Namun sebenarnya Jessie tidak pernah menganggap Lisa sebagai pengikutnya. Kenapa dia bisa merasa dirinya mirip seorang pengikut? Semua itu pasti karena Lisa terlalu tidak percaya diri.Jadi, Jessie baru memberikan hadiah mahal kepada Lisa. Semua yang dimiliki Jessie akan diberikan kepada Lisa. Dia berharap Lisa tidak meremehkan dirinya sendiri. Dia juga bisa menjadi tuan putri.Hingga suatu hari, pada saat pelajaran senam, Jessie pergi mengganti pakaian olahraga. Dia mendengar ada yang berkata, ‘Apa Jessie itu bodoh? Dia royal banget sama Lisa? Sepertinya dia nggak tahu Lisa jelek-jelekin dia di belakang?’‘Dia kan memang gadis bodoh yang suka hambur-hamburin uang. Padahal keluarganya kaya sekali, dia malah pergi menjilat Lisa yang miskin itu. Pantas saja Lisa nggak menganggapnya.’Jessie merasa sangat sedih. Dia tidak tahu kesalahan apa yang dia perbuat. Dia hanya ingin mendapat pengakuan dari temannya saja. Namun, padahal Jessie mengetahui semuanya, dia hanya bisa berlagak tidak meng
Jessie terbengong sejenak. Jujur saja, Yura sudah tahu masalah pamer barang di akun sosial media Lisa. Seandainya dia benar-benar ingin mempermainkan Lisa, dia pasti sudah mengeksposnya sejak dulu.“Tapi … tapi bukannya kamu sangat membenci Lisa?” Seandainya bukan karena benci, kenapa dia selalu menindas Lisa?Yura tersenyum. “Kamu memang sangat lugu. Kenapa aku bisa membencinya? Apa kamu nggak mengerti sampai sekarang?”Yura membenci Lisa karena dia adalah wanita bermuka dua. Dia bahkan mengatakan barang mewah pemberian temannya sendiri adalah miliknya.Miskin bukanlah alasan. Siapa suruh Lisa serakah dan bermuka dua.Dengan mengandalkan fotonya sebagai selebgram, Lisa pun memiliki banyak penggemar. Dia mulai memiliki sedikit ketenaran di sosial media. Hanya saja, dia malah berlagak miskin dan malang di hadapan Jessie, menunggu “sedekah” dari Jessie. Yura paling tidak menyukai orang seperti ini.Terlebih, ada banyak murid yang berasal dari latar keluarga tidak bagus yang bersekolah di
Namun setelah kepergian Jules, hubungan Jessie dengan Lisa juga tidak seperti dahulu kala.Hiro menatap Jessie. Wajahnya kelihatan pucat dan kecewa. Namun, dia masih memaksakan diri untuk tersenyum.Hiro tersenyum sejenak, lalu berbisik, “Tidak apa-apa, jalan hidup masih sangat panjang. Pasti kamu akan menemukan teman yang lebih baik lagi.” Hiro terdiam sejenak, lalu menambahkan, “Selamanya aku akan menjadi pelindung terkuatmu.”Jessie tertegun sejenak, lalu menggigit bibirnya. “Terima kasih, Kak Hiro.”Senyuman Hiro terlihat tipis. “Kamu nggak usah sungkan sama aku.”Setelah mengobrol beberapa saat dengan Hiro, suasana hatinya baru membaik. Setelah meninggalkan tempat, Jessie tersenyum, lalu berpamitan dengan melambaikan tangan. Hingga bayangan kecil menghilang dari bayangannya, senyuman di wajah Hiro baru menghilang.Hiro mengeluarkan ponsel untuk membaca pesan, lalu membalas. [ Jangan izinkan sekolah mana pun menerima Lisa. ]Sejak melihat Jessie berlari keluar perpustakaan dengan
Widya menatap Melia dengan bingung. “Apa kamu bantu aku pesan makanan?”Melia meliriknya. “Aku masih belum pesan.”Widya mengambil pesanan. Makanan yang dipesan lumayan banyak. Dia menyadari ada selembar memo di bawah kotak. Di atasnya tertera kalimat:[ Baru sembuh, makan yang bernutrisi. Aku tidak tahu kamu suka makan apa, tapi makanan restoran ini seharusnya enak-enak. ]Melia mendekati Widya, lalu membaca memo di tangannya. “Lumayan juga.”Widya menepisnya, lalu meremas memo di tangannya. “Lumayan apaan? Bukannya wajar diberi perhatian dari rekan kerja?”Saat Hendri baru bekerja di perusahaan, dia memperlakukan wanita dengan sangat sungkan. Jadi, dia tidak merasa Hendri sedang melakukan perlakuan istimewa terhadapnya.Seandainya yang berbaring di rumah sakit adalah orang lain, Hendri juga akan melakukan hal yang sama.….Keesokan harinya, Widya kembali bekerja. Claire tahu kabar Widya sakit. Saat menunggu lift, Claire kebetulan bertemu dengan Widya. “Apa kamu sudah sehat? Kenapa ka
“Hendri, beberapa tahun ini kamu cukup sukses juga, ya. Setelah sukses, kamu malah melupakan kawan-kawanmu.” Si lelaki mengenakan kalung emas merapikan kerah pakaian Hendri sembari tersenyum lebar. Sepertinya ada makna tersirat di balik ucapannya.Hendri melepaskan tangannya, lalu tersenyum. “Kamu juga kelihatan baik. Kita sebelas dua belas, lah.”Si lelaki mengeluarkan sekotak rokok. “Kami tidak bisa dibandingkan sama kamu. Jelas-jelas kita sama-sama masuk penjara. Sekarang, kamu malah sukses sekali.”Si lelaki menyerahkan sebatang rokok kepada Hendri.Hendri tidak menerimanya. “Aku tidak merokok lagi.”Si lelaki menggantungkan rokok di mulut, lalu menyalakannya. “Sekarang tidak mau rokok merek biasa?”Hendri menunduk sembari tersenyum. “Aku benar-benar sudah tidak merokok lagi, bukan tidak suka merek rokok itu.” Hendri menunduk melirik jam tangannya. “Waktu sudah tidak pagi lagi. Aku mesti berterima kasih kepada kalian sudah mengantarku pulang.”Si lelaki dengan gelang emas meletakka
Hanya ingin mendapatkan keuntungan dengan melakukan hal kriminal. Mereka melakukan semua itu hanya demi uang.Hendri tertegun sejenak.Jujur saja, Hendri juga merasa syok. Jelas-jelas Widya sudah mendengar semuanya, tetapi dia malah tidak menanyakan hubungannya dengan kedua lelaki itu, dia bahkan tidak mengubah pemikirannya terhadap Hendri, malah membujuk Hendri untuk jangan masuk jebakan orang itu.“Kamu ….” Pandangannya tertuju pada mini market di seberang. “Kamu mau minum apa?”Widya terbengong sejenak. “Apa pun boleh.”Hendri berjalan ke mini market, lalu membeli dua kaleng jus buah. Mereka berdua duduk di atas bangku panjang. Mobil di jalan tak berhenti melintas. Ada dua orang yang sedang menikmati satai di depan sana. Hendri tidak berbicara. Alhasil, Widya merasa sangat canggung, tapi dia tidak tahu bagaimana untuk bersuara. Dia pun terpaksa memaksakan dirinya. “Apa hubungan kamu dengan mereka sangat bagus?”Namun setelah bertanya, Widya pun menyesal. Seharusnya Hendri tidak aka
“Namanya orang dewasa. Hanya saja, Widya nggak pernah pacaran. Aku takut dia bakal bucin dan melakukan apa pun. Itulah alasannya aku datang ke sini.”Melia bisa mencari Claire juga demi mencari tahu kepribadian Hendri. Perkembangan hubungan mereka terlalu cepat. Sekarang mereka malah tidak pulang semalaman. Apa mungkin Claire tidak khawatir?Claire tersenyum. “Kamu harap tenang. Adikku nggak bakal cari kesempatan dalam kesempitan. Kalau dia benar-benar melakukan sesuatu, aku akan suruh dia untuk tanggung jawab.”“Baguslah kalau begitu …. Sebentar, Hendri itu adikmu?”Bukankah itu berarti Hendri itu adik iparnya Javier?…Widya bekerja di perusahaan. Saat melewati sisi karyawan, mereka semua dapat mencium aroma alkohol di tubuhnya. Hari ini Widya masih mengenakan pakaian semalam. “Sebenarnya kamu minum berapa banyak?”Widya mengendus tubuhnya. “Apa baunya berat sekali?”“Omong kosong. Sekarang satu koridor ini bau alkoholmu.” Karyawan tersebut melambaikan tangannya berusaha menyingkirka
Hendri menjelaskan, “Aku dengar-dengar Nona Airine pernah ganti banyak penata rias. Aku tidak yakin aku sanggup.”Airine membalas dengan tersenyum, “Beda, aku nggak suka dengan hasil riasan mereka.”Atasan mengangguk. “Airine sudah bilang sama aku. Hendri, coba kamu pertimbangkan.”Hendri meninggalkan kantor dengan wajah muram. Setelah Airine berjalan ke belakangnya, Airine mengikuti langkah Hendri dengan tersenyum, mendekatinya. “Ada bau alkohol di tubuhmu. Apa kamu suka minum alkohol?”Hendri langsung menjaga jarak. “Tidak suka. Minumnya kadang-kadang saja.”Riasan Airine lebih menor. Cara berpakaiannya juga sangat berlebihan dan terbuka. Hanya saja, seksinya boleh dikatakan tidak ada batasan. Hal yang paling tidak diduga Hendri adalah nyalinya sangatlah besar.Tampak Airine mengulurkan jari tangan untuk meraih kerah pakaian Hendri. “Dik, kalau ada waktu, kita bisa minum bersama.” Airine mendekatinya. “Kakak suka banget sama lelaki yang suci seperti kamu. Kakak bisa berikan apa yang
Ucapan ketus Ariel langsung membuat semua orang tertegun di tempat. Sepertinya sikap arogan Ariel berbeda seperti yang mereka bayangkan.Jodhiva tersenyum tipis. Dia langsung mengusap kepala Ariel di hadapan orang banyak. “Apa kamu lagi marah?”“Entah sejak kapan aku menyinggung anggotamu, bahkan dari mulut seorang wanita. Apa mungkin aku tidak marah?”Ariel mendorong tangannya, lalu menunjuk mereka. “Kalian ngomong baik-baik. Apa yang dikatakan Nona Oriana sama kalian? Apa yang sudah aku lakukan sama dia? Kalau kalian nggak bisa jawab, aku akan cari dia. Aku akan langsung koyak mulutnya.”“Kamu … kenapa kamu semakin susah diajak bicara?”Akhirnya mereka menyadari betapa arogannya Ariel.“Aku memang bukan tipe orang yang suka diajak bicara. Aku lebih suka melakukan sesuatu dengan tinjuan. Gimana kalau kalian mencobanya?Ariel juga telah menantang mereka. Mereka semua spontan melihat ke sisi Jodhiva. Bagaimanapun, Ariel adalah istrinya Jodhiva, mana mungkin mereka akan turun tangan ses
Dacia mendekati layar. “Biar dia ingat wajahku.”“Dia baru bisa ingat kalau kamu datang ke sini.” Jerremy menunduk menatap Jennie. “Benar, ‘kan? Kamu tidak boleh dengar bualan ibumu.”Dacia pun tersenyum. “Tenang saja. Tidak sampai setahun, aku pasti bisa menemani kalian lagi.”Jerremy melihat Dacia. “Kami tunggu kamu.”“Oh, ya, bagaimana kabar Clara?”“Dia baik-baik saja. Sejak dia didampingi oleh Grace, dia menjadi semakin periang dan bergaul dengan banyak teman. Dia dan Grace juga mengikuti kelas menari.”Dacia pun tersenyum. “Sepertinya Grace mendatangkan perubahan besar dalam hidupnya. Nanti aku akan bawakan hadiah buat mereka.”“Bagaimana dengan hadiahmu?”“Aku itu hadiahmu. Apa kamu menginginkannya?”Jerremy menutup telinga Jennie, lalu mendekati layar ponselnya. “Aku boleh membukanya?”“Mimpi.”Usai berbicara, Jerremy mengakhiri panggilan video.Jerremy terdiam membisu. Dia menunduk melihat Jennie, lalu menepis hidungnya. “Ibumu selalu saja menindasku. Aku akan beri pelajaran s
Para staf terkejut dan bertanya, “Kenapa tidak syuting di Kimiworld saja? Kita bisa mengundang aktor terkenal dari Negara Makronesia, seperti yang dilakukan Tuan Cahya saat itu.”Sutradara Proto menggelengkan kepala. “Beda. Alasan aku ingin syuting film ini di wilayah pelabuhan adalah karena suasana nostalgia yang kental di sana memberikan nuansa misteri. Efek yang aku cari adalah misteri, dengan fokus pada teka-teki bunuh diri NPC dan ingatan para karakter setelah minum alkohol.”Para staf saling berbisik, tampaknya sedang mempertimbangkan usulannya.Lance menyilangkan jari-jarinya di bawah dagu, tersenyum, lalu berkata, “Aku rasa usulan Tuan Proto sangat bagus. Bagaimanapun, naskah ini mempertahankan banyak elemen gaya zaman dulu, seperti penerbitan buku, kalender gantung di rumah mendiang, radio, dan sebagainya. Jika kita menggantinya dengan latar cerita zaman sekarang, nuansa misteri dalam cerita akan hilang.”Setelah berkata demikian, Lance menoleh ke Dacia. “Aku yakin Nona Dacia
Jodhiva mencium pipi Ariel. “Tenang saja, aku tahu apa yang mesti aku lakukan.”Keesokan harinya, Darman mencari Jodhiva ke vila. Jodhiva bertanya kenapa Darman tidak mengangkat panggilannya semalam. Darman pun terbengong sejenak. “Semalam ponselku hilang.”Jodhiva mengangkat kelopak matanya. “Hilang?”“Iya, semalam Nona Oriana ajak aku untuk minum bersama di bar. Lantaran minum kemalaman, aku pun mengantarnya pulang. Dari sana, aku menyadari ternyata ponselku hilang.Johiva menyesap kopi. “Kamu antar dia ke rumah? Apa kamu yakin mengantarnya ke rumah dengan selamat?”Darman mengangguk. “Iya, aku lihat sendiri dia baru pergi setelah meninggalkan rumah. Ada apa?”Jodhiva mengesampingkan cangkir kopinya dengan tersenyum. “Semalam dia telepon aku, katanya dia ketemu orang jahat di gang.”Darman merasa kaget. “Mana mungkin? Aku sudah mengantarnya ke rumah. Jangan-jangan dia keluar lagi? Apa Nona Oriana baik-baik saja?”“Tidak apa-apa. Aku dan Ariel sudah mengatasi masalah ini.” Jodhiva ber
“Nona Oriana, apa kamu masih mau tinggal di sana?” Ariel menoleh untuk melihat Oriana yang tidak bergerak.Kali ini, Oriana baru tersadar dari bengongnya. “Aku ….” Dia bergegas berjalan ke sisi Jodhiva. “Jody, aku benar-benar takut. Terima kasih sudah menyelamatkanku.”Jodhiva berkata dengan datar, “Orang yang menyelamatkanmu itu Ariel. Kamu seharusnya berterima kasih sama dia.”Oriana tertegun di tempat, lalu melihat ke sisi Ariel. Dia kelihatan sangat tidak bersedia. “Terima kasih.”Ariel berjalan kemari. “Jangan sungkan. Cukup serahkan mereka kepada polisi saja.”“Jangan ….” Tiba-tiba Oriana merasa gugup. Jika mereka diserahkan kepada pihak berwajib, bukannya masalah ini akan terbongkar?Ketika melihat Ariel dan Jodhiva yang bingung, Oriana segera menjelaskan, “Aku, maksudku … mereka juga nggak bikin kerugian apa-apa sama aku. Lagi pula, kalian juga sudah menyelamatkanku. Sudahlah, lagi pula lain kali mereka juga nggak berani lagi.”Ariel tertawa. “Terserah kamu.”Kemudian, Ariel ke
“Jody ….”Ariel bersandar lemas di dinding sembari meremas erat pundak Jodhiva. Jodhiva menggendongnya. Tetesan keringat mengalir sampai ke ujung hidungnya.Pada tengah malam, Jodhiva dibangunkan oleh suara telepon. Dia mengambil ponsel untuk melihat sekilas, ternyata ada panggilan dari Oriana.Kening Jodhiva berkerut. Dia mengangkatnya. “Sudah malam, ada urusan apa?”“Jody, tolong aku …. Ah! Aku mohon sama kalian, tolong lepasin aku!”Terdengar suara tangis Oriana dari ujung telepon. Sepertinya samar-samar kedengaran suara beberapa pria di sana.Jodhiva bertanya, “Di mana kamu?”“Huhuhu, aku lagi di gang nomor enam. Jody, tolong selamatkan aku ….”Disusul, panggilan pun diakhiri.Ariel juga membuka matanya, lalu bertanya dengan linglung, “Panggilan dari siapa?”Jodhiva membungkukkan tubuhnya untuk mencium kening Ariel. “Oriana. Sepertinya dia dalam masalah. Aku mesti suruh orang ke sana.”Usai berbicara, Jodhiva menghubungi Darman. Hanya saja, panggilan tidak terhubung.Kali ini, Arie
Ariel tidak mengganggunya lagi.Ketika melihat Jodhiva tidak tidur dengan tenang, Ariel pun duduk, lalu menyandarkan kepala ke dirinya.Saat tiba di vila, baru saja sopir dan pengawal hendak membangunkan Jodhiva, Ariel pun membuat gerakan tangan mengisyaratkan mereka untuk diam.Pada akhirnya, sopir dan pengawal tidak membangunkan Ariel.Ariel sedang duduk di dalam mobil untuk menemaninya. Entah sudah berapa lama, Jodhiva pun membuka matanya. Dia melihat Ariel sedang memiringkan kepalanya dengan tertidur. Baru saja Jodhiva hendak menggerakkannya, Ariel pun sudah terbangun dengan linglung. “Aku kira kamu mau tidur sampai malam.”Jodhiva tersenyum tidak berdaya. “Kenapa kamu tidak membangunkanku?”Ariel memijat pundaknya yang pegal. “Aku nggak ingin ganggu kamu.”Jodhiva pun menuruni mobil.Saat Ariel sudah hampir menuruni mobil, tiba-tiba Jodhiva langsung menggendongnya, lalu membawanya ke dalam rumah.“Jody, aku sudah masak makan siang ….”Siapa sangka, Oriana sedang memasak makan sian
Jodhiva menurunkan kelopak matanya. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Louis menuangkan teh. “Dia sudah tua. Kondisi tubuhnya sudah nggak seperti dulu lagi.”Jodhiva pun berdiri. “Aku bawa Ariel ke atas untuk menjenguknya.”Louis mengangguk.Setelah mereka tiba di kamar Wilson, pintu dibuka. Hanya terlihat Wilson sedang berbaring santai di atas ranjang sembari membaca koran. Punggung tangannya ditempel plester, sepertinya dia baru selesai diinfus saja.“Kakek, Jody datang untuk menjengukmu.”Louis berjalan ke sisi ranjang.Wilson mengangkat kepalanya, lalu menutup koran. Suaranya tidak terdengar tegas seperti sebelumnya. “Jody.”Jodhiva duduk di samping ranjang. “Kakek, aku bawa istriku untuk mengunjungimu.”Wilson mengangguk. “Aku sangat gembira ketika tahu kalian bertiga sudah berkeluarga. Hanya saja, aku merasa sangat disayangkan karena nggak bisa menghadiri acara resepsi pernikahan kalian.”Jodhiva menggenggam telapak tangan Wilson. “Nggak masalah. Kamu cukup jaga kesehatanmu saja
Ariel menyesap teh dengan perlahan, seolah-olah dia tidak terlibat dalam masalah ini. Hanya saja, dia tetap bisa mendengar suara remuk hati seorang wanita.Jodhiva berkata dengan yakin, “Aku tidak akan bercanda soal pernikahan. Aku lagi serius.”“Tapi … tapi kamu bilang kamu nggak akan menikah dengan secepat ini!” Inilah yang dikatakan Jodhiva sebelum dia pergi.Pada saat itu, Oriana mengejar Jodhiva, hanya saja dirinya malah ditolak oleh Jodhiva. Dia bertanya pada Jodhiva mengenai wanita yang dia suka. Jodhiva menjawab, wanita yang dia sukai belum muncul atau mungkin tidak akan muncul untuk selamanya.Oriana sudah lama menyukai Jodhiva. Selama ini dia mengira Jodhiva sangat kaku terhadap semua wanita. Hanya saja, setidaknya Oriana merasa dirinya memiliki kesempatan. Sebab, wanita di sisinya sangat sedikit, apalagi dia sudah kenal dengan Jodhiva sejak kuliah.Asalkan tidak ada wanita lain di sisi Jodhiva, Oriana pasti akan mengubah pemikirannya. Dengan tidak gampangnya Jodhiva kembali,