Jules juga tidak bersuara. Pada saat ini pintu kamar terbuka. “Ayah ….”Lisa memeluk sebuket bunga tertegun di tempat. Awalnya dia ingin menggunakan cara salah masuk kamar supaya Andreas bisa melihatnya. Dia juga sudah menduga ada Jules di dalam kamar, tetapi dia tidak menyangka Jessie juga ada di tempat!“Ma … maaf! Aku kira ini kamar ayahku.” Saat Lisa hendak berjalan pergi, Andreas malah menghentikannya.Lisa menoleh. “Ada urusan apa?”“Nak, apa kamu sudah melupakanku? Kamu sudah menyelamatkanku waktu itu.” Sikap Andreas tidak sedingin ketika mereka berbicara pada malam hari itu. Sebab, Lisa telah menjadi “penyelamat” Andreas.Lisa berlagak baru mengingatnya. “Ternyata kamu orangnya?”“Ayahmu juga dirawat di rumah sakit ini?”Lisa menunduk sembari tersenyum. “Iya.”Tiba-tiba Andreas kepikiran dengan apa yang dikatakan Lisa malam itu. Ayahnya sedang sakit. Jadi, Lisa mesti bekerja demi meringankan beban keluarga. “Kamu memang anak yang pengertian.”Pujian itu malah tidak membuat Lis
“Bukan itu maksudku.”Jessie merasa bingung.Kali ini, Jules mendekatinya. “Kamu tahu dia orangnya gimana, tapi kamu malah tidak buka aibnya. Jessie, meskipun kamu tadi berbohong bilang dia bukan teman kita, kakekku bakal lebih waspada sama dia.”Lisa memang telah menyelamatkan nyawa Andreas. Sekarang semua itu juga belum dipastikan murni adalah kebetulan belaka atau sudah direncanakan. Hanya saja, Andreas sangat memercayainya sekarang.Jessie kembali bersuara, “Tapi dia pernah menyelamatkan kakekmu ….”“Apa kamu benar-benar merasa semua ini hanya kebetulan saja?”“Memangnya bukan?”Jules menarik napas dalam-dalam, lalu menekan-nekan keningnya. Beberapa saat kemudian, Jules berkata, “Akhirnya aku tahu kenapa kedua kakakmu begitu melindungimu.”Jessie menatap Jules dengan bingung.“Baik hati dan tidak punya otak itu berbeda.” Jules berjalan melewati sisi Jessie. “Tapi semuanya terasa wajar. Apalagi kamu itu nona muda yang dimanjakan sejak kecil. Kamu tidak tahu betapa sadisnya dunia di
Lisa terpaksa menenangkan Jessie.Jessie mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku pulang dulu.”Kemudian, Jessie berbalik badan berjalan memasuki mobil.Lisa memandang mobil yang semakin menjauh sembari menggigit erat bibirnya. Demi rahasianya tidak terbongkar, jangan-jangan Lisa berharap ayahnya jatuh sakit dalam waktu dekat ini?…Mobil berhenti di kompleks perumahan. Jessie menurunkan jendela mobil menatap gedung di depan sana sembari merenung dalam waktu lama.Sopir menoleh, lalu bertanya, “Nona, kamu cari siapa di sini?”Jessie membalas, “Aku akan segera kembali.” Kemudian, Jessie menuruni mobil. Jessie berjalan ke lantai atas dengan perlahan, lalu berhenti di depan pintu rumah Lisa. Waktu tiga tahun sudah berlalu. Entah Lisa masih tinggal di sini atau tidak.Namun, Jessie ingin memastikannya. Dia mengetuk pintu. Tidak ada balasan dari dalam rumah.Kebetulan ada tetangga yang berjalan keluar rumah. Dia melihat ke sisi Jessie, lalu mengamatinya dengan saksama. “Nak, kamu cari siapa?”“
Lisa tidak menolak semua pemberian Jessie, melainkan malah menikmatinya. Itu berarti Lisa memang cukup tamak.Jules berjalan ke dalam ruangan VIP. “Maaf, aku datangnya telat.”Andreas berkata, “Kebetulan makanannya juga belum dihidangkan.”Jules duduk, lalu bertatapan dengan Jessie. Jessie segera mengalihkan pandangannya.Sewaktu makan, hanya senior saja yang bersuara. Jessie hanya fokus dalam makanannya saja.Jerry mengira Jessie merasa tidak senang dengan keberadaan Lisa. Dia mengambilkan sepotong sayap ayam untuk Jessie. “Makanlah. Jangan sampai ada yang mempengaruhi selera makanmu.”Tentu saja mereka tahu siapa yang dimaksud Jerry. Raut wajah Lisa tampak sangat muram.Jules juga mengambilkan sayuran untuk Jessie. Dia berkata dengan setengah bercanda, “Gimana kalau aku pesankan otak-otak? Biar kamu lebih pintar.”Jessie sungguh kesal. “Kamu saja yang makan otak-otak.”Suara Jessie sangatlah keras.Steven dan yang lain menghentikan santapan mereka, lalu melihat ke sisi anak-anak. “K
Lisa mengangguk sembari meremas erat ujung kemejanya.Jelas-jelas Keluarga Fernando memberi perintah kepada seluruh sekolah di ibu kota untuk tidak boleh menerima Lisa. Sekarang Jessie malah berlagak kasihan terhadapnya?Jessie menggandeng tangannya. “Kalau begitu, aku akan jelaskan masalah ini dengan Kakek.”Raut wajah Lisa langsung berubah. Dia merasa agak panik. “Nggak usah ….” Dia mengalihkan pandangannya. “Jessie, kamu nggak usah jelasin apa-apa.”“Kenapa nggak usah jelasin?”Jessie menatapnya. “Jangan-jangan kamu juga ingin Paman salah paham sama aku?”Lisa menggigit bibirnya dan tidak berbicara.“Lisa, sampai sekarang, kamu masih saja membohongiku?” Jessie sungguh tidak habis pikir. Seandainya Lisa mengakui bahwa ayahnya tidak jatuh sakit, dia hanya sedang berbohong saja, mungkin Jessie akan memberi kesempatan kepada Lisa.Ada kesempatan bagi orang yang ingin berubah. Namun, Lisa masih saja membohongi dirinya.Raut wajah Lisa berubah. “Jessie, kamu … apa yang lagi kamu katakan?”
Jessie adalah anak keluarga kaya yang dimanja sejak kecil, sedangkan Lisa adalah seorang anak patuh dan pengertian. Lagi pula, mereka sendiri juga sudah melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Siapa juga yang peduli dengan kenyataan?Raut wajah Steven berubah muram. Saat dia hendak berbicara, Andreas pun membujuknya, “Mungkin anak-anak hanya sedang bermain saja dan tidak sengaja terjatuh.”“Kamu tidak usah belain dia. Jessie itu anaknya egois. Sudah seharusnya dia diberi sedikit pelajaran.” Steven melihat ke sisi Jessie. “Cepat minta maaf kepada temanmu.”Jessie sungguh tidak menyangka kakeknya bahkan tidak memercayainya. Hatinya terasa kalut. Dia pun menjerit dengan menangis, “Aku sudah bilang bukan aku!” Kemudian, Jessie langsung berlari meninggalkan tempat.“Jessie, kamu ….” Steven tidak berhasil menghentikannya.Claire bersama ketiga anak di dalam ruangan mendengar keributan di luar sana. Saat mereka berjalan keluar ruangan, Jessie yang sedang menangis malah mendorong mereka, la
Seandainya Steven benar-benar salah paham terhadap Jessie, tentu saja dia akan minta maaf terhadap cucunya.Claire mengetuk pintu kamar, lalu membukanya. Tampak Jessie sedang berbaring di ranjang dengan sedih.Claire duduk di pinggir ranjang. “Jessie, Ibu percaya sama kamu.”Jessie membangkitkan tubuhnya. “Tapi Kakek nggak percaya sama aku.”“Kakekmu nggak tahu apa yang terjadi, mana mungkin dia percaya sama kamu.” Claire mengusap wajah putrinya. “Di dunia ini, ada banyak hal di luar dugaanmu, apalagi mengenai hati manusia. Kita memang nggak boleh celakai orang lain, tapi kita mesti waswas terhadap orang lain.”“Saat seseorang bersikap jahat sama kamu, kamu juga nggak boleh luluh, apalagi berharap orang itu akan berubah. Apa kamu mengerti?”Jessie menunduk. Waktu itu, Jessie memang sempat luluh ketika melihat Lisa. Jika tidak, mana mungkin Jessie tidak memberi tahu siapa pun mengenai masalah Lisa berbohong atas penyakit ayahnya.Setelah masalah ini, Jessie menyadari Lisa sedang memanfa
Lisa memang telah menyelamatkan nyawa Andreas. Namun, jika semuanya seperti yang dikatakan Jessie, dia berbohong dengan kesehatan ayahnya demi mendapatkan rasa percaya Andreas, sepertinya gadis berumur belasan tahun ini tidaklah sederhana.Ucapan Jessie tadi telah menimbulkan kecurigaan di hatinya. Sebelumnya Andreas mengira tidak ada yang bisa mengalahkan Jules ataupun kedua putra Keluarga Fernando, tak disangka dirinya telah meremehkan Lisa.Andreas bertanya dengan sinis, “Apa ayahmu tidak sakit?”Lisa tidak pernah dihina dengan sebegitu malunya. Dia ingin mengakui perbuatannya, tetapi dia tidak ingin kehilangan Keluarga Tanzil yang akan menjadi sandarannya.Ketika menyadari Andreas tidak memercayainya, Lisa pun menangis. “Bukan begitu, aku nggak pernah kepikiran untuk membohongi siapa pun. Kondisi tubuh ayahku memang nggak bagus.”Jessie menatap lisa. “Sekarang aku akan suruh kakakku untuk hubungi ayahmu.”Hampir saja Lisa menjerit. Seandainya mereka benar-benar menghubungi Paul, se