Saat Jerry hendak berbicara, Jody pun duluan berkata, “Biarkan Jessie menjaganya. Beberapa hari ini dia juga sudah banyak membantu Jessie.”“Terserah.” Jerry duluan keluar kamar.Setelah mereka berdua meninggalkan kamar, Jessie duduk di bangku. Ketika melihat gelas kosong di atas meja, Jessie berdiri hendak menuangkan air untuknya. Tetiba dia menemukan selembar kertas yang ditimpa di bawah ponsel.Jessie mengambil kertas itu dengan penasaran. Dia merasa sangat tidak asing dengan nomor ponsel itu. Saking familiernya, Jessie pun tahu siapa pemilik nomor itu.Sore harinya, Jules baru terbangun dari tidur lelapnya. Dia memegang keningnya. Sekarang dia merasa lebih enakan. Saat memalingkan kepalanya, tampak Jessie yang sedang ketiduran di bangku samping.Jules merasa kaget. Dia mengira dirinya sedang bermimpi tadi. Jules pun berdiri, lalu menarik selimut ke sisi bangku. Tatapannya tertuju pada wajah gadis yang sedang tertidur lelap. Apalagi ketika melihat air liur di ujung bibir Jessie, Jul
Raut wajah Lisa memucat. Tangan yang diletakkan di atas paha spontan dikepal erat. Bukankah Jules sedang lupa ingatan? Kenapa Jules kepikiran untuk menyelidikinya? Bukankah seharusnya Jules percaya dengan omongannya?“Jules, aku memang diskors, tapi aku benar-benar ….”“Kamu ingin bilang kamu difitnah? Kamu tidak bersalah?” Jules yang membongkarnya. “Aku memang tidak ingat sama masalah dulu lagi, tapi bukan berarti aku bodoh.”Lisa tertegun di tempat.“Sebenarnya aku hampir saja percaya dengan omonganmu waktu itu. Tapi kamu tidak seharusnya ingatin aku mengenai masalah Jessie dan juga kakaknya.”Memang benar, Jules hampir memercayai omongan Lisa waktu itu. Hanya saja, dia bukan memercayai semuanya. Berhubung Lisa mengatakan dirinya berteman dengan Jessie, kenapa Lisa malah memberitahunya bahwa Jessie dan abangnya sangat membencinya? Jules malah merasa Lisa ingin menarik rasa percaya Jules.Setelah pertemuan itu, Jules menyuruh Derrick memeriksa identitas dari pemilik nomor ponsel itu.
Pernikahan antar keluarga kaya sangatlah sering dijumpai. Biasanya kedua keluarga mesti memiliki latar belakang yang setara. Perbincangan kedua pelayan tidak terdengar oleh Jessie dan Jules. Jessie memutar pena di tangannya, lalu mendengar Jules menjelaskan soal latihan. Sebenarnya Jessie sedang tidak fokus, ada sesuatu yang mengganjal hatinya.Jules memiringkan kepala untuk melihat Jessie. Ketika menyadari Jessie sedang tidak fokus, dia pun mengetuk kepala Jessie dengan pena. “Yang serius.”Jessie mengusap kepalanya. “Kamu lagi ngapain?”“Kalau kamu tidak serius, aku tidak akan ajari kamu lagi,” ucap Jules dengan nada mengancam.Jessie mencemberutkan bibirnya sembari menggaruk kepalanya. “Apa aku boleh tanya satu hal?”Sebenarnya Jessie bukanlah tipe orang yang bisa memendam masalah, apalagi masalah itu sangat mengganggunya. Jules sedang menebak apa yang hendak ditanyakan Jessie. “Apa?”“Itu ….” Kening Jessie sedikit berkerut. “Kenapa kamu bisa ada nomor ponsel Lisa?”Sesungguhnya J
Tiba-tiba Inggrid tersenyum. Dia mengisap rokok, lalu mengembuskan asapnya. “Jarang sekali aku bertemu gadis muda yang begitu ambisius.”Inggris membuang rokok ke dalam gelas. “Kalau kamu yakin dengan rencanamu, aku pun akan memilih untuk memercayaimu. Kalau sampai rencanamu gagal, nasibmu akan berakhir miris. Apa kamu mengerti?”Lisa menggigit bibir bawahnya. Dia tidak boleh gagal dalam rencananya. “Kamu tenang saja.”Inggrid berdiri, lalu membawa anggotanya meninggalkan tempat. Sewaktu berjalan di sisi koridor, salah seorang bawahan yang berdiri di belakang Inggrid bertanya dengan bingung, “Bu Inggrid, kamu malah percaya sama ucapan dia? Apa kamu yakin dia bukan lagi sembarangan?”Lelaki itu sungguh tidak habis pikir kenapa bosnya begitu membantu adiknya Delon. Padahal dia baru berusia belasan tahun saja, dia malah sudah tahu memanfaatkan kekuasaan. Anak itu sungguh mengerikan.Inggrid tersenyum. “Apa yang kamu mengerti? Gadis itu bisa jadi orang sadis nantinya. Aku bisa membantunya
Jules juga tidak bersuara. Pada saat ini pintu kamar terbuka. “Ayah ….”Lisa memeluk sebuket bunga tertegun di tempat. Awalnya dia ingin menggunakan cara salah masuk kamar supaya Andreas bisa melihatnya. Dia juga sudah menduga ada Jules di dalam kamar, tetapi dia tidak menyangka Jessie juga ada di tempat!“Ma … maaf! Aku kira ini kamar ayahku.” Saat Lisa hendak berjalan pergi, Andreas malah menghentikannya.Lisa menoleh. “Ada urusan apa?”“Nak, apa kamu sudah melupakanku? Kamu sudah menyelamatkanku waktu itu.” Sikap Andreas tidak sedingin ketika mereka berbicara pada malam hari itu. Sebab, Lisa telah menjadi “penyelamat” Andreas.Lisa berlagak baru mengingatnya. “Ternyata kamu orangnya?”“Ayahmu juga dirawat di rumah sakit ini?”Lisa menunduk sembari tersenyum. “Iya.”Tiba-tiba Andreas kepikiran dengan apa yang dikatakan Lisa malam itu. Ayahnya sedang sakit. Jadi, Lisa mesti bekerja demi meringankan beban keluarga. “Kamu memang anak yang pengertian.”Pujian itu malah tidak membuat Lis
“Bukan itu maksudku.”Jessie merasa bingung.Kali ini, Jules mendekatinya. “Kamu tahu dia orangnya gimana, tapi kamu malah tidak buka aibnya. Jessie, meskipun kamu tadi berbohong bilang dia bukan teman kita, kakekku bakal lebih waspada sama dia.”Lisa memang telah menyelamatkan nyawa Andreas. Sekarang semua itu juga belum dipastikan murni adalah kebetulan belaka atau sudah direncanakan. Hanya saja, Andreas sangat memercayainya sekarang.Jessie kembali bersuara, “Tapi dia pernah menyelamatkan kakekmu ….”“Apa kamu benar-benar merasa semua ini hanya kebetulan saja?”“Memangnya bukan?”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu menekan-nekan keningnya. Beberapa saat kemudian, Jules berkata, “Akhirnya aku tahu kenapa kedua kakakmu begitu melindungimu.”Jessie menatap Jules dengan bingung.“Baik hati dan tidak punya otak itu berbeda.” Jules berjalan melewati sisi Jessie. “Tapi semuanya terasa wajar. Apalagi kamu itu nona muda yang dimanjakan sejak kecil. Kamu tidak tahu betapa sadisnya dunia di
Lisa terpaksa menenangkan Jessie.Jessie mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku pulang dulu.”Kemudian, Jessie berbalik badan berjalan memasuki mobil.Lisa memandang mobil yang semakin menjauh sembari menggigit erat bibirnya. Demi rahasianya tidak terbongkar, jangan-jangan Lisa berharap ayahnya jatuh sakit dalam waktu dekat ini?…Mobil berhenti di kompleks perumahan. Jessie menurunkan jendela mobil menatap gedung di depan sana sembari merenung dalam waktu lama.Sopir menoleh, lalu bertanya, “Nona, kamu cari siapa di sini?”Jessie membalas, “Aku akan segera kembali.” Kemudian, Jessie menuruni mobil. Jessie berjalan ke lantai atas dengan perlahan, lalu berhenti di depan pintu rumah Lisa. Waktu tiga tahun sudah berlalu. Entah Lisa masih tinggal di sini atau tidak.Namun, Jessie ingin memastikannya. Dia mengetuk pintu. Tidak ada balasan dari dalam rumah.Kebetulan ada tetangga yang berjalan keluar rumah. Dia melihat ke sisi Jessie, lalu mengamatinya dengan saksama. “Nak, kamu cari siapa?”“
Lisa tidak menolak semua pemberian Jessie, melainkan malah menikmatinya. Itu berarti Lisa memang cukup tamak.Jules berjalan ke dalam ruangan VIP. “Maaf, aku datangnya telat.”Andreas berkata, “Kebetulan makanannya juga belum dihidangkan.”Jules duduk, lalu bertatapan dengan Jessie. Jessie segera mengalihkan pandangannya.Sewaktu makan, hanya senior saja yang bersuara. Jessie hanya fokus dalam makanannya saja.Jerry mengira Jessie merasa tidak senang dengan keberadaan Lisa. Dia mengambilkan sepotong sayap ayam untuk Jessie. “Makanlah. Jangan sampai ada yang mempengaruhi selera makanmu.”Tentu saja mereka tahu siapa yang dimaksud Jerry. Raut wajah Lisa tampak sangat muram.Jules juga mengambilkan sayuran untuk Jessie. Dia berkata dengan setengah bercanda, “Gimana kalau aku pesankan otak-otak? Biar kamu lebih pintar.”Jessie sungguh kesal. “Kamu saja yang makan otak-otak.”Suara Jessie sangatlah keras.Steven dan yang lain menghentikan santapan mereka, lalu melihat ke sisi anak-anak. “K
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me