Ketika menyadari tatapan Jessie, Jules langsung memalingkan kepalanya. “Ada apa?”Jessie spontan mengalihkan pandangannya. “Nggak kenapa-napa.”Jules mengulurkan lengannya di belakang sandaran Jessie, lalu mendekatinya. “Anak kecil ini kamu, ‘kan?”Jessie merasa syok. Dia menatap Jules tanpa berbicara sama sekali.Jules pun tersenyum. “Imut sekali. Aku pun bisa mengenalimu dalam sekali lihat.”Jessie mendorong wajah Jules. “Nonton sana.”Jules tertawa dan tidak berkata-kata lagi. Tatapannya tertuju pada layar kaca. Baru saja Jessie menampakkan diri, Jules malah langsung mengenalinya.Setelah film selesai diputar, Jules pun memalingkan kepalanya menatap wanita yang sedang tidur bersandar di pegangan sofa. Dia spontan tersenyum.Jules mengulurkan tangannya untuk mengesampingkan rambut yang menempel di pipi Jessie. Kemudian, dia menggendong Jessie. Jessie refleks menyandarkan kepalanya di atas pundak Jules.Setelah memasuki kamar, Jules membaringkan Jessie di atas ranjang, lalu menyelimut
Dacia mengatakan dirinya alergi terhadap bawang bombai, daun bawang, dan segala jenis bawang.Yale bertopang dagu sembari merenung.Jessie mendekat ke sisi Dacia, lalu berbisik, “Apa kamu sengaja?”Dacia berlagak tidak memahaminya. “Apanya yang sengaja?”Jessie langsung membongkarnya. “Bukannya biasa kamu makan segala jenis bawang sewaktu di kantin?”Dacia berdeham. “Aku hanya nggak alergi dengan bawang di kantin. Memangnya nggak boleh?”Jessie menatap Yale yang sedang berbicara dengan pelayan. “Kamu tenang saja. Dia bakal makan, kok.”Kali ini, Dacia terdiam membisu.Yale pun sudah menyadarinya. Dia hanya tersenyum. “Tidak apa-apa. Kalau temanmu tidak suka, aku bisa ganti jenis makanan lain.”“Nggak usah ganti-ganti. Kamu sudah traktir kami. Kami nggak ada alasan buat pilih-pilih makanan,” balas Jessie dengan serius, “Kamu bisa pesan apa pun yang kamu rasa enak. Aku juga ingin mencicipinya.”Yale mengangguk dengan tersenyum. “Baiklah.”Dacia menopang keningnya. Pantas saja Jules menyu
Dacia menekan-nekan tulang hidungnya, berusaha untuk menenangkan dirinya. “Aku bukan bermaksud ingin memutuskan hubunganmu dengan semua lawan jenis. Tapi, apa kamu nggak merasa ada maksud lain dengan si Yale itu?”Mana mungkin ada begitu banyak pertemuan secara tidak disengajai?Jessie menunduk. “Bukannya orang luar negeri memang lebih ramah?”Dacia tersenyum. “Teman cowok satu jurusan kita juga berasal dari luar negeri. Kenapa mereka nggak bersikap ramah sama kamu?”“Karena Jules dan Kak Jerry.”Dacia tertegun sejenak. “Ternyata kamu ngerti juga.”Seandainya bukan karena dipantau oleh Jerremy dan Jules, pasti akan ada banyak lelaki yang mendekati Jessie. Padahal Jessie sendiri juga memahaminya, dia malah melakukan kesalahan.Dacia sungguh tidak habis pikir. “Jadi, kenapa kamu nggak merasa ada yang aneh dengan Yale?”Jessie mengangkat-angkat pundaknya, lalu menunduk. “Aku tahu kalian takut aku dikelabui. Itulah sebabnya kalian melindungiku dengan cara kalian. Tapi aku juga bukan anak k
Jules menunduk untuk menatap Jessie. “Kenapa aku mesti marah?”“Kamu itu pacarku, tapi aku malah makan sama cowok lain. Apa kamu nggak marah?”Jules menyipitkan matanya, lalu mengusap pipi Jessie. “Asalkan kamu tidak melakukan hal yang keterlaluan, aku juga tidak perlu marah. Jessie, kamu berhak untuk berteman. Aku juga tidak berhak untuk ikut campur terlalu banyak. Tapi kalau kamu bersikap keterlaluan, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan.”Ketika melihat raut serius Jules, Jessie spontan terbengong beberapa detik. “Keterlaluan gimana maksudmu?”Jari Jules berhenti di bibir Jessie. “Apa kamu tahu aku paling tidak bisa menoleransi yang namanya pengkhianatan dalam suatu hubungan. Kalau kamu bermesraan dengan cowok selain aku, aku pun akan ….”Jessie semakin bingung lagi. “Apa yang akan kamu lakukan?”Bibir Jules menempel di pipi Jessie. “Aku akan ikat kamu agar selalu berada di sisiku. Kelak, jangan harap kamu bisa keluar lagi.”Bulu mata Jessie bergetar. Dia tidak membalas.Jules t
Jasad Stanley akan dikremasi. Tidaklah banyak orang yang datang ke balai sosial untuk memberi penghormatan terakhir. Sanak saudara yang datang juga demi mendapatkan harta warisan yang ditinggalkan Stanley.Saham perusahaan sudah dijual. Setidaknya Stanley memiliki warisan sebesar miliaran. Ditambah lagi dengan simpanan yang ditabung Stanley sebelumnya, dia seharusnya memiliki kekayaan yang lebih banyak lagi.Uang itu dipersiapkan Stanley untuk membawa putrinya imigrasi ke luar negeri. Sarah adalah putri semata wayang Stanley. Setelah ayahnya meninggal, Sarah pun akan mewarisi semuanya.Sarah mengenakan pakaian berwarna hitam sembari menutup kepalanya dengan syal. Dia ingin menutupi buruk rupanya itu. Dia berdiri di depan jasad ayahnya dengan raut tak berekspresi. Dia tidak sekali pun meladeni saudara yang bermuka dua itu.Pada saat ini, sesosok bayangan hitam berjalan ke dalam balai sosial. Lelaki itu tak lain adalah Charles.Charles meletakkan mawar putih di depan karangan bunga, lalu
Seandainya bukan karena ulah Sarah sendiri, apa mungkin nasibnya akan semiris ini?Berhubung Sarah berani melakukannya, dia juga mesti menerima akibat dari perbuatannya.Jessie menatap Dacia. “Sarah memang pantas menerima semua ini. Dia sudah menerima akibat dari perbuatannya. Sekarang dia malah jadi bahan pembicaraan orang-orang. Bukannya nasibnya terlalu miris?”Dacia merasa syok. “Kamu … malah kasihan sama dia?”“Masalah ini bukan soal kasihan. Aku hanya merasa apabila menganggap kesulitan yang dialami orang baik atau orang jahat sebagai ‘akibat’ ataupun ‘takdir’, sebenarnya sikap seperti itu tergolong sikap tidak berdaya. Misalnya, kalau ada yang menindasmu, menghinamu, atau ada yang memukulinya, kemudian suatu hari nanti orang itu mati. Kita pun bakal merasa gembira, lalu mengatakan semua itu akibat dari perbuatannya sendiri. Tapi, apa semua itu benar-benar akibat dari perbuatannya? Aku merasa semua itu hanya pemikiran kita yang lemah saja.”Jessie bertopang dagu. “Ketika dia memi
Charles tersenyum, lalu menaikkan jendela mobil dengan perlahan. “Kalau begitu, sepakat, ya! Aku akan datang jemput kalian besok.”Keesokan harinya, di restoran mewah Lumiere.Suasana di dalam restoran sangatlah nyaman. Ada meja bar di depan sana. Cahaya lampu berwarna kuning membuat suasana terasa hangat dan berkelas.Charles bersama Jessie dan Dacia berjalan ke depan meja enam orang. Di atas meja sudah disediakan peralatan makan dan juga minuman.Dari tadi, sudah ada dua orang sedang duduk di depan meja. Orang itu tak lain adalah orang tuanya Dacia dan Charles.Lidya yang berusia 45 tahun itu merawat dirinya dengan sangat bagus. Dia juga sangat memperhatikan penampilannya. Aksesori yang dikenakannya adalah perhiasan mewah. Hanya saja, dia memiliki aura yang dingin membuat orang-orang kesulitan untuk mendekatinya.Di sisi lain, Daniel yang duduk di samping Lidya yang dingin itu kelihatan lebih bersahabat.Charles duduk sembari menyapa, “Ayah, Ibu.”Lidya melihat ke sisi Jessie dengan
”Aku hanya beri sedikit peringatan kepada kalian para anak muda saja, memangnya kenapa?” Lidya kembali mengangkat gelas anggurnya, lalu menggoyangnya dengan perlahan. “Perasaan itu hal yang sangat tidak bisa diandalkan di dunia ini. Kamu memang menyukainya sekarang, tapi bukan berarti kelak kamu masih akan menyukainya. Ujung-ujungnya, keuntungan adalah hal yang paling penting.”Pelayan menghidangkan makanan ke atas meja. Lidya meletakkan gelas anggur di samping, lalu mengangkat garpu dan pisaunya. “Sudahlah, ayo makan dulu.”Jessie tidak bergerak sama sekali. Dia terdiam beberapa saat, lalu berkata, “Aku merasa ada yang aneh dengan ucapanmu. Kalau kamu merasa perasaan itu tidak bisa diandalkan, kenapa kamu memilih untuk menikah?”Ekspresi Lidya seketika menjadi kaku. “Apa menikah ada hubungannya dengan perasaan? Kamu terlalu lugu.”Jessie menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Daniel yang tidak bersuara dari tadi. “Paman, apa kamu juga beranggapan seperti itu?”“Emm ….” Daniel spontan