Pada akhirnya Julie menutup ponselnya. Dia tidak ingin membaca komentar apa pun.Berhubung para wartawan sengaja menyalahartikan maksud ucapan Julie, setelah berita diekspos, nama Julie pun dicap dengan stigma “genit dan arogan”. Padahal sekarang masih masa Hari Raya, dia pun diserang oleh berita buruk.Semua orang mengira Julie bukanlah wanita baik-baik. Dia tidak menyadari kesalahannya, malah bersikap arogan setelah bercerai. Berbagai macam komentar buruk memenuhi kolom komentar.Kemudian, penerbit majalah menerima panggilan dari Herbert. Entah apa yang dikatakan Herbert, bos penerbit majalah pun terkejut langsung berlari ke departemen untuk bertanya, “Di mana 5.000 majalah yang kalian cetak semalam?”“Semuanya sudah didistribusikan.”Raut wajah pemilik penerbit pun berubah. “Segera hubungi mereka untuk tarik kembali majalah itu. Majalah itu tidak boleh diterbitkan. Jika tidak, kita semua akan celaka!”Semua orang kewalahan untuk menangani masalah ini. Pada akhirnya, mereka hanya ber
Julie menunduk sembari tersenyum. “Sebenarnya aku juga nggak melakukan apa-apa. Aku hanya ajari mereka untuk melipat burung dan bintang saja. Semuanya juga ajaran Albert dulu ….”Kepala panti mendekati Julie, lalu menggandeng tangannya. “Julie, aku tahu kamu tidak bisa melepaskan Albert. Albert itu anak baik, sayangnya ….”Tiba-tiba Julie memotong pembicaraannya. “Bu, kamu jangan lanjutkan lagi.”“Julie, kamu harus belajar untuk menghadapi kenyataan.” Kepala panti menarik napas dalam-dalam. Dia juga merasa sedih. “Jangan menyalahkan diri sendiri lagi.”Pada saat ini, Julie tidak bisa berlagak tegar lagi. Dia langsung menunduk. Julie akui dia bukanlah seorang wanita tegar. Meskipun selama beberapa tahun ini orang lain selalu salah paham terhadapnya, dia juga tidak peduli dengan pandangan mereka. Namun, ketika mengungkit masalah Albert, Julie tidak bisa menahan rasa sedihnya. Rasa sakit yang terpendam lama di hatinya langsung meledak saat ini.Kepala panti sungguh kasihan dengan Julie. D
Dimas terdiam beberapa saat. “Dulu juga sering datang?”“Iya, ada apa?”“Tidak apa-apa.” Dimas menunduk berpikir sejenak. Pada saat ini, dia menerima panggilan dari orang yang diutusnya untuk melakukan pemeriksaan.Orang di ujung telepon berkata, “Tuan Dimas, Aku sudah bertanya pada Tuan Eden. Kata Tuan Eden, dia tidak akrab dengan Nona Julie. Mereka hanya pernah bertemu dua kali saja, dia bahkan tidak memiliki nomor kontak Nona Julie. Dia bilang waktu itu dia kebetulan bertemu Nona Julie di restoran. Nona Julie mengajaknya makan juga karena ingin membahas masalah pameran saja.”Dimas tidak berbicara apa-apa, langsung mengakhiri panggilan. Tetiba ada orang yang menarik-narik luaran Dimas.Dimas menunduk, lalu tampak seorang anak perempuan sekitar umur 7-8 tahun. “Paman, apa kamu datang untuk mencari Kak Julie?”Kening Dimas tampak berkerut. Anak ini memanggil Dimas dengan sebutan “Paman”, tetapi memanggil Julie dengan sebutan “Kakak”. Apa Dimas setua itu?Dimas menarik napas dalam-dala
Pundak Julie tampak gemetar. Dia menepis tangan Dimas, lalu memelototi Dimas dengan kedua mata merahnya. “Aku memang suka menginjak-injak diri sendiri. Tapi memangnya kenapa? Semua itu urusanku. Kamu nggak berhak buat komentari aku.”“Jadi?” Raut wajah Dimas sangatlah tenang. “Apa hasil akhir dari menginjak diri sendiri? Apa dengan menghancurkan nama baikmu, orang yang sudah meninggal akan hidup kembali?”Bulu mata Julie tampak gemetar. Dia menggigit erat bibirnya. Tangan yang diletakkan di sisi tubuhnya spontan dikepal erat.Orang yang sudah meninggal? Bagaimana orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali? Apa ada keajaiban seperti ini di dunia ini?Masalah sudah terjadi. Julie menyaksikan sendiri kematian Albert. Saat dirinya dikremasi, Julie juga ada di tempat. Dia mengantar Albert hingga akhir. Sekarang Julie sudah tidak bisa mengubah keadaan.Seandainya semuanya bisa diulang kembali, Julie sungguh berharap yang mati itu adalah dirinya sendiri!Setelah terdiam beberapa saat, Juli
Julie menunduk. Selama beberapa tahun ini, dia sangat membenci ayahnya lantaran insiden yang menimpa Albert. Hanya saja, dia juga telah mengabaikan rasa peduli ibunya terhadapnya.Pada akhirnya, anggota keluarganya malah membiarkan Julie untuk berbuat semena-mena. Dia hanya memedulikan rasa bencinya saja. Dia malah mengabaikan orang-orang yang memedulikannya.Julie tidak bisa melupakan masalah ini. Kematian Albert membuat Julie tidak bisa melewati hidupnya dengan bahagia.Hari ini, Julie baru mengerti maksud hati Albert. Albert membiarkan Julie hidup bukan demi membuat Julie hidup dalam rasa bersalahnya.Dua hari kemudian.Herbert mengumumkan kabar Julie menjadi cucu angkatnya di publik. Dia juga mengklarifikasi masalah perceraian Julie dengan cucunya. Mereka bisa bercerai bukan karena gosip yang menerpa Julie, melainkan karena karakter keduanya tidaklah cocok. Mereka perlu waktu untuk mengenal dari awal, baru membuat keputusan baru nantinya.Di depan media, Herbert sangat mendukung Ju
Julie berjalan ke depan meja. “Ada urusan apa?”“Tidak ada urusan apa-apa.” Dimas berjalan masuk, lalu melihat sekilas lukisan yang digantung di dinding. “Aku hanya datang untuk melihat pameran Nona Julie saja.”Julie tertegun sejenak. “Kenapa kamu nggak datang di siang hari tadi?”Dimas mengalihkan pandangannya. “Aku tidak ada waktu tadi.”Julie berdecak, lalu lanjut memasang bingkai. “Kamu memang gila, lihat pameran di malam hari.”Dimas menatapnya dengan mengerutkan keningnya. “Bisa bicara baik-baik?”“Cara bicara aku memang seperti ini.”Julie kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Oh, sekarang aku itu adik angkatmu. Aku harus menghormati kakakku ini, ya?”Dimas terkekeh. “Kakek berpesan agar kita bisa berhubungan dengan rukun. Bukannya kamu sudah janji sama Kakek?”“Sepertinya hantu juga nggak percaya kamu akan berhubungan baik sama aku?”Kali ini Dimas tidak berbicara.Julie melambaikan tangannya. “Sudahlah! Aku juga nggak berharap untuk berhubungan rukun sama kamu. Aku sudah cukup be
Terkadang sesuatu tidak bisa dilihat dari mata, mesti dilihat dari hati.….Cuaca hari ini sangat cerah. Pancaran sinar matahari terasa sangat hangat.Julie membawa ketiga anak-anak bermain di taman bermain. Siapa sangka, mereka malah bertemu dengan Hiro dan Dimas di sana.Jessie berlari ke sisi mereka dengan tersenyum. “Kak Hiro, Paman Dimas!”Jerry dan Jody melihat ke sisi Julie. Julie melipat kedua tangannya sembari berdecak. “Sejak kapan adik sepupuku bergaul sama cowok itu?”Selain itu, untuk apa Dimas datang ke taman bermain? Langka sekali.Hiro melihat mereka. “Kebetulan.”Jerry ikut berdecak. “Memang cukup kebetulan.”Kebetulan yang luar biasa!Hanya saja, Hiro bukan datang sendirian, melainkan datang bersama Dimas. Jadi, mereka juga tidak perhitungan. Anak-anak langsung pergi ke wahana permainan, meninggalkan Julie dan Dimas di tempat. Beberapa saat kemudian, Julie baru berkata dengan terpaksa, “Semalam … terima kasih ya.”Julie berterima kasih karena Dimas meninggalkan payung
Saat menjelang sore, anak-anak baru terpaksa pulang.Awalnya Jessie dan kedua abangnya duduk semobil dengan Julie. Namun sekarang, malah jadi keempat anak-anak duduk semobil. Julie menatap mereka yang mencampakkan dirinya sembari berdecak. “Memang nggak sopan. Keterlaluan!”Sepertinya anak-anak sudah bersekongkol.Dimas menurunkan jendela mobil, lalu mengangkat kepalanya. “Kamu tidak mau pulang?”Julie tertegun sejenak. Namun, tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bergumam, “Aku nggak mau duduk satu mobil sama kamu.”Sebelumnya Julie ditinggalkan di KUA. Dia masih tidak bisa melupakan masalah ini. Siapa tahu apalagi yang akan dilakukan Dimas kali ini.Dimas tahu Julie masih marah dengan masalah waktu itu. Dia pun melembutkan nada bicaranya. “Kali ini aku benar-benar antar kamu pulang.”“Serius?” Julie tersenyum. “Gimana kalau kamu suruh aku turun di jalan tol?”Dulu ketika Julie menyindir Dimas, Dimas pasti sudah kehilangan kesabarannya, langsung menyuruh sopir untuk menjalankan mobil. N
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me