”“Sebelumnya aku nggak tahu identitasmu, makanya aku bersikap lancang. Hari ini aku minta maaf sama k
Dacia menoleh untuk menatapnya. Dia pun kedengaran suara Jodhiva. “Aku harap kamu tahu apa yang seharusnya kamu katakan dan apa yang tidak seharusnya kamu katakan.”Maksud ucapan Jodhiva sangat jelas. Alasan Jessie tidak masuk kelas ada kaitannya dengan Jules. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan hubungan mereka berdua.Jessie terlalu peduli dengan hubungan mereka. Itulah sebabnya dia bersedih bersembunyi di dalam kamar. Jika Dacia salah bicara, bisa jadi masalah akan semakin parah lagi. Tiba-tiba Dacia tersenyum. “Kamu ingin aku bujuk mereka buat balikan atau buat pisah?”Tatapan Jodhiva tertuju pada diri Dacia dalam waktu lama. “Menurutmu?”Dacia tidak berbicara, melainkan berjalan ke lantai atas. Dia mengetuk pintu kamar Jessie. “Pintu nggak dikunci.”Dacia membuka pintu, lalu tampak Jessie sedang memeluk kedua lututnya sembari duduk bersandar di ranjang. Dia kelihatan sangat sedih saat ini.Ketika melihat kedatangan Dacia, Jessie pun terbengong. “Dacia?”Dacia berjalan mendeka
Dacia tertegun. “Bukannya kamu suruh aku bujuk mereka buat balikan?”Langkah kaki Jodhiva berhenti. Dia membalas tanpa menoleh, “Dia memilih untuk tutup ponselnya. Bukannya jawaban sudah sangat jelas?”Setelah berbicara, Jodhiva berjalan menuruni tangga.Saat ini, Dacia masih terbengong di tempat. Dia spontan memegang erat ponselnya.Dacia meninggalkan Vila Bagya, kemudian bergegas ke Kediaman Keluarga Tanzil. Belum sempat pengurus rumah melaporkan kepada majikan, Dacia pun sudah menerobos ke dalam ruang baca.Namun, malah tampak sosok Hillary di dalam sana. Dia sedang setengah bersandar di depan meja. Seandainya Dacia tidak masuk, sepertinya dia sudah menempel di tubuh Jules.Lantaran ada yang mengganggu, raut wajah Hillary tampak tidak bersahabat. “Siapa kamu? Nggak tahu ketuk pintu, ya?”Dacia mengabaikannya, lalu melihat ke sisi Jules. “Apa yang lagi kamu pikirkan? Apa kamu berencana untuk putus sama Jessie?”Kening Jules berkerut. Dia tidak berbicara.Kali ini, Hillary membalikkan
Jules tersenyum. “Kamu pintar juga.”Hillary merasa gembira. “Aku anggap kamu lagi puji aku.”Tatapan Jules seketika menjadi sinis. “Sok pintar.”Kali ini, Hillary tertegun sejenak.Jules membangkitkan tubuhnya, lalu berjalan ke depan jendela. “Kamu buru-buru ingin menikah sama aku … karena ayahmu, ‘kan?”Hillary menatap Jules dengan syok.Jules kembali menambahkan dengan santai, “Ayahmu telah membunuh seseorang. Sekarang, pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan. Kalau polisi menyadari masalah itu berhubungan dengan ayahmu, Keluarga Jalma di Negara Biwana juga akan terkena imbasnya. Ayahmu buru-buru ingin berbaikan denganku. Masalah di acara malam itu bukanlah intinya.”“Tuan Muda Jules, apa yang lagi kamu katakan?” Hillary merasa panik. Lantaran ayahnya diancam, dia pun baru membunuh gadis yang bernama Lisa itu. Kevin melakukan semua itu juga demi melindungi diri sendiri. Dia tidaklah bersalah!Jules menatap Hillary dari pantulan kaca. Tatapannya kelihatan serius. “Lisa tahu ra
Kevin memang telah memanfaatkan putrinya untuk memprovokasi hubungan mereka. Hanya saja, sepertinya Kevin tidak akan kepikiran orang yang memanfaatkannya untuk menghabisi Lisa adalah diri Jules.…Satu minggu kemudian.Seperti biasanya, Jessie ke akademi untuk mengikuti ujian susulan. Setelah ujian selesai, dia pun pergi ke kantor dosen untuk meminta judul skripsi.Dosen merasa agak syok. “Kamu ingin duluan mempersiapkan skripsimu?”Jessie mengangguk. Sesuai jadwal, seharusnya masih ada satu tahun lagi untuk tamat kuliah. Namun, Jerremy saja sudah mempersiapkan diri untuk menulis skripsi. Jessie juga tidak ingin ketinggalan.Persyaratan untuk bisa tamat dari Akademi Victoria adalah mahasiswa diwajibkan menyelesaikan seluruh mata pelajaran dengan nilai memuaskan. Dengan begitu, mahasiswa baru diperbolehkan untuk mengajukan wisuda lebih awal. Dosen mengangguk. “Baiklah.” Dia menyerahkan judul skripsi kepada Jessie. “Semoga semuanya berjalan lancar.”Jessie mengambil judul skripsi mening
Dacia berdesakan ke dalam kerumunan. Ketika melihat orang yang jatuh pingsan di atas lantai, raut wajahnya spontan berubah. Dia segera berlari maju. “Jessie!”Kemudian, Dacia menjerit ke sekeliling, “Tolong panggilkan ambulans.”Jessie diantar ke rumah sakit pusat. Dia berdiri menunggu di koridor dengan panik. Tak lama kemudian, Jodhiva dan Jerremy pun datang.Jerremy menghampiri Dacia dengan buru-buru, lalu meraih pergelangan tangan Dacia. Dia bertanya, “Kenapa Jessie bisa jatuh pingsan?”Dacia tidak menjawab.Jodhiva meletakkan tangan di atas pundak Jerremy. “Jerry, yang tenang.”Kali ini, Jerremy baru melepaskan tangan Dacia. Raut wajahnya kelihatan sangat mengerikan.Pada saat ini, dokter berjalan keluar kamar pasien. Jodhiva langsung bertanya, “Gimana kondisinya?”Dokter melepaskan masker, lalu menjawab, “Kondisinya tidak serius. Pasien tidak makan dan istirahat secara teratur. Ditambah lagi, dia kelelahan, alhasil gula darahnya rendah dan jatuh pingsan. Dia butuh istirahat penuh