Sebenarnya Jessie tidak tahu, waktu itu ketika dia berlari keluar untuk mencari Jules, pengawal pun sudah mengenali Jules.Pelayan pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu mencondongkan kepalanya untuk bertanya, “Apa Tuan Muda sudah sarapan?”Jules menggigit bibir bawahnya sembari tersenyum. “Tolong siapkan juga untuk aku.”Jessie merasa bingung. “Apa kamu belum sarapan?”Jules duduk dengan malas-malasan. “Aku ingin numpang makan di rumahmu.”Jessie berkacak pinggang. “Numpang makan? Kamu mesti bayar.”Tetiba Jules mengulurkan tangannya, lalu menarik Jessie untuk duduk di atas pangkuannya.Jessie merasa syok. Dia segera melihat ke sisi dapur. Pelayan pun segera membuatkan sarapan, tidak memperhatikan gerak-gerik di dalam ruang tamu.“Kamu lagi ngapain?” Suara Jessie sangatlah gugup.“Bukannya kamu ingin minta dibayar?” Jules mencubit dagu Jessie, lalu mendekatinya. “Aku beri kamu bunganya dulu.”“Bunga apa … uhm!”Belum sempat Jessie menyelesaikan
“Apa mungkin dia tidak takut?” Jules pun tertawa. “Lisa bisa hidup seperti sekarang karena mengandalkan Inggrid. Berhubung Inggrid kepikiran untuk mengambil keuntungan dari diri Lisa, dia pasti akan memikirkan cara untuk mengendalikannya. Seandainya dia tahu sebenarnya Lisa ingin terlepas darinya, Inggrid pasti tidak akan tinggal diam.”Sekarang Lisa sedang jatuh di dalam tangan anggota Tom. Begitu menyadari tidak ada jalan keluar, Inggrid pun akan menjadi penyelamatnya. Jika Inggrid tidak mengulurkan tangannya, riwayat Lisa juga akan berakhir.Derrick menatap Jules yang duduk di baris belakang dalam waktu lama. Dia sungguh kagum dengan Jules. Derrick tidak pernah sekali pun merasa kecewa dengan trik Jules.Bahkan, Tom juga pernah berkata kepada orang-orang di kota gelap bahwa Jules sungguh mirip dengan seekor serigala liar saja. Jika ada yang berani menyinggungnya, orang itu pasti akan digigit. Meski tidak mati, orang itu pasti akan menderita cedera yang lumayan serius.Berkali-kali L
Lantaran tangan Jessie masih tidak berhasil menggapainya, orang di belakang membantu untuk mengambilkan buku itu. “Apa kamu lagi cari buku ini?”Jessie membalikkan kepalanya dan dia pun terbengong.Lelaki di belakangnya memiliki kulit putih. Dia memiliki rambut hitam keriting dengan kelima indera yang cukup sempurna. Karakteristik lelaki ini sangatlah unik. Entah kenapa Jessie merasa sangat familier dengan lelaki ini.Si lelaki tersenyum menunjukkan gigi putih dan rapinya. “Apa kamu tidak mengingatku lagi? Kita pernah membintangi iklan parfum sebelumnya.”Kali ini Jessie merasa syok. “Ternyata kamu?”Setelah melihat dengan saksama, lelaki ini memang adalah model muda yang bersamanya menjadi bintang iklan parfum.Si lelaki mengangguk, lalu menyerahkan buku kepadanya. “Namaku Yale.”Jessie mengambil buku, lalu bertanya dengan penasaran, “Apa kamu juga adalah murid dari akademi kita? Tapi aku nggak pernah ketemu kamu saat kelas?”“Aku bukan mahasiswa jurusan akting.” Yale menatapnya semba
Jessie menggigit bibir bawahnya dan tidak berbicara. Bohong jika dia tidak memiliki pemikiran apa pun terhadap Jules yang tampan itu.Dacia melambaikan tangannya. “Sudahlah, aku nggak mau banyak omong lagi. Nanti kamu malah mimpi yang aneh-aneh.”Jessie menutup mulut Dacia. “Jangan bahas lagi.”Yale berdiri di depan koridor sembari menatap bayangan kedua wanita yang berjalan pergi. Kemudian, dia pun meninggalkan tempat.Di Grup Tanzil.Pintu ruangan diketuk. Derrick membuka pintu. Kemudian, tampak Andreas berjalan ke dalam ruangan. “Jules.”Jules menutup dokumen, lalu mengangkat kepalanya. “Kakek.”“Aku dengar-dengar Lisa lagi ada di tangan Tom.” Andreas duduk di bangku. “Jules, apa kamu menghubungi Tom?”Jules mengesampingkan dokumen. “Tidak ada hubungan apa-apa. Aku hanya memanfaatkan Sarah saja.”Kening Andreas berkerut. “Stanley sudah menjemput Sarah keluar dari rumah sakit. Sepertinya dia melakukannya demi menghindari Tom. Seandainya Sarah tahu motifmu ….”“Tidak akan mungkin.” Ju
Yale merasa bingung. “Berbeda?”“Maksudku, penampilanmu memiliki ciri khas tersendiri, bagai tokoh di dalam lukisan saja.” Biasanya orang-orang di Negara Hyugana berkulit putih. Jadi, sosok Yale terasa berbeda dari orang-orang di sekitarnya.Yale pun tersenyum. “Terima kasih atas pujianmu.”Mobil sudah tiba di tempat tujuan. Dia berpamitan dengan Jessie, lalu menuruni mobil.Setelah tiba di Kompleks Vila Bagya, Jessie menuruni mobil dan menyadari ada sebuah mobil yang sangat familier di ujung sana. Sepertinya mobil itu sudah parkir beberapa saat di sana.Jendela mobil belakang dibuka setengah. Tampak ada Jules di dalam sana.Jessie merasa kaget. Dia berjalan ke sisi mobil, lalu bersandar di atas jendela. “Jangan-jangan kamu sudah menungguku dari tadi?”Jules menatapnya. “Aku kira kamu bakal langsung pulang ke rumah.”Jessie juga tidak merahasiakannya. “Aku sekalian antar pulang salah seorang temanku.”“Siapa?” Jules bersandar di samping mobil, lalu mendekatinya. “Si Yale Hirsi?”Jessie
Jules sedang melepaskan kemejanya, memperlihatkan tubuh bagian atas yang kokoh dan kekar, dengan garis otot yang kencang. Meski tidak terlalu berotot, ototnya kelihatan sangat padat, membuatnya terlihat lebih proporsional. Postur tubuh Jules boleh dikatakan sangatlah sempurna. Yang paling mengesankan adalah bahkan v-shape di perutnya begitu jelas.Jessie menundukkan kepalanya. Pipinya tiba-tiba memerah. Dia segera memalingkan tubuhnya. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskan pakaianmu!”Jules meletakkan kemejanya dengan santai, lalu berhenti di belakang Jessie.Saat Jules mengambil pakaian tidur dari tangan Jessie, dia sengaja membungkukkan tubuhnya untuk mendekati Jessie. “Karena aku ingin mandi.”Daun telinga Jessie semakin memerah lagi. Saat dia mendekat, bagian punggung Jessie terasa memanas. Dia menutup wajah dengan telapak tangannya. “Jelas-jelas kamu tahu aku akan ke kamarmu. Kamu pasti sengaja!”Jules pun tersenyum. “Iya, aku memang sengaja.”Jawaban itu membuat jantung Jessie berdet
Ketika menyadari tatapan Jessie, Jules langsung memalingkan kepalanya. “Ada apa?”Jessie spontan mengalihkan pandangannya. “Nggak kenapa-napa.”Jules mengulurkan lengannya di belakang sandaran Jessie, lalu mendekatinya. “Anak kecil ini kamu, ‘kan?”Jessie merasa syok. Dia menatap Jules tanpa berbicara sama sekali.Jules pun tersenyum. “Imut sekali. Aku pun bisa mengenalimu dalam sekali lihat.”Jessie mendorong wajah Jules. “Nonton sana.”Jules tertawa dan tidak berkata-kata lagi. Tatapannya tertuju pada layar kaca. Baru saja Jessie menampakkan diri, Jules malah langsung mengenalinya.Setelah film selesai diputar, Jules pun memalingkan kepalanya menatap wanita yang sedang tidur bersandar di pegangan sofa. Dia spontan tersenyum.Jules mengulurkan tangannya untuk mengesampingkan rambut yang menempel di pipi Jessie. Kemudian, dia menggendong Jessie. Jessie refleks menyandarkan kepalanya di atas pundak Jules.Setelah memasuki kamar, Jules membaringkan Jessie di atas ranjang, lalu menyelimut
Dacia mengatakan dirinya alergi terhadap bawang bombai, daun bawang, dan segala jenis bawang.Yale bertopang dagu sembari merenung.Jessie mendekat ke sisi Dacia, lalu berbisik, “Apa kamu sengaja?”Dacia berlagak tidak memahaminya. “Apanya yang sengaja?”Jessie langsung membongkarnya. “Bukannya biasa kamu makan segala jenis bawang sewaktu di kantin?”Dacia berdeham. “Aku hanya nggak alergi dengan bawang di kantin. Memangnya nggak boleh?”Jessie menatap Yale yang sedang berbicara dengan pelayan. “Kamu tenang saja. Dia bakal makan, kok.”Kali ini, Dacia terdiam membisu.Yale pun sudah menyadarinya. Dia hanya tersenyum. “Tidak apa-apa. Kalau temanmu tidak suka, aku bisa ganti jenis makanan lain.”“Nggak usah ganti-ganti. Kamu sudah traktir kami. Kami nggak ada alasan buat pilih-pilih makanan,” balas Jessie dengan serius, “Kamu bisa pesan apa pun yang kamu rasa enak. Aku juga ingin mencicipinya.”Yale mengangguk dengan tersenyum. “Baiklah.”Dacia menopang keningnya. Pantas saja Jules menyu