Julie menunduk sembari tersenyum. “Sebenarnya aku juga nggak melakukan apa-apa. Aku hanya ajari mereka untuk melipat burung dan bintang saja. Semuanya juga ajaran Albert dulu ….”Kepala panti mendekati Julie, lalu menggandeng tangannya. “Julie, aku tahu kamu tidak bisa melepaskan Albert. Albert itu anak baik, sayangnya ….”Tiba-tiba Julie memotong pembicaraannya. “Bu, kamu jangan lanjutkan lagi.”“Julie, kamu harus belajar untuk menghadapi kenyataan.” Kepala panti menarik napas dalam-dalam. Dia juga merasa sedih. “Jangan menyalahkan diri sendiri lagi.”Pada saat ini, Julie tidak bisa berlagak tegar lagi. Dia langsung menunduk. Julie akui dia bukanlah seorang wanita tegar. Meskipun selama beberapa tahun ini orang lain selalu salah paham terhadapnya, dia juga tidak peduli dengan pandangan mereka. Namun, ketika mengungkit masalah Albert, Julie tidak bisa menahan rasa sedihnya. Rasa sakit yang terpendam lama di hatinya langsung meledak saat ini.Kepala panti sungguh kasihan dengan Julie. D
Dimas terdiam beberapa saat. “Dulu juga sering datang?”“Iya, ada apa?”“Tidak apa-apa.” Dimas menunduk berpikir sejenak. Pada saat ini, dia menerima panggilan dari orang yang diutusnya untuk melakukan pemeriksaan.Orang di ujung telepon berkata, “Tuan Dimas, Aku sudah bertanya pada Tuan Eden. Kata Tuan Eden, dia tidak akrab dengan Nona Julie. Mereka hanya pernah bertemu dua kali saja, dia bahkan tidak memiliki nomor kontak Nona Julie. Dia bilang waktu itu dia kebetulan bertemu Nona Julie di restoran. Nona Julie mengajaknya makan juga karena ingin membahas masalah pameran saja.”Dimas tidak berbicara apa-apa, langsung mengakhiri panggilan. Tetiba ada orang yang menarik-narik luaran Dimas.Dimas menunduk, lalu tampak seorang anak perempuan sekitar umur 7-8 tahun. “Paman, apa kamu datang untuk mencari Kak Julie?”Kening Dimas tampak berkerut. Anak ini memanggil Dimas dengan sebutan “Paman”, tetapi memanggil Julie dengan sebutan “Kakak”. Apa Dimas setua itu?Dimas menarik napas dalam-dala
Pundak Julie tampak gemetar. Dia menepis tangan Dimas, lalu memelototi Dimas dengan kedua mata merahnya. “Aku memang suka menginjak-injak diri sendiri. Tapi memangnya kenapa? Semua itu urusanku. Kamu nggak berhak buat komentari aku.”“Jadi?” Raut wajah Dimas sangatlah tenang. “Apa hasil akhir dari menginjak diri sendiri? Apa dengan menghancurkan nama baikmu, orang yang sudah meninggal akan hidup kembali?”Bulu mata Julie tampak gemetar. Dia menggigit erat bibirnya. Tangan yang diletakkan di sisi tubuhnya spontan dikepal erat.Orang yang sudah meninggal? Bagaimana orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali? Apa ada keajaiban seperti ini di dunia ini?Masalah sudah terjadi. Julie menyaksikan sendiri kematian Albert. Saat dirinya dikremasi, Julie juga ada di tempat. Dia mengantar Albert hingga akhir. Sekarang Julie sudah tidak bisa mengubah keadaan.Seandainya semuanya bisa diulang kembali, Julie sungguh berharap yang mati itu adalah dirinya sendiri!Setelah terdiam beberapa saat, Juli
Julie menunduk. Selama beberapa tahun ini, dia sangat membenci ayahnya lantaran insiden yang menimpa Albert. Hanya saja, dia juga telah mengabaikan rasa peduli ibunya terhadapnya.Pada akhirnya, anggota keluarganya malah membiarkan Julie untuk berbuat semena-mena. Dia hanya memedulikan rasa bencinya saja. Dia malah mengabaikan orang-orang yang memedulikannya.Julie tidak bisa melupakan masalah ini. Kematian Albert membuat Julie tidak bisa melewati hidupnya dengan bahagia.Hari ini, Julie baru mengerti maksud hati Albert. Albert membiarkan Julie hidup bukan demi membuat Julie hidup dalam rasa bersalahnya.Dua hari kemudian.Herbert mengumumkan kabar Julie menjadi cucu angkatnya di publik. Dia juga mengklarifikasi masalah perceraian Julie dengan cucunya. Mereka bisa bercerai bukan karena gosip yang menerpa Julie, melainkan karena karakter keduanya tidaklah cocok. Mereka perlu waktu untuk mengenal dari awal, baru membuat keputusan baru nantinya.Di depan media, Herbert sangat mendukung Ju
Julie berjalan ke depan meja. “Ada urusan apa?”“Tidak ada urusan apa-apa.” Dimas berjalan masuk, lalu melihat sekilas lukisan yang digantung di dinding. “Aku hanya datang untuk melihat pameran Nona Julie saja.”Julie tertegun sejenak. “Kenapa kamu nggak datang di siang hari tadi?”Dimas mengalihkan pandangannya. “Aku tidak ada waktu tadi.”Julie berdecak, lalu lanjut memasang bingkai. “Kamu memang gila, lihat pameran di malam hari.”Dimas menatapnya dengan mengerutkan keningnya. “Bisa bicara baik-baik?”“Cara bicara aku memang seperti ini.”Julie kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Oh, sekarang aku itu adik angkatmu. Aku harus menghormati kakakku ini, ya?”Dimas terkekeh. “Kakek berpesan agar kita bisa berhubungan dengan rukun. Bukannya kamu sudah janji sama Kakek?”“Sepertinya hantu juga nggak percaya kamu akan berhubungan baik sama aku?”Kali ini Dimas tidak berbicara.Julie melambaikan tangannya. “Sudahlah! Aku juga nggak berharap untuk berhubungan rukun sama kamu. Aku sudah cukup be
Terkadang sesuatu tidak bisa dilihat dari mata, mesti dilihat dari hati.….Cuaca hari ini sangat cerah. Pancaran sinar matahari terasa sangat hangat.Julie membawa ketiga anak-anak bermain di taman bermain. Siapa sangka, mereka malah bertemu dengan Hiro dan Dimas di sana.Jessie berlari ke sisi mereka dengan tersenyum. “Kak Hiro, Paman Dimas!”Jerry dan Jody melihat ke sisi Julie. Julie melipat kedua tangannya sembari berdecak. “Sejak kapan adik sepupuku bergaul sama cowok itu?”Selain itu, untuk apa Dimas datang ke taman bermain? Langka sekali.Hiro melihat mereka. “Kebetulan.”Jerry ikut berdecak. “Memang cukup kebetulan.”Kebetulan yang luar biasa!Hanya saja, Hiro bukan datang sendirian, melainkan datang bersama Dimas. Jadi, mereka juga tidak perhitungan. Anak-anak langsung pergi ke wahana permainan, meninggalkan Julie dan Dimas di tempat. Beberapa saat kemudian, Julie baru berkata dengan terpaksa, “Semalam … terima kasih ya.”Julie berterima kasih karena Dimas meninggalkan payung
Saat menjelang sore, anak-anak baru terpaksa pulang.Awalnya Jessie dan kedua abangnya duduk semobil dengan Julie. Namun sekarang, malah jadi keempat anak-anak duduk semobil. Julie menatap mereka yang mencampakkan dirinya sembari berdecak. “Memang nggak sopan. Keterlaluan!”Sepertinya anak-anak sudah bersekongkol.Dimas menurunkan jendela mobil, lalu mengangkat kepalanya. “Kamu tidak mau pulang?”Julie tertegun sejenak. Namun, tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bergumam, “Aku nggak mau duduk satu mobil sama kamu.”Sebelumnya Julie ditinggalkan di KUA. Dia masih tidak bisa melupakan masalah ini. Siapa tahu apalagi yang akan dilakukan Dimas kali ini.Dimas tahu Julie masih marah dengan masalah waktu itu. Dia pun melembutkan nada bicaranya. “Kali ini aku benar-benar antar kamu pulang.”“Serius?” Julie tersenyum. “Gimana kalau kamu suruh aku turun di jalan tol?”Dulu ketika Julie menyindir Dimas, Dimas pasti sudah kehilangan kesabarannya, langsung menyuruh sopir untuk menjalankan mobil. N
“Qintari, apa yang lagi kamu katakan?” Raut Willy berubah muram.Bahkan Willy saja mesti bersikap sungkan terhadap Keluarga Ozara. Meski Keluarga Ozara ingin membersihkan nama Julie, Willy juga tidak berani berkata lain.Qintari merasa geram. “Memangnya ada yang salah dengan ucapanku? Kalau bukan karena dia, aku dan Joshua pun sudah menikah. Wanita jalang yang kerjaan rebut cowok orang lain itu masih berani berdiri di hadapanku?”“Tuan Dimas, bukannya waktu itu kamu sangat membenci wanita ini? Kenapa sekarang kamu malah terpesona dengan wanita jalang ini?” Kemudian, Qintari mendengus dingin, lalu melihat ke sisi Julie. “Wanita jalang itu memang hebat. Tak disangka kamu bisa mendapatkan hati Keluarga Ozara dalam waktu sesingkat ini. Sekarang bahkan anggota Keluarga Ozara begitu membelamu. Jangan-jangan kamu layani dua-duanya ….”“Plak!” Willy langsung menampar Qintari. Qintari pun melihat ayahnya dengan bingung. “Ayah?”Raut Willy tampak gusar saat ini. “Apa kamu sadar apa yang lagi ka